dc.description.abstract | Mangrove memiliki peran penting dalam kehidupan spesies baik yang berada
di darat maupun perairan. Keberadaannya menghadapi tekanan yang cukup besar
terutama sebagai akibat dari kegiatan antropogenik yaitu konversi menjadi tambak
dan lahan pertanian serta penebangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
persepsi masyarakat mengenai mangrove, menganalisis hubungan antara persepsi
dan partisipasi masyarakat tentang pengelolaan mangrove, dan merumuskan
strategi pengelolaan mangrove berkelanjutan dengan pelibatan masyarakat. Konsep
partisipasi menurut Pretty digunakan untuk mengetahui tipologi partisipasi yang
ada di lokasi penelitian.
Penelitian dilakukan di tiga desa yaitu Salimbatu, Sekatak Bengara dan Liagu
Kabupaten Bulungan. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi vegetasi, persepsi
dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove. Pada pengukuran
vegetasi, lokasi pengamatan terbagi atas bentuk pemanfaatan eksploitatif dan noneskpolitatif
dengan total petak contoh sebanyak 30 petak. Pengumpulan data sosial
dilakukan melalui wawancara terstruktur terhadap 83 responden dan wawancara
semi terstruktur terhadap 9 informan kunci.
Jumlah jenis mangrove yang ditemukan di lokasi penelitian sebanyak 13
jenis. Vegetasi pada area dengan intervensi manusia yang relatif rendah
menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan area lainnya. Hal
tersebut ditunjukkan dari nilai index keanekaragaman jenis, nilai indeks kekayaan
jenis dan luas bidang dasar. Jenis yang mendominasi pada lokasi pengamatan yaitu
Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata.
Penilaian manfaat mangrove oleh responden adalah sebagai habitat bagi
spesies akuatik dan terestrial, penyedia produk perikanan dan pelindung dari
gelombang dan angin. Responden di Salimbatu dan Liagu sebagian besar memiliki
persepsi positif terhadap mangrove. Sebaliknya, responden di Sekatak Bengara
sebagian besar memiliki persepsi negatif. Hal ini diduga terjadi karena lokasi desa
dan alternatif mata pencaharian. Sebagian besar responden menunjukkan keinginan
untuk terlibat dalam berbagai kegiatan pengelolaan mangrove. Akan tetapi dari
aspek pengetahuan, sebagian besar responden tidak memiliki pengetahuan dan
keahlian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan mangrove.
Persepsi responden dan kesiapan untuk berpartisipasi menujukkan korelasi
nyata (rs = 0.37; p= 0.001). Skor yang diperoleh dalam analisis SWOT yaitu -0.24
dan -0.10 yang menunjukkan posisinya pada kuadran IV. Kelemahan utama dalam
upaya pengelolaan mangrove yaitu terbatasnya pengetahuan mengenai fungsi dan
peran mangrove. Keterbatasan anggaran menjadi ancaman utama dalam
pengelolaan mangrove berkelanjutan. Alternatif strategi dalam mengurangi
kelemahan dan menghindari ancaman tersebut diantaranya adalah penguatan
kapasitas KPH selaku pengelola kawasan di tingkat tapak serta masyarakat dalam
pengelolaan mangrove berkelanjutan. | id |