Strategi Pengembangan Agroindustri Nilam (Studi Kasus: Koperasi Industri Nilam Aceh di Kabupaten Aceh Barat).
View/ Open
Date
2018Author
Lisma, Yunandar
Baga, Lukman Muhammad
Burhanuddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditas
penghasil minyak atsiri yang memiliki peranan penting di bidang industri. Minyak
nilam mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Komoditas ini
digunakan sebagai bahan baku agroindustri parfum, kosmetik, sabun, obat-obatan,
dan lain-lain. Tingginya kebutuhan minyak nilam dalam industri dikarenakan
minyak nilam dapat mengikat bau wangi, tidak cepat hilang dan tahan lama.
Selain itu, minyak nilam juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati.
Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun dan
batang berpotensi sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar dan pupuk
kompos. Air dari hasil penyulingan setelah dipekatkan juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku untuk aroma terapi. Oleh karena itu, budidaya nilam menjadi
target usaha dengan nilai keuntungan yang besar.
Provinsi Aceh merupakan penghasil utama minyak nilam. Data dari BPS
menunjukkan bahwa Aceh Barat merupakan kabupaten yang memiliki luas lahan
terbesar di Provinsi Aceh. Salah satu lembaga yang berperan dalam
mengembangkan agroindustri nilam di Aceh Barat yaitu Koperasi Industri Nilam
Aceh (KINA) atau disebut dengan KINA Barat. Koperasi ini memiliki peluang
untuk menjual produknya ke beberapa perusahaan baik domestik maupun
internasional. Akan tetapi, besarnya peluang pasar ini belum dapat diraih oleh
KINA Barat, sehingga diperlukan alternatif strategi untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan model bisnis yang sekarang,
menganalisis serta merumuskan alternatif strategi baru berdasarkan Business
Model Canvas (BMC). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara yang berpedoman pada
kuesioner sedangkan data sekunder didapatkan dari profil dan laporan KINA
Barat serta,dinas atau instansi terkait. Untuk memetakan model bisnis dilakukan
dengan menggunakan 9 komponen BMC, kemudian dilakukan analisis SWOT
pada setiap komponen tersebut serta menentukan strategi prioritas dari berbagai
kendala yang ada. Selanjutnya dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan
pihak internal KINA Barat. Hasil FGD tersebut disempurnakan dengan Blue
Ocean Strategy untuk menghasilkan model bisnis yang baru.
Berdasarkan hasil penelitian, pemetaan BMC pada KINA Barat saat ini
menunjukkan bahwa perlu adanya perubahan strategi karena masih terdapat
segmentasi pasar yang berpotensi dan belum terlayani dengan baik. Isu internal
dan eksternal yang diidentifikasi dengan analisis SWOT saat ini masih belum
sempurna karena masih memiliki kelemahan strategis seperti KINA Barat
pemenuhan permitaan pasar yang belum maksimal, adakalanya anggota KINA
Barat beralih untuk menanam tanaman atsiri lain, minimnya media penyebar
informasi, dan melonjaknya biaya produksi nilam. Oleh karena itu perlu
memperbaiki dengan memanfaatkan peluang-peluang strategis diantaranya pangsa
pasar nilam yang masih terbuka lebar, kualitas minyak atsiri terbaik ada pada
nilam, dan adanya fasilitator yang mendampingi anggota KINA Barat dalam
menstandarisasi aktivitas kunci.
Adapun ancaman strategis yang perlu diperhatikan yaitu munculnya
kompetitor baik di dalam maupun luar daerah, adanya subtitusi produk dari
minyak atsiri lainnya, berpindahnya pelanggan ke produsen lain, kurangnya
kegiatan evaluasi yang mengakibatkan kualitas dari aktivitas kunci menjadi
rendah serta adanya gangguan dalam pasokan nilam baik secara kualitas maupun
kuantitas. KINA Barat perlu menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
tersebut. Adapun kekuatannya terdiri dari pelanggan yang sudah disegmentasikan,
memiliki standar mutu, jaringan pemasok yang terintegrasi antar Tempat
Pelayanan Anggota (TPA) dan adanya hubungan baik antara KINA Barat dengan
mitra. Alternatif strategi yang lebih baik pada KINA Barat yaitu dengan
memfokuskan peningkatan segmentasi pelanggan baru dan meningkatkan
proposisi nilam. Menambah dan meningkatkan proposisi nilai, ini akan
meningkatkan kegiatan utama, mitra utama, aliran pendapatan, dan struktur biaya
ke KINA Barat. Komponen Model Bisnis Kanvas secara komprehensif berubah,
tetapi ada beberapa komponen tetap termasuk proposisi nilai dalam bentuk
layanan kepada pelanggan dan sumber daya utama yang diperlukan.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]