Show simple item record

dc.contributor.advisorWidanarni
dc.contributor.advisorSukenda
dc.contributor.authorSeran, Klaudia Nia
dc.date.accessioned2019-04-24T02:03:53Z
dc.date.available2019-04-24T02:03:53Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97117
dc.description.abstractKendala yang sering dihadapi dalam budidaya intensif adalah masalah penurunan kinerja pertumbuhan dan meningkatnya serangan penyakit. Serangan penyakit yang paling serius yang dapat menyebabkan kematian masal pada udang vaname adalah white spot disease (WSD) yang disebabkan oleh infeksi white spot syndrome virus (WSSV). Penyakit ini bersifat letal yang dapat menyebabkan kematian sekitar 70–90% dalam kurun waktu 3–7 hari pascainfeksi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi penyakit WSD pada udang yakni dengan cara meningkatkan respons imun non spesifik melalui pemberian prebiotik. Prebiotik merupakan bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh inang namun dapat dimanfaatkan oleh bakteri tertentu di usus. Pemanfaatan prebiotik dalam bidang akuakultur umumnya hanya memanfaatkan satu jenis prebiotik saja, seperti frukto-oligosakarida (FOS), inulin, mananoligosakarida (MOS), galakto-oligosakarida (GOS), dan jenis oligosakarida lainnya. Oleh karena itu, perlu dikaji sumber prebiotik lain yang mengandung beberapa komponen prebiotik didalamnya. Salah satu bahan yang memenuhi kriteria tersebut adalah madu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan prebiotik madu untuk pengendalian WSD pada udang vaname. Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan dengan tiga ulangan, yang meliputi perlakuan K+ (tanpa prebiotik madu dan diinfeksi WSSV), K- (tanpa prebiotik madu dan tidak diinfeksi WSSV), prebiotik madu 0.25%; 0.5%; 0.75%; 1%, dan diinfeksi WSSV. Udang vaname dengan bobot rata-rata 2.2±0.1 g dipelihara dengan kepadatan 15 ekor per akuarium (ukuran 60cm×25cm×50cm). Pemberian pakan dilakukan sebanyak empat kali sehari secara at satiation. Setelah pemeliharaan selama 30 hari, udang diuji tantang dengan filtrat virus WSSV sebanyak 0.1 mL per ekor yang diinjeksikan secara intramuskular. Parameter yang diukur meliputi kandungan prebiotik madu, total dan jenis bakteri dominan di usus, asam lemak rantai pendek, kinerja pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan), respons imun (total haemosit, aktivitas phenoloxidase, respiratory burst), dan tingkat kelangsungan hidup udang vaname stetelah diuji tantang dengan WSSV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu yang digunakan dalam penelitian ini mengandung prebiotik FOS, GOS, dan inulin. Total bakteri usus udang vaname setelah pemberian prebiotik madu lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan kontrol. Total bakteri usus tertinggi terdapat pada perlakuan 0.5% dan 0.75% masing-masing sebesar 10.16±0.02 Log CFU g-1 dan 10.15±0.04 Log CFU g-1. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian prebiotik madu dapat meningkatkan jumlah bakteri di dalam usus udang vaname. Beberapa jenis bakteri yang ditemukan dominan pada usus udang vaname berasal dari genus Bacillus, Acinetobacter, Aerococcus, Vibrio, Enterobacter, Eubacterium dan Flavobacterium. Beberapa jenis bakteri ini telah dilaporkan termasuk bakteri probiotik. Jumlah asam asetat dan asam propionat pada perlakuan madu 0.75% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sementara jumlah asam butirat tertinggi diperoleh pada perlakuan madu 0.5%. Kinerja pertumbuhan (LPS dan RKP) udang vaname setelah pemberian prebiotik madu lebih baik dan berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan kontrol. Hal ini diduga karena prebiotik madu berperan memberikan nutrisi bagi pertumbuhan bakteri menguntungkan di dalam usus. Bakteri menguntungkan ini menghasilkan asam lemak rantai pendek dan enzim pencernaan yang akan membantu menyempurnakan pemanfaatan pakan sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan dan memperbaiki nilai RKP. Nilai LPS tertinggi terdapat pada perlakuan 0.5% dan 0.75% yakni masing-masing sebesar 5.67 ± 0.2 % hari-1 dan 5.88 ± 0.13 % hari-1. Nilai RKP terbaik terdapat pada perlakuan 0.5% dan 0.75% yakni masing-masing sebesar 1.58±0.04 dan 1.55±0.08. Respons imun udang vaname (total haemocyte count, respiratory burst, phenoloxidase) yang diberi prebiotik madu lebih tinggi dan berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut dikarenakan prebiotik ini secara langsung berinteraksi dengan reseptor spesifik pada sistem imun bawaan udang. Pascauji tantang, tingkat kelangsungan hidup udang yang diberi prebiotik madu 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1%, berturut-turut sebesar 80%, 93.3%, 93.3%, 60%, menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding kontrol (+) sebesar 46.67%. Hal ini menunjukkan bahwa prebiotik madu mampu meningkatkan ketahanan tubuh udang terhadap infeksi WSSV. Kesimpulan, pemberian prebiotik madu 0.5% efektif meningkatkan kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi udang vaname terhadap infeksi WSSV.id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcShrimpsid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePemanfaatan Madu sebagai Prebiotik untuk Pengendalian White Spot Disease (WSD) pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmaduid
dc.subject.keywordprebiotikid
dc.subject.keywordudang vanameid
dc.subject.keywordwhite spot syndrome virusid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record