Optimalisasi Manajemen Pemeliharaan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Kebun Binatang
View/ Open
Date
2019Author
Dalimunthe, Nurzaidah Putri
Alikodra, Hadi Sukadi
Iskandar, Entang
Atmoko, Sri Suci Utami
Metadata
Show full item recordAbstract
Laju penurunan populasi orangutan kalimantan di habitat alam masih sangat
mengkhawatirkan. Penurunan ini disebabkan beberapa ancaman terhadap
kehidupan orangutan antara lain kehilangan habitat dan perburuan liar, sehingga
status orangutan saat ini masih dalam kategori kondisi terancam punah. Oleh
karena itu, upaya konservasi orangutan baik secara eksitu maupun insitu perlu
ditingkatkan sebagai upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan terhadap
orangutan. Kebun binatang merupakan lembaga konservasi eksitu satwa liar yang
berperan dalam melestarikan sekaligus menjamin kesejahteraan satwa yang dapat
dinilai dari lima aspek utama yaitu bebas dari lapar, haus, dan malnutrisi; bebas
dari ketidaknyamanan; bebas dari rasa nyeri, luka dan penyakit; bebas dari rasa
takut dan cekaman; serta bebas untuk bertingkah laku secara alami. Penelitian ini
bertujuan untuk optimalisasi manajemen pemeliharaan orangutan kalimantan di
kebun binatang berdasarkan parameter manajemen kandang, manajemen pakan,
dan pengunjung. Penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR)
dan Taman Safari Indonesia (TSI).
Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan
data primer (pengamatan langsung dan wawancara) dan data sekunder (studi
pustaka). Penilaian optimalisasi manajemen kandang dilakukan dengan
menganalisis beberapa parameter meliputi desain, tipe dan ukuran kandang
orangutan, pengayaan lingkungan, perawatan kandang, pengaturan individu dan
aktivitas harian orangutan. Pengamatan aktivitas harian orangutan dilakukan
dengan menggunakan metode focal animal sampling yang terdiri dari beberapa
parameter yaitu perbedaan umur dan jenis kelamin, tipe kandang (kandang peraga,
kandang dalam dan kandang tidur), ketinggian tempat beraktivitas, posisi tubuh
saat makan dan penggunaan pengayaan lingkungan. Penilaian optimalisasi
manajemen pakan dilakukan dengan menganalisis beberapa parameter meliputi
jenis dan jumlah pakan, kandungan nutrisi pakan, waktu dan tempat pemberian
pakan dan pemenuhan nutrisi satwa. Kandungan nutrisi pakan dianalisis dengan
melakukan uji proksimat sedangkan pemenuhan nutrisi orangutan dianalisis
dengan software Nutrisurvey dan pengukuran bobot tubuh orangutan.
Persentase aktivitas harian orangutan jantan dan betina dewasa di TSI dan
TMR lebih banyak melakukan aktivitas istirahat. Aktivitas harian anakan
orangutan (aktivitas bergerak dan sosial terutama bermain) lebih tinggi daripada
aktivitas jantan dan betina dewasa. Aktivitas bergerak dan sosial terutama bermain
anakan di TSI lebih tinggi daripada anakan di TMR. Persentase aktivitas bergerak,
makan dan sosial orangutan di kandang peraga TSI lebih tinggi daripada di TMR
meskipun terlihat bervariasi pada tiap individu. Aktivitas bergerak dan sosial
orangutan di kandang tidur TMR lebih rendah daripada TSI. Secara keseluruhan,
orangutan beraktivitas lebih banyak di permukaan tanah, kecuali pada individu
Lindung dan Livia (anakan TSI) yang lebih sering berada pada ketinggian 0-2m
dan individu John (jantan dewasa TSI) di ketinggian 4-8m. Posisi makan
orangutan bervariasi antar kelompok umur-jenis kelamin, tipe kandang maupun
antar individu orangutan. Posisi duduk dan berdiri merupakan posisi makan yang
paling disukai orangutan. Persentase aktivitas harian orangutan di kebun binatang
dipengaruhi oleh faktor tipe kandang, pengaturan individu dan pengayaan
lingkungan. Hal ini sesuai dengan hasil penilaian kandang di TSI dan TMR, yang
memperlihatkan adanya perbedaan dalam jumlah, jenis, penataan dan perawatan
pengayaan lingkungan serta pengaturan individu.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal dalam manajemen
kandang yang perlu untuk dioptimalisasi antara lain penataan ulang dan perbaikan
terhadap aspek pengayaan lingkungan, struktur memanjat, pembatas kandang,
pengaturan suhu, pengaturan individu dan perawatan kandang; penambahan,
pemeriksaan dan penataan pengayaan lingkungan; penempatan setiap individu
dengan pengaturan individu kelompok; perbaikan sistem pengaturan suhu,
pembatas kandang dan perawatan kandang orangutan; memaksimalkan peran staf
dalam pengelolaan sistem perkandangan.
Dalam pemberian pakan di TSI dan TMR, ada perbedaan dalam jumlah dan
jenis pakan yang diberikan. Pemberian pakan di TMR sama setiap kandang,
sedangkan TSI berdasarkan jumlah orangutan yang di dalam kandang. Jenis pakan
di TMR lebih banyak daripada TSI sedangkan jumlah pakan di TSI lebih banyak
dibandingkan TMR. TMR dan TSI memberikan pakan kategori buah-buahan
dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan kategori sayuran, biskuit primata
dan umbi-umbian. Jumlah asupan nutrisi pakan yang diberikan kepada orangutan
di TMR dan TSI lebih tinggi daripada kebutuhan nutrisi harian orangutan.
Frekuensi pemberian pakan di TSI dilakukan pada pagi hari di kandang tidur,
sedangkan pakan di TMR diberikan pada pagi dan sore hari di kandang tidur.
Individu betina dewasa di TMR dan betina dewasa serta anakan di TSI
memiliki bobot tubuh yang melebihi kisaran bobot tubuh orangutan liar
(mengalami obesitas). Hal ini berkaitan dengan komposisi pakan yang diberikan
terlalu tinggi sehingga menyebabkan jumlah asupan energi harian yang diperoleh
orangutan melebihi jumlah asupan energi yang dibutuhkan. Dalam upaya
optimalisasi manajemen pakan sebaiknya dilakukan dengan melakukan perbaikan
dalam aspek waktu dan tempat pemberian pakan serta jumlah pakan yang
diberikan. Waktu pemberian pakan hendaknya dapat dilakukan secara bertahap.
Jumlah pakan yang diberikan sebaiknya mempertimbangkan hasil penilaian
kebutuhan nutrisi setiap individu berdasarkan bobot tubuh, umur dan jenis
kelamin, status reproduksi serta tingkat aktivitas harian individu orangutan.
Secara umum persepsi pengunjung mengenai peranan kebun binatang,
berkaitan dengan rekreasi dan konservasi serta edukasi. Upaya untuk
mengoptimalkan pengetahuan, persepsi dan kepedulian pengunjung (terutama
generasi muda) antara lain dengan memanfaatkan fungsi teknologi informasi
sebagai media informasi dalam menyebarluaskan informasi mengenai data biologi,
ekologi dan fungsi satwa dalam kehidupan, sehingga masyarakat lebih memahami
peranan kebun binatang dalam upaya konservasi satwa.