Show simple item record

dc.contributor.advisorSusila, Anas Dinurrohman
dc.contributor.advisorNursyamsi, Dedi
dc.contributor.advisorSutandi, Atang
dc.contributor.authorLestari, Indarti Puji
dc.date.accessioned2019-05-28T04:17:35Z
dc.date.available2019-05-28T04:17:35Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97801
dc.description.abstractBawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai bahan campuran bumbu masak setelah cabai. Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi penggunaan bawang merah di tingkat rumah tangga tidak bersubstitusi karena hampir semua masakan membutuhkan bawang merah. Oleh karena itu kebutuhan bawang merah akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Proyeksi kebutuhan bawang merah hingga tahun 2019 akan terjadi peningkatan yang menyebabkan penurunan surplus bawang merah, oleh karena itu harus tetap diupayakan untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas bawang merah sebagai komoditi utama sub sektor hortikultura untuk memenuhi permintaan bawang merah dalam negeri tanpa harus bergantung terhadap impor dari negara lain. Lahan-lahan yang ada di sentra bawang merah umumnya mempunyai jenis tanah Inceptisol dan Vertisol. Di Indonesia, sebaran tanah Inceptisol mencapai 70.52 juta ha, namun sudah banyak dipergunakan untuk usaha budidaya tanaman. Vertisol relatif sedikit berkisar 2.1 juta ha dan dalam penggunaannya harus bersaing dengan komoditas lain. Selain itu saat ini kondisi lahan yang ada di sentra bawang merah umumnya telah banyak mengalami degradasi lahan. Kondisi ini akan mengakibatkan adanya ancaman penurunan luas panen bawang merah dalam jangka panjang, sehingga kondisi ini memerlukan adanya perluasan areal tanam dengan membuat sentra-sentra bawang merah yang baru. Di lain pihak terdapat potensi lahan-lahan suboptimal yang belum banyak digunakan untuk pertanian, diantaranya adalah Ultisol. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah mineral masam yang berpotensi sebagai perluasan dan peningkatan produksi pertanian di Indonesia, karena merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum banyak dipergunakan untuk pertanian (45.8 juta ha). Namun tanah Ultisol umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang rendah bahkan sangat rendah, oleh karena itu diperlukan dukungan teknologi untuk memperbaiki tingkat kesuburannya, salah satunya melalui pemupukan. Tujuan penelitian menentukan rekomendasi pupuk P dan K bawang merah di tanah Ultisol melalui uji tanah. Penelitian dilaksanakan ditanah Ultisol kampung Kentrong, Desa Malangsari, Kecamatan Cipanas, Lebak, Provinsi Banten dengan letak koordinat 6o 32’ 4.46396” Lintang Selatan, 106o 20’ 44.30994” Bujur Timur dan ketinggian tempat 187 m di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 – Mei 2016 melalui pendekatan lokasi tunggal (single location). Tahapan penelitian: 1) pembuatan status hara P dan K tanah, 2) uji korelasi P dan K di rumah kaca, 3) uji kalibrasi P dan K di lapangan, 4) penetapan rekomendasi pupuk P dan K. Penelitian tahap 1, pembuatan status hara P dan K tanah menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan jumlah ulangan 5. Pembuatan status hara P menggunakan asam fosfat (H3PO4) dengan lima level P, yaitu: 0X, 1/4X, 1/2X, 3/4X, dan X. Nilai X sebesar 1033.3 kg P ha-1, setara dengan 2266.7 L H3PO4 ha-1. Aplikasi P dari masing-masing level yaitu 0, 258.3, 516.65, 775, dan 1033.3 kg P ha-1. Selanjutnya pupuk P diinkubasi selama tiga bulan. Pembuatan status hara K tanah dengan pemberian pupuk KCl, dengan taraf : 0 X,1/4 X, 1/2X, 