Show simple item record

dc.contributor.advisorCarman, Odang
dc.contributor.advisorSoelistyowati, Dinar Tri
dc.contributor.authorSyahril, Alfis
dc.date.accessioned2019-07-23T02:34:44Z
dc.date.available2019-07-23T02:34:44Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98561
dc.description.abstractIkan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang memiliki nilai prospektif dari segi pembenihan, pembesaran, pengolahan serta luasnya wilayah produksi budidaya. Sentra usaha ikan patin telah banyak dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Jawa Barat. Pengembangan budidaya ikan patin siam telah berhasil dilakukan, namun ikan patin siam memiliki pertumbuhan yang relatif lambat. Sehingga biaya operasional produksi menjadi tinggi sementara harga jualnya rendah, yang mengakibatkan budidaya ikan patin tidak efisien. Perbaikan mutu genetik melalui rekayasa set kromosom (poliploidisasi) yaitu menghasilkan ikan triploid (3n) steril, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pada ikan triploid (3n) steril memungkinkan peralihan energi metabolisme untuk perkembangan gonad digunakan untuk pertumbuhan somatik sehingga pertumbuhannya lebih cepat. Produksi secara massal dapat dilakukan melalui perkawinan ikan diploid (2n) dengan ikan tetraploid (4n). Ikan tetraploid dihasilkan dengan proses pencegahan pembelahan mitosis pada telur yang telah terfertilisasi dengan pemberian kejutan suhu, sehingga telur yang mempunyai dua set kromosom (2n) akan mengalami penggandaan menjadi empat set kromosom (4n). Kejutan suhu dapat dilakukan dengan kejutan dingin (cold shock). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi optimum tetraploidisasi menggunakan kejutan dingin pada suhu dan umur zigot berbeda pada ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus). Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan enam perlakuan dan lama kejutan selama 30 menit, yaitu (P1) suhu 8 oC umur zigot 29 (menit setelah fertilisasi), (P2) suhu 8 oC umur zigot 31 (msf), (P3) suhu 12 oC umur zigot 29 (msf), (P4) suhu 12 oC umur zigot 31 (msf), (P5) 16 oC umur zigot 29 (msf), (P6) suhu 16 oC umur zigot 31 (msf), dan satu kontrol (P0) tanpa pemberian perlakuan kejutan suhu. Setiap perlakuan menggunakan tiga kali ulangan. Pemijahan ikan dilakukan dengan perangsangan hormonal menggunakan hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan Ovaprim (sGnRH + Domperidone) pada induk betina, sedangkan pada induk jantan menggunakan Ovaprim. Telur dan sperma yang telah di stripping dicampur dan diaduk menggunakan bulu ayam, setelah itu diaktivasi dengan menambahkan 100 mL air mineral dan umur zigot mulai dihitung. Telur yang telah terfertilisasi dicuci menggunakan suspensi tanah untuk menghilangkan daya rekat telur, kemudian telur dimasukkan dalam pipa PVC untuk selanjutnya diberi kejutan suhu pada wadah perlakuan. Wadah perlakuan yang digunakan yaitu styrofoam yang telah diisi air dan suhu dingin diatur menggunakan es batu sesuai dengan masing-masing perlakuan. Setelah perendaman telur diangkat dan diinkubasi dalam setiap akuarium sebanyak ±1500 butir. Larva ikan hasil penetasan dipelihara selama 15 hari di dalam toples yang telah dicuci dan diisi air serta dilengkapi sistem aerasi, dengan kepadatan 100 ekor/toples. Pakan yang diberikan berupa Artemia dan cacing sutra sesuai dengan umur larva. Pergantian air media pemeliharaan dilakukan saat larva umur 6 hari, sedangkan sisa-sisa pakan dibuang dengan cara penyifonan dan pengamatan kualitas air dilakukan 2 kali sehari dengan parameter suhu, pH dan oksigen terlarut. Identifikasi tetraploid dilakukan dengan penghitungan jumlah maksimum nukleolus yang dikonfirmasi dengan penghitungan jumlah kromosom dilakukan pada 30 sampel untuk setiap perlakuan. Parameter penelitian yang diamati pada penelitian ini adalah derajat pembuahan, derajat penetasan, abnormalitas, kelangsungan hidup dan persentase tetraploid. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA (analysis of variance) dan menggunakan uji Duncan, pada parameter derajat pembuahan dan persentase tetraploid dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan derajat pembuahan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65.20%. Berdasarkan hasil uji statistik derajat penetasan dan abnormalitas menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) antar perlakuan, namun kelangsungan hidup tidak berbeda nyata (P>0.05) antar perlakuan. Hasil derajat penetasan menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas suhu yang diberikan maka hasil yang diperoleh semakin rendah, sedangkan hasil abnormalitas menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas suhu yang diberikan maka persentase abnormalitas semakin tinggi. Hasil pengamatan pada ikan tetraploid diperoleh jumlah maksimum nukleolus yaitu empat per sel dan pada ikan diploid diperoleh jumlah maksimum nukleolus yaitu dua per sel, sedangkan pada pengamatan kromosom diperoleh jumlah kromosom tetraploid 112 (4n=112) dan jumlah kromosom diploid yaitu 56 (2n=56). Hasil pengamatan persentase tetraploid menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas suhu yang diberikan maka persentase tetraploid yang diperoleh semakin tinggi, sedangkan semakin lama umur zigot maka persentase tetraploid yang diperoleh semakin rendah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kondisi optimum tetraploidisasi menggunakan kejutan dingin pada ikan patin siam yaitu pada suhu 12 oC, umur zigot 29 msf dengan lama kejutan 30 menit menghasilkan ikan tetraploid 66.67%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcCalfishid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSubang, Jawa Baratid
dc.titleTetraploidisasi Kejut Suhu Dingin pada Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) dengan Suhu dan Umur Zigot yang Berbedaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkejutan dinginid
dc.subject.keywordnukleolusid
dc.subject.keywordPangasianodon hypophthalmusid
dc.subject.keywordtetraploidid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record