dc.description.abstract | Selama proses fermentasi sel khamir akan mengalami berbagai kondisi yang
tidak menguntungkan seperti cekaman hiperosmotik dan oksidatif. Kondisi
tersebut menyebabkan daya hidup khamir menurun dan menghentikan proses
fermentasi. Oleh karena itu, penggunaan khamir yang tahan cekaman menjadi
salah satu strategi untuk menjaga proses fermentasi berjalan dengan baik. Pada
penelitian ini, khamir tahan cekaman diisolasi dari brem tradisional asal Bali.
Kriteria khamir dipilih berdasarkan ketahanannya terhadap cekaman
hiperosmotik, yakni cekaman gula 30%, 40%, 50% (b/v), cekaman etanol 5%,
10%, 12.5% (v/v), dan cekaman suhu 37oC, 40oC, 45oC menggunakan metode
spot test assay. Sebanyak sembilan isolat berhasil diisolasi dari dua produsen
brem. Seluruh isolat dikarakterisasi secara morfologi untuk kemudian diseleksi
berdasarkan toleransinya terhadap cekaman gula, suhu, dan etanol tinggi dengan
metode spot test assay. Isolat BT2, BT5, dan BT6 mampu menghadapi cekaman
gula 50% (b/v) dan suhu 37oC. Isolat BT5 memiliki karakter terbaik, yakni
mampu bertahan dalam menghadapi cekaman 12.5% (v/v) etanol, selain tahan
terhadap cekaman suhu 37oC dan gula 50%. Berdasarkan analisis homologi dari
sekuen gen ITS-nya, isolat BT2 teridentifikasi sebagai Wickerhamomyces
anomalus CBS:1978, BT5 teridentifikasi sebagai Wickerhamomyces anomalus
M297B, dan BT6 teridentifikasi sebagai Wickerhamomyces anomalus UFLA
ARC 235. | id |