3/4X, dan X. Nilai X sebesar 405.6 kg K ha-1 . Dosis masing-masing level 0, 101.4, 202.8, 304.2, dan 405.6 kg K ha-1. Analisis P tanah menggunakan metode ekstraksi Bray I (0.025 N HCl + NH4F 0.03 N), Bray II (NH4F 0.03 N + HCl 0.10 N), Mechlich I (0.0125 M H2SO4 + 0.05 M HCl), Morgan Wolf NaC2H2H3O2.3H2O; pH 4.8), dan Truog (0.02 N H2SO4 + (NH4) 2SO4). Untuk analisis K tanah menggunakan metode ekstraksi Bray I (larutan 0.025 N HCl + NH4F 0.03 N), Bray II (NH4F 0.03 N + HCl 0.10 N), Mechlich I (0.0125 M H2SO4 + 0.05 M HCl), HCl 25% dan Olsen (NaHCO3 0.5 M, pH 8.5). Berdasarkan hasil analisis tanah, kadar P dan K tanah meningkat setelah pupuk diinkubasi selama tiga bulan. Penelitian tahap 2, uji korelasi P dan K di rumah kaca. Percobaan uji korelasi menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah ulangan lima. Media tanam diambil dari sepuluh titik sampel tanah pada setiap petakan tanah yang sudah diinkubasi hara P maupun K. Pengambilan sampel tanah dilakukan secara acak. Metode ekstraksi terbaik untuk hara P adalah Truog (r = 0.84) dan K adalah Mechlich I (r = 0.77). Penelitian tahap 3, uji kalibrasi P dan K di lapangan. Percoban uji kalibrasi menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dengan jumlah ulangan lima. Uji kalibrasi P, petak utama (main plot) status hara P tanah yang didapatkan dari aplikasi asam fosfat (H3PO4) pada percobaan tahap 1. Anak petak (sub plot) adalah perlakuan dosis pemupukan P dengan lima taraf yaitu 0X, 1/4X, 1/2X, 3/4X dan X. Pemupukan P pada anak petak menggunakan SP-36, dosis pupuk P untuk anak petak adalah 0, 591.6, 1183.3, 1774.9, dan 2366.6 kg P2O5 ha-1. Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 25 dan jumlah satuan unit percobaan sebanyak 125. Uji kalibrasi K, petak utama (main plot) adalah status hara K dari sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi (percobaan tahap 1). Sebagai anak petak (sub plot) adalah dosis K menggunakan KCl dari sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi yaitu 0, 127.4, 255, 382.2, dan 509.6 kg K2O ha-1. Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 125 petak satuan percobaan. Hasil percobaan uji kalibrasi diperoleh kelas ketersediaan hara P tanah Ultisol untuk tanaman bawang merah adalah sangat rendah jika (< 1), rendah (1- <9), sedang (9-<28.), tinggi dan sangat tinggi (≥ 28) ppm P. Kelas ketersediaan hara K tanah Ultisol untuk tanaman bawang merah adalah sangat rendah jika (<126), rendah (126-<225), sedang (225-<463), tinggi dan sangat tinggi (≥ 463) ppm K. Penelitian tahap 4, penetapan kebutuhan pupuk P dan K. Kebutuhan pupuk P untuk mencapai hasil maksimum pada kelas ketersediaan hara rendah dan sedang, masing-masing 1850 dan 1310 kg P2O5 ha-1. Kebutuhan pupuk P untuk mencapai hasil optimum pada kelas ketersediaan hara rendah dan sedang adalah 1315 dan 765 kg P2O5 ha-1. Kebutuhan pupuk K untuk mencapai hasil maksimum pada kelas ketersediaan hara rendah 390.4 dan 317.3 kg K2O ha-1. Kebutuhan pupuk K untuk mencapai hasil optimum pada kelas ketersediaan hara rendah dan sedang adalah 304 dan 231 kg K2O ha-1id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcShallotsid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePenetapan Rekomendasi Pemupukan P dan K melalui Uji Tanah pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) di Tanah Ultisol.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordUji korelasiid
dc.subject.keyworduji kalibrasiid
dc.subject.keywordhasil optimumid
dc.subject.keywordrekomendasi pupukid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record