Show simple item record

dc.contributor.advisorGhulamahdi, Munif
dc.contributor.advisorTrikoesoemaningtyas
dc.contributor.advisorLubis, Iskandar
dc.contributor.advisorShiraiwa, Tatsuhiko
dc.contributor.authorSagala, Danner
dc.date.accessioned2019-01-17T06:26:03Z
dc.date.available2019-01-17T06:26:03Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95953
dc.description.abstractPemenuhan kebutuhan kedelai nasional harus dilakukan dengan pengembangan lahan pasang surut. Lahan subur mengalami penurunan luasan setiap tahun sebagai akibat pembangunan. Indonesia memiliki lahan pasang surut yang luas. Lahan rawa pasang surut memiliki pembatas pertumbuhan tanaman yaitu pH tanah yang rendah dan adanya kandungan pirit. Sebagian besar tanah di lahan rawa pasang surut terbentuk dari bahan induk yang mengandung banyak senyawa pirit (FeS2). Pirit menjadi masalah jika teroksidasi meskipun keberadaannya di dalam tanah tidak banyak. Penelitian pengembangan lahan pasang surut tipe luapan C telah memberi hasil yang baik sehingga penelitian ini fokus untuk ekspansi pengembangan tipe luapan B. Lahan pasang surut tipe luapan B diluapi oleh air sungai saat pasang besar air laut terjadi. Pasang besar air laut terjadi dua kali setiap bulan. Luapan air ke lahan terjadi sekitar 3-5 jam hingga air surut kembali ke laut. Kedelai akan mengalami cekaman genangan sesaat di tipe luapan B. Genangan sesaat yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah genangan air akibat luapan air sungai pada saat pasang besar (3-5 jam). Perlakuan genangan sesaat pada penelitian ini ditentukan selama 4 jam. Lima percobaan dilakukan untuk memperoleh genotipe yang adaptif di lahan rawa pasang surut tipe luapan B pada musim kemarau (MK) I dan MK II, musim terbaik budidaya kedelai di lahan pasang surut tipe luapan B, genotipe yang adaptif terhadap genangan sesaat di lahan rawa pasang surut tipe luapan B, informasi mengenai perubahan fisika dan kimia tanah akibat genangan sesaat, dan informasi tentang mekanisme adaptasi kedelai terhadap genangan sesaat di lahan rawa pasang surut tipe luapan B Sumatera Selatan. Tiga percobaan dari kelima percobaan dilaksanakan di lahan rawa pasang surut tipe luapan B. Dua percobaan lainnya dilaksanakan di kebun percobaan IPB kampus Dramaga Bogor. Adaptabilitas 29 genotipe kedelai dari berbagai negara diuji di lahan pasang surut tipe luapan B pada dua musim kemarau yaitu MK I dan MK II. Cekaman lingkungan pasang surut tipe luapan B sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil semua genotipe kedelai dimana nilai ragam genetik tidak lebih besar dari ragam lingkungan dengan nilai heritabilitas arti luas yang tergolong sedang yaitu berkisar 50% pada kedua musim kemarau. Adaptabilitas diukur dari karakter daya hasil biji setiap genotipe dan dikelompokkan berdasarkan nilai tengah yang dibakukan. Daya hasil biji tertinggi dihasilkan oleh genotipe Karasumame (Naihou) yang berasal dari daerah sub tropik untuk MK I (4.06 ton ha-1) dan MK II (2.58 ton ha-1). Produktivitas MK I lebih tinggi dibandingkan dengan MK II. Genotipe kedelai memberikan respon yang berbeda-beda terhadap cekaman genangan sesaat dan aluminium. Semakin awal kedelai mengalami sekaman sesaat, semakin sensitif terhadap cekaman tersebut dan pertumbuhan semakin terganggu. Berdasarkan daya hasil biji, genotipe M100-47-52-13 (2.65 ton ha-1), Anjasmoro (2.32 ton ha-1) dan Tanggamus (2.30 ton ha-1) merupakan genotipe yang adaptif di lahan rawa pasang surut tipe luapan B. Ketiga genotipe dengan produktivitas tertinggi tersebut diperoleh pada perlakuan teknologi budidaya jenuh air tanpa genangan sesaat. Namun hanya genotipe M100-47-52-13 dan Anjasmoro yang adaptif pada kondisi genangan sesaat. Aktivitas nitrogenase pada tanaman yang tidak diberikan budidaya jenuh air (budidaya kering) sangat rendah. Genangan sesaat tidak menurunkan aktivitas nitrogense dan serapan hara tanaman. Peningkatan aktivitas nitrogenase kedelai budidaya jenuh air 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya kering. Peningkatan luas daun pada tanaman yang diberikan perlakuan budidaya jenuh air adalah 300% dibandingkan dengan budidaya kering. Genangan sesaat dan dilanjutkan dengan budidaya kering juga menurunkan luas daun pada 1 minggu setelah genangan sesaat. Namun genangan sesaat yang dilanjutkan dengan budidaya jenuh air tidak menurunkan luas daun. Kedelai pada budidaya jenuh air memiliki kerapatan stomata yang rendah. Kedelai yang kekurangan air memiliki kerapatan stomata yang tinggi. Namun jumlah stomata kedelai budidaya jenuh air 400% lebih banyak dibandingkan dengan budidaya kering Genangan sesaat menurunkan pH tanah sebesar ±0.8 poin dan meningkatkan kadar Al tanah sebesar ±1 cmolc/kg. Genangan sesaat menyebabkan kenaikan kadar Al pada lapisan atas tanah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgronomyid
dc.subject.ddcSoybeanid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleAdaptasi Kedelai terhadap Genangan Sesaat pada Lahan Rawa Pasang Surut Tipe Luapan B.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordlahan sub optimalid
dc.subject.keywordmekanisme adaptasiid
dc.subject.keywordlingkunganid
dc.subject.keywordbasahid
dc.subject.keywordkeringid
dc.subject.keywordproduktivitasid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record