Show simple item record

dc.contributor.advisorChozin, Muhammad Achmad
dc.contributor.advisorSantosa, Edi
dc.contributor.authorMaure, Gerson Hans
dc.date.accessioned2019-04-15T04:50:13Z
dc.date.available2019-04-15T04:50:13Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/97071
dc.description.abstractTumpangsari adalah salah satu bentuk pertanaman ganda dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan. Pada sistem pertanaman tumpangsari, keberadaan tajuk tanaman utama yang lebih tinggi mengurangi tingkat radiasi yang diterima oleh tanaman sela di bawahnya. Perubahan intensitas cahaya karena adanya naungan tersebut mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan dengan menempatkan kecipir sebagai tanaman utama dan tomat sebagai tanaman sela. Beberapa genotipe tomat ditanam pada dua populasi tanaman kecipir. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis respon pertumbuhan, perubahan fisiologis dan mengevaluasi respon produksi dari beberapa genotipe tomat, mengevaluasi pertumbuhan dan produksi kecipir serta menghitung nisbah kesetaraan lahan (NKL). Penelitian dilaksanakan pada Desember 2017-Juni 2018 di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Bogor, Indonesia. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali dengan membandingkan tiga genotipe tomat monokultur, kecipir monokultur (populasi rendah dan tinggi) dan tumpangsari (tiga genotipe tomat pada dua populasi kecipir). Hasil penelitian menunjukan bahwa tumpangsari meningkatkan laju fotosintesis, kondukstansi stomata, kandungan klorofil, karotenoid, kandungan total nitrogen, gula dan pati pada tanaman tomat. Pertumbuhan tiga genotipe tomat yakni Tora, F70030081-12-16-3 dan Apel Belgia tidak menunjukkan perbedaan antara perlakuan monokultur dan tumpangsari. Tumpangsari memperlambat umur berbunga ketiga genotipe tomat, menurunkan jumlah buah genotipe F70030081- 12-16-3 dan Apel Belgia, memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelunakan buah, total asam titrasi pada semua genotipe, dan vitamin C selain Tora. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tanaman kecipir memiliki pertumbuhan sama baiknya antara monokultur dengan tumpangsari, bahkan tumpang sari meningkatkan jumlah polong per tanaman. Genotipe tomat memiliki pertumbuhan lebih baik pada tumpangsari daripada monokultur. Hal tersebut menunjukan bahwa tumpangsari dengan kecipir memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tomat. NKL bernilai lebih dari satu, menunjukan pola tanam tumpangsari lebih efesien dan produktif dibandingkan monokultur. Implikasi penelitian ini adalah populasi kecipir menentukan tingkat produktivitas lahan ketiga genotipe tomat yang dibudidayakan. Dengan demikian, budidaya tomat dengan kecipir dapat dilakukan secara tumpangsari.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcTomatoesid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleAnalisis Pertumbuhan dan Produksi Tanaman pada Sistem Tumpangsari Tomat-Kecipirid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordSolanum lycopersicum Lid
dc.subject.keywordPsophocarpus tetragonolobusid
dc.subject.keywordgenotipeid
dc.subject.keywordnaunganid
dc.subject.keywordfisiologiid
dc.subject.keywordpertumbuhanid
dc.subject.keywordproduksiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record