Evaluasi Minyak Biji Karet Sebagai Sumber Lemak Pada Pakan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.).
View/ Open
Date
2019Author
Kushayadi, Andika Gumilang
Suprayudi, Muhammad Agus
Jusadi, Dedi
Fauzy, Ahmad Ichsan
Metadata
Show full item recordAbstract
Produksi ikan nila yang meningkat diikuti juga oleh peningkatan permintaan
pakan dan bahan pakan yang berkualitas. Pakan yang berkualitas ditentukan dari
kandungan nutrien yang tersedia untuk menunjang kebutuhan metabolisme dasar, status
kesehatan ikan serta pertumbuhan yang optimal. Salah satu nutrien yang diperlukan
untuk menunjang hal tersebut adalah lemak. Lemak merupakan salah satu dari makro
nutrien yang harus tersedia di dalam pakan ikan. Lemak berperan sebagai penyedia
energi non protein dan sumber asam lemak esensial yang dibutuhkan ikan, seperti asam
linoleat (LA: 18:2n-3) dan asam linolenat (LNA: 18:3n-3). Saat ini, sumber lemak pada
ikan nila didapatkan dari minyak jagung, minyak sawit, minyak kedelai, dan minyak
ikan. Namun, persaingan dengan kebutuhan manusia serta mulai naiknya harga dasar
dari bahan tersebut, membuat penggunaannya sudah mulai dikurangi. Salah satu
alternatif yang ditawarkan adalah pemanfaatan minyak biji karet.
Minyak biji karet merupakan sumber lemak dan asam lemak esensial yang
potensial digunakan sebagai sumber lemak pada pakan ikan nila. Minyak biji karet
memiliki LNA tiga kali lebih besar dari minyak nabati sejenis. Namun, minyak biji
karet mengandung zat antinutrisi berupa hidrogen sianida (HCN) yang menghambat
penggunaannya sebagai sumber lemak dan asam lemak esensial pada pakan ikan nila.
Kandungan HCN di dalam bahan baku pakan sangat mudah diturunkan dengan
pemanasan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan evaluasi guna melihat status
nutrien minyak biji karet dengan pemanasan sebagai sumber lemak dan asam lemak
esensial pada ikan nila.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga didapatkan 15 total perlakuan.
Perlakuan masing-masing terdiri dari kombinasi minyak sawit dan minyak ikan
(MS:MI), minyak sawit dan minyak jagung (MS:MJ), minyak sawit dan minyak biji
karet dengan pemanasan (MS:MBK+), minyak biji karet dengan pemanasan (MBK+)
serta minyak biji karet tanpa pemanasan (MBK). Ikan nila merah dengan berat rata-rata
6.7±1.2 g per individu digunakan sebagai model dan dipelihara dalam akuarium dengan
volume air 105 L. Padat tebar yang digunakan adalah 15 individu per akuarium. Ikan
dipelihara selama 60 hari dan diberi makan tiga kali sehari, pada pukul 08.00, 12.00 dan
16.00 secara at satiation. Parameter yang diamati adalah jumlah konsumsi pakan, rasio
konversi pakan, retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan spesifik, gambaran
darah, kimia darah, asam lemak tubuh, malanodialdehida, superoxide dismutase,
glikogen tubuh dan glikogen hati. Data dianalisa statistik dengan anova satu faktor dan
diuji lanjut dengan metode Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan menurunkan 95 % kadar HCN
di dalam minyak biji karet. Setelah minyak biji karet diformulasikan kedalam pakan
masih ditemukan HCN pada pakan perlakuan. Namun, jumlah tersebut tidak
mempengaruhi mortalitas seluruh perlakuan. Pemberian pakan berbasis minyak biji
karet yang dipanaskan menunjukkan laju pertumbuhan spesifik yang lebih tinggi
dibandingkan pemberian pakan berbasis minyak biji karet tanpa pemanasan. Pemberian
pakan berbasis minyak biji karet dengan pemanasan juga tidak mempengaruhi retensi
nutrien pada ikan nila merah. Hal tersebut juga diikuti dengan gambaran darah, kimia
darah serta profil asam lemak tubuh, kadar malanodialdehida serta kadar SOD yang
serupa dengan pakan perlakuan berbasis minyak ikan dan minyak jagung. Dari
penjabaran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanasan dapat menurunkan 95%
kandungan HCN pada minyak biji karet dan dapat digunakan sebagai sumber lemak
pada pakan ikan nila merah.
Collections
- MT - Fisheries [3011]