Deteksi defisit serangga penyerbuk sebagai dampak dari perubahan penggunaan lahan di Jambi
View/ Open
Date
2019Author
Jihadi, Amrul
Buchori, Damayanti
Pudjianto
Atmowidi, Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Serangga penyerbuk merupakan salah satu penyedia jasa ekosistem. Namun
masih sedikit penelitian tentang seberapa jauh perubahan penggunaan lahan
memengaruhi serangga penyerbuk. Secara umum, kegiatan perubahan
penggunaan lahan belum memperhatikan keberadaan ekosistem sekitar dan
pengaruh yang dapat ditimbulkan terhadap serangga penyerbuk. Perubahan
penggunaan lahan secara umum menyebabkan terjadinya penyederhanaan habitat.
Seperti contohnya perubahan ekosistem hutan yang awalnya memiliki vegetasi
pohon yang lebih banyak dan rapat, berubah menjadi monokultur. Serangga
penyerbuk merupakan salah satu komponen dari ekosistem yang terkena dampak
dari perubahan penggunaan lahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengukur
keanekaragaman dan komposisi serangga penyerbuk, menguji hubungan serangga
penyerbuk dengan tumbuhan berbunga dan mendeteksi terjadinya defisit serangga
penyerbuk akibat perubahan penggunaan lahan di Jambi.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Bajubang, kabupaten Batanghari, Jambi
dan di Laboratorium Pengendalian hayati dan Laboratorium Biosistematika dan
Ekologi Hewan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dipilih terletak pada
perkebunan sawit, perkebunan karet, dan hutan sekunder. Setiap lokasi dibagi
menjadi riparian dan non-riparian. Plot utama yang digunakan berukuran 50 x 50
m dengan empat kali ulangan pada semua tipe penggunaan lahan. Tumbuhan
berbunga diletakkan selama dua minggu setelah pengambilan keanekaragaman
serangga penyerbuk. Tanaman Asystasia gangetica diletakkan pada setiap plot
menggunakan plastik dengan ukuran diameter 15 cm yang selanjutnya
ditempatkan pada petak berukuran 20mx 10 m. Pengambilan serangga penyerbuk
dilakukan selama empat minggu. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui
hubungan serangga penyerbuk dengan tumbuhan berbunga. Polen yang terbawa
oleh beberapa serangga penyerbuk dihitung kemudian diidentifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi defisit serangga
penyerbuk akibat dari perubahan penggunaan lahan. Perkebunan karet dan
perkebunan kelapa sawit memiliki kekayaan spesies dan kelimpahan individu
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan sekunder, baik di daerah riparian
maupun di daerah non-riparian. Sebanyak 994 individu yang termasuk dalam 68
spesies, 9 famili dan 3 ordo serangga penyerbuk ditemukan di semua tipe
penggunaan lahan sebelum penambahan tanaman Asystasia gangetica. Semakin
tinggi kekayaan spesies tumbuhan berbunga maka kekayaan dan kelimpahan
spesies serangga penyerbuk semakin tinggi. Penambahan tanaman berbunga
(Asystasia gangetica) tidak memengaruhi keanekaragam serangga penyerbuk
namun mengubah komposisi serangga penyerbuk spesifik pada ketiga tipe
penggunaan lahan.
Collections
- MT - Agriculture [3784]