dc.description.abstract | Ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu
komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai prospektif dari segi pembenihan,
pembesaran, pengolahan serta luasnya wilayah produksi budidaya. Sentra usaha
ikan patin telah banyak dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia
seperti Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Jawa Barat.
Pengembangan budidaya ikan patin siam telah berhasil dilakukan,
namun ikan patin siam memiliki pertumbuhan yang relatif lambat. Sehingga
biaya operasional produksi menjadi tinggi sementara harga jualnya rendah,
yang mengakibatkan budidaya ikan patin tidak efisien.
Perbaikan mutu genetik melalui rekayasa set kromosom (poliploidisasi)
yaitu menghasilkan ikan triploid (3n) steril, diharapkan dapat mengatasi masalah
tersebut. Pada ikan triploid (3n) steril memungkinkan peralihan energi metabolisme
untuk perkembangan gonad digunakan untuk pertumbuhan somatik sehingga
pertumbuhannya lebih cepat. Produksi secara massal dapat dilakukan melalui
perkawinan ikan diploid (2n) dengan ikan tetraploid (4n). Ikan tetraploid dihasilkan
dengan proses pencegahan pembelahan mitosis pada telur yang telah terfertilisasi
dengan pemberian kejutan suhu, sehingga telur yang mempunyai dua set kromosom
(2n) akan mengalami penggandaan menjadi empat set kromosom (4n). Kejutan
suhu dapat dilakukan dengan kejutan dingin (cold shock). Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi kondisi optimum tetraploidisasi menggunakan kejutan dingin
pada suhu dan umur zigot berbeda pada ikan patin siam (Pangasianodon
hypophthalmus).
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan enam perlakuan
dan lama kejutan selama 30 menit, yaitu (P1) suhu 8 oC umur zigot 29 (menit
setelah fertilisasi), (P2) suhu 8 oC umur zigot 31 (msf), (P3) suhu 12 oC umur
zigot 29 (msf), (P4) suhu 12 oC umur zigot 31 (msf), (P5) 16 oC umur zigot
29 (msf), (P6) suhu 16 oC umur zigot 31 (msf), dan satu kontrol (P0) tanpa
pemberian perlakuan kejutan suhu. Setiap perlakuan menggunakan tiga kali
ulangan.
Pemijahan ikan dilakukan dengan perangsangan hormonal menggunakan
hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan Ovaprim (sGnRH +
Domperidone) pada induk betina, sedangkan pada induk jantan menggunakan
Ovaprim. Telur dan sperma yang telah di stripping dicampur dan diaduk
menggunakan bulu ayam, setelah itu diaktivasi dengan menambahkan 100 mL air
mineral dan umur zigot mulai dihitung. Telur yang telah terfertilisasi dicuci
menggunakan suspensi tanah untuk menghilangkan daya rekat telur, kemudian telur
dimasukkan dalam pipa PVC untuk selanjutnya diberi kejutan suhu pada wadah
perlakuan. Wadah perlakuan yang digunakan yaitu styrofoam yang telah diisi air
dan suhu dingin diatur menggunakan es batu sesuai dengan masing-masing
perlakuan. Setelah perendaman telur diangkat dan diinkubasi dalam setiap
akuarium sebanyak ±1500 butir. Larva ikan hasil penetasan dipelihara selama 15
hari di dalam toples yang telah dicuci dan diisi air serta dilengkapi sistem aerasi,
dengan kepadatan 100 ekor/toples. Pakan yang diberikan berupa Artemia dan
cacing sutra sesuai dengan umur larva. Pergantian air media pemeliharaan
dilakukan saat larva umur 6 hari, sedangkan sisa-sisa pakan dibuang dengan cara
penyifonan dan pengamatan kualitas air dilakukan 2 kali sehari dengan parameter
suhu, pH dan oksigen terlarut.
Identifikasi tetraploid dilakukan dengan penghitungan jumlah maksimum
nukleolus yang dikonfirmasi dengan penghitungan jumlah kromosom dilakukan
pada 30 sampel untuk setiap perlakuan. Parameter penelitian yang diamati pada
penelitian ini adalah derajat pembuahan, derajat penetasan, abnormalitas,
kelangsungan hidup dan persentase tetraploid. Data hasil penelitian dianalisis
secara statistik dengan uji ANOVA (analysis of variance) dan menggunakan uji
Duncan, pada parameter derajat pembuahan dan persentase tetraploid dianalisis
secara deskriptif.
Hasil pengamatan derajat pembuahan diperoleh nilai rata-rata sebesar
65.20%. Berdasarkan hasil uji statistik derajat penetasan dan abnormalitas
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) antar perlakuan, namun
kelangsungan hidup tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan. Hasil derajat
penetasan menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas suhu yang diberikan maka
hasil yang diperoleh semakin rendah, sedangkan hasil abnormalitas menunjukkan
bahwa semakin tinggi intensitas suhu yang diberikan maka persentase abnormalitas
semakin tinggi. Hasil pengamatan pada ikan tetraploid diperoleh jumlah maksimum
nukleolus yaitu empat per sel dan pada ikan diploid diperoleh jumlah maksimum
nukleolus yaitu dua per sel, sedangkan pada pengamatan kromosom diperoleh
jumlah kromosom tetraploid 112 (4n=112) dan jumlah kromosom diploid yaitu 56
(2n=56). Hasil pengamatan persentase tetraploid menunjukkan bahwa semakin
tinggi intensitas suhu yang diberikan maka persentase tetraploid yang diperoleh
semakin tinggi, sedangkan semakin lama umur zigot maka persentase tetraploid
yang diperoleh semakin rendah.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kondisi optimum tetraploidisasi
menggunakan kejutan dingin pada ikan patin siam yaitu pada suhu 12 oC, umur
zigot 29 msf dengan lama kejutan 30 menit menghasilkan ikan tetraploid 66.67%. | id |