Show simple item record

dc.contributor.advisorBuchori, Damayanti
dc.contributor.advisorPudjianto
dc.contributor.advisorAtmowidi, Tri
dc.contributor.authorJihadi, Amrul
dc.date.accessioned2019-06-29T02:41:54Z
dc.date.available2019-06-29T02:41:54Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/98113
dc.description.abstractSerangga penyerbuk merupakan salah satu penyedia jasa ekosistem. Namun masih sedikit penelitian tentang seberapa jauh perubahan penggunaan lahan memengaruhi serangga penyerbuk. Secara umum, kegiatan perubahan penggunaan lahan belum memperhatikan keberadaan ekosistem sekitar dan pengaruh yang dapat ditimbulkan terhadap serangga penyerbuk. Perubahan penggunaan lahan secara umum menyebabkan terjadinya penyederhanaan habitat. Seperti contohnya perubahan ekosistem hutan yang awalnya memiliki vegetasi pohon yang lebih banyak dan rapat, berubah menjadi monokultur. Serangga penyerbuk merupakan salah satu komponen dari ekosistem yang terkena dampak dari perubahan penggunaan lahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengukur keanekaragaman dan komposisi serangga penyerbuk, menguji hubungan serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga dan mendeteksi terjadinya defisit serangga penyerbuk akibat perubahan penggunaan lahan di Jambi. Penelitian ini dilaksanakan di desa Bajubang, kabupaten Batanghari, Jambi dan di Laboratorium Pengendalian hayati dan Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dipilih terletak pada perkebunan sawit, perkebunan karet, dan hutan sekunder. Setiap lokasi dibagi menjadi riparian dan non-riparian. Plot utama yang digunakan berukuran 50 x 50 m dengan empat kali ulangan pada semua tipe penggunaan lahan. Tumbuhan berbunga diletakkan selama dua minggu setelah pengambilan keanekaragaman serangga penyerbuk. Tanaman Asystasia gangetica diletakkan pada setiap plot menggunakan plastik dengan ukuran diameter 15 cm yang selanjutnya ditempatkan pada petak berukuran 20mx 10 m. Pengambilan serangga penyerbuk dilakukan selama empat minggu. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga. Polen yang terbawa oleh beberapa serangga penyerbuk dihitung kemudian diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi defisit serangga penyerbuk akibat dari perubahan penggunaan lahan. Perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit memiliki kekayaan spesies dan kelimpahan individu yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan sekunder, baik di daerah riparian maupun di daerah non-riparian. Sebanyak 994 individu yang termasuk dalam 68 spesies, 9 famili dan 3 ordo serangga penyerbuk ditemukan di semua tipe penggunaan lahan sebelum penambahan tanaman Asystasia gangetica. Semakin tinggi kekayaan spesies tumbuhan berbunga maka kekayaan dan kelimpahan spesies serangga penyerbuk semakin tinggi. Penambahan tanaman berbunga (Asystasia gangetica) tidak memengaruhi keanekaragam serangga penyerbuk namun mengubah komposisi serangga penyerbuk spesifik pada ketiga tipe penggunaan lahan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEntomologyid
dc.subject.ddcEntomology
dc.subject.ddcInsect
dc.subject.ddc2017
dc.subject.ddcBatanghari, Jambi
dc.titleDeteksi defisit serangga penyerbuk sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan di Jambiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordAsystasia gangeticaid
dc.subject.keywordnon-riparianid
dc.subject.keywordriparianid
dc.subject.keywordtumbuhan berbungaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record