Analisis Ekonomi dalam Pengembangan Industri Garam Rakyat di Kabupaten Indramayu
View/ Open
Date
2019Author
Hasanah, Uswatun
Kusumastanto, Tridoyo
Nababan, Benny Osta
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan garam terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan
penduduk, namun jumlah produksi dalam negeri tidak mencukupi sehingga
dilakukan impor. Data impor garam tahun 2009 sampai 2015 menunjukkan
peningkatan impor yang dilakukan oleh pemerintah sebesar 160.432 ton per tahun.
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang
memproduksi garam. Beberapa teknologi untuk produksi garam yang diterapkan di
Kabupaten Indramayu yaitu: tradisional, geomembran, bestekin, dan DJ. Penelitian
ini bertujuan untuk (1) menganalisis kelayakan usaha garam secara finansial pada
penggunaan teknologi yang berbeda; (2) menganalisis perbandingan penggunaan
teknologi dalam usaha garam; (3) mengetahui faktor-faktor dalam produksi garam
rakyat; (4) mengkaji alternatif teknologi dalam mengembangkan industri garam
rakyat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode
analisis yaitu analisis kelayakan usaha, analisis perbandingan, analisis regresi
berganda, dan Comparative Performance Index (CPI). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa manfaat yang diterima petani garam bagi hasil teknologi
tradisional sebesar Rp 24.412.222 per tahun/petani, manfaat bagi hasil teknologi
geomembran sebesar Rp 63.909.000 per tahun/petani, manfaat teknologi bestekin
sebesar Rp 396.000.000 per tahun/petani, dan manfaat bagi hasil teknologi DJ
sebesar Rp 235.747.500/petani. Berdasarkan analisis finansial teknologi tradisional
memperoleh (NPV = Rp 52.392.856, Net B/C = 4, IRR = 70,7%, PP = 2,3 tahun),
teknologi geomembran memperoleh (NPV = Rp 120.437.460, Net B/C = 2, IRR =
60,4%, PP = 2,0 tahun) teknologi bestekin memperoleh (NPV = Rp 415.364.609,
Net B/C = 3, IRR = 31%, PP = 4,5 tahun) dan teknologi DJ memperoleh (NPV =
Rp 1.016.456.247, Net B/C = 3, IRR = 35,2%, PP = 4,1 tahun). Nilai R/C yang
diperoleh teknologi tradisional sebesar 1,01, teknologi geomembran sebesar 1,00,
teknologi bestekin sebesar 2,09, dan teknologi DJ sebesar 1,92. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi garam tradisional adalah luas lahan, usia, dan
jumlah kincir angin, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi
garam teknologi geomembran adalah luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah
plastik geoisolator. Faktor-faktor produksi garam dengan teknologi bestekin dan DJ
tidak dapat dianalisis karena baru dijalankan oleh satu responden. Alternatif
kebijakan penggunaan teknologi pembuatan garam yang tepat adalah teknologi DJ
dengan nilai indeks kinerja yaitu 312,8.