Analisis Pertumbuhan dan Produksi Tanaman pada Sistem Tumpangsari Tomat-Kecipir
View/ Open
Date
2019Author
Maure, Gerson Hans
Chozin, Muhammad Achmad
Santosa, Edi
Metadata
Show full item recordAbstract
Tumpangsari adalah salah satu bentuk pertanaman ganda dalam rangka
meningkatkan produktivitas lahan. Pada sistem pertanaman tumpangsari,
keberadaan tajuk tanaman utama yang lebih tinggi mengurangi tingkat radiasi yang
diterima oleh tanaman sela di bawahnya. Perubahan intensitas cahaya karena
adanya naungan tersebut mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan dengan menempatkan kecipir
sebagai tanaman utama dan tomat sebagai tanaman sela. Beberapa genotipe tomat
ditanam pada dua populasi tanaman kecipir.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis respon pertumbuhan, perubahan
fisiologis dan mengevaluasi respon produksi dari beberapa genotipe tomat,
mengevaluasi pertumbuhan dan produksi kecipir serta menghitung nisbah
kesetaraan lahan (NKL). Penelitian dilaksanakan pada Desember 2017-Juni 2018
di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Bogor, Indonesia. Percobaan disusun
menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali dengan
membandingkan tiga genotipe tomat monokultur, kecipir monokultur (populasi
rendah dan tinggi) dan tumpangsari (tiga genotipe tomat pada dua populasi kecipir).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tumpangsari meningkatkan laju
fotosintesis, kondukstansi stomata, kandungan klorofil, karotenoid, kandungan
total nitrogen, gula dan pati pada tanaman tomat. Pertumbuhan tiga genotipe tomat
yakni Tora, F70030081-12-16-3 dan Apel Belgia tidak menunjukkan perbedaan
antara perlakuan monokultur dan tumpangsari. Tumpangsari memperlambat umur
berbunga ketiga genotipe tomat, menurunkan jumlah buah genotipe F70030081-
12-16-3 dan Apel Belgia, memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelunakan
buah, total asam titrasi pada semua genotipe, dan vitamin C selain Tora. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa tanaman kecipir memiliki pertumbuhan sama
baiknya antara monokultur dengan tumpangsari, bahkan tumpang sari
meningkatkan jumlah polong per tanaman. Genotipe tomat memiliki pertumbuhan
lebih baik pada tumpangsari daripada monokultur. Hal tersebut menunjukan bahwa
tumpangsari dengan kecipir memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
tomat. NKL bernilai lebih dari satu, menunjukan pola tanam tumpangsari lebih
efesien dan produktif dibandingkan monokultur. Implikasi penelitian ini adalah
populasi kecipir menentukan tingkat produktivitas lahan ketiga genotipe tomat yang
dibudidayakan. Dengan demikian, budidaya tomat dengan kecipir dapat dilakukan
secara tumpangsari.
Collections
- MT - Agriculture [3772]