Show simple item record

dc.contributor.advisorSarwoprasodjo, Sarwititi
dc.contributor.advisorGandasari, Dyah
dc.contributor.authorAsia, Nur
dc.date.accessioned2019-05-23T06:39:16Z
dc.date.available2019-05-23T06:39:16Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97635
dc.description.abstractProgram Sertifikasi Kakao merupakan penerapan praktik pengelolaan kakao yang ditujukan untuk memenuhi standar pertanian berkelanjutan. Program ini dilaksanakan sebagai implementasi komitmen seluruh pelaku sektor kakao mewujudkan sustainable cocoa. Ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang mendorong tercapainya pertanian secara berkelanjutan. Negara tujuan ekspor dan industri pengolah kakao mensyaratkan sumber bahan baku kakao yang mereka diproduksi dari praktek budidaya berkelanjutan (aspek ekonomi, sosial dan lingkungan) paling lambat Tahun 2025 (ICCO 2012). Isu ini penting bagi Indonesia sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, sekitar 17,36% terhadap total produksi kakao dunia (Pusdatin 2014). Di sisi lain, pemerintah mengakui tingkat adopsi petani masih rendah terhadap teknologi baru dalam praktik budidaya perkebunan berkelanjutan. Pemberdayaan yang dilaksanakan belum mampu meningkatkan adopsi petani terhadap inovasi tersebut (Ditjenbun 2016). Provinsi Sulawesi Barat merupakan sentra produksi kakao terbesar keempat di Indonesia, yang baru memiliki petani tersertifikasi sekitar 8,4% dari total petani kakaonya di Tahun 2016. Perlu dilakukan identifikasi program yang berhasil mendorong adopsi Sertifikasi Kakao secara berkelanjutan. Jika memiliki potensi keberlanjutan yang tinggi maka program yang ada sekarang dapat diarahkan menjangkau petani lebih luas. Untuk menilai potensi keberlanjutan adopsi inovasi kolektif Sertifikasi Kakao dari aspek komunikasi pembangunan dapat merujuk pada Model Community Dialogue dan Collective Action. Model komunikasi ini fokus pada proses dialog sebagai bentuk partisipatif dari komunikasi yang berhubungan dengan tindakan kolektif (Figueroa et al. 2002). Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan dialog dan tindakan kolektif kelompok tani kakao dalam menerapkan standar Sertifikasi Kakao di Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat; 2) menganalisis hubungan antara karakteristik inovasi, peran fasilitator dan dukungan lingkungan kelompok dengan dialog tani kakao dalam penerapan standar Sertifikasi Kakao di Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat; 3) menganalisis hubungan antara dialog dengan tindakan kolektif kelompok tani kakao dalam penerapan standar Sertifikasi Kakao di Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat; dan 4) menganalisis hubungan antara dialog dan tindakan kolektif dalam penerapan standar Sertifikasi Kakao dengan faktor internal keberdayaan kelompok tani di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Desain penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional, dengan unit analisis kelompok. Penelitian dilakukan di Kecamatan Luyo Provinsi Sulawesi Barat. Jumlah sampel sebanyak 41 kelompok tani yang dipilih secara acak sederhana, dengan jumlah responden sebanyak 205 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, wawancara mendalam dan observasi kegiatan kolektif kelompok. Pengukuran peubah dialog dan 5 tindakan kolektif mengacu pada pengukuran Communication for Social Change: An Integrated Model for Measuring the Process and Its Outcomes dari Figueroa et al. (2002). Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan (1) bobot rata-rata skor penilaian kelompok terhadap pelaksanaan dialog (tahap community dialogue) dan tindakan kolektif (tahap collective action) sebesar 56,05; 50,88 dan 65,72 dari skor penilaian maksimal 100. Ini menunjukkan rata-rata tingkat partisipasi dan partisipasi komunikasi anggota kelompok dalam dialog dan tindakan kolektif masih kurang. Ini mengindikasikan potensi keberlanjutan adopsi inovasi Sertifikasi Kakao masih rendah; (2) tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik inovasi dengan dialog dan tindakan kolektif kelompok kecuali pada tingkat kemudahan diamati. Peran fasilitatif dan dukungan pelatihan memiliki hubungan nyata dengan dialog dan tindakan kolektif kelompok, (3) terdapat hubungan nyata antara dialog dengan tindakan kolektif kelompok. Makin tinggi partisipasi anggota kelompok dalam dialog merencanakan tindakan kolektif makin tinggi tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan tindakan kolektif kelompok menerapkan standar Sertifikasi Kakao; (4) Terdapat hubungan nyata antara dialog dan tindakan kolektif dengan keberdayaan kelompok yang meliputi kesetaraan partisipasi, sense of ownership, dan self-efficacy kelompok, tetapi tidak berhubungan secara nyata dengan kesetaraan akses informasi. Akses informasi terutama informasi harga kakao sudah tinggi dan hampir sama di semua kelompok tani.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcCommunication Developmentid
dc.subject.ddcParticipatoryid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcPolewali Mandar-Sulawesi Baratid
dc.titleKomunikasi Partisipatif dalam Penerapan Standar Sertifikasi Kakao Pada Kelompok Tani di Kabupaten Polewali Mandarid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordadopsi inovasiid
dc.subject.keywordcollective actionid
dc.subject.keywordcommunity dialogueid
dc.subject.keywordfasilitatorid
dc.subject.keywordsertifikasi kakaoid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record