Show simple item record

dc.contributor.advisorKinseng, A Rilus
dc.contributor.advisorAgusta, Ivanovich
dc.contributor.authorAttamimi, Gadri Ramadhan
dc.date.accessioned2019-01-15T04:20:29Z
dc.date.available2019-01-15T04:20:29Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95454
dc.description.abstractKota Ambon yang terletak di Pulau Ambon dan dikelilingi oleh laut, merupakan penghasil produk perikanan terbesar kedua di Provinsi Maluku setelah Kabupaten Maluku Tengah. Nelayan di Kota Ambon memiliki jenis dan alat tangkap yang berbeda-beda yaitu pukat pantai, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, huhate, pancing tonda, jala, bubu dan serok (BPS Kota Ambon, 2017). Potensi sumberdaya perikanan yang ada di Kota Ambon terdiri dari kelompok jenis ikan yaitu ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang. Sumbangan sektor perikanan Kota Ambon Tahun 2016 dari kelompok ikan, total potensi adalah 124.213,4 ton/tahun, dengan potensi lestari adalah 58.907,2 ton/tahun. Kelimpahan stock ikan pelagis di Kota Ambon adalah 2.091,30 ton/bulan, Pemanfaatan ikan pelagis mencapai 377,01 ton/bulan, kelimpahan stock ikan demersal di Kota Ambon adalah 240,2 ton/bulan, Pemanfaatan ikan demersal mencapai 40,60 ton/bulan (DKP Kota Ambon, 2017). Walaupun potensi perikanan yang begitu besar namun Kota Ambon yang merupakan bagian dari Provinsi Maluku masih memiliki masalah sosial yaitu masalah kemiskinan, dimana BPS Maluku menjelaskan dalam berita resminya pada tahun 2016, Provinsi Maluku dalam indeks kemiskinan masuk dalam provinsi termiskin keempat di Indonesia dengan presentase 19,36%, setelah Papua, Papua Barat, dan NTT (BPS MALUKU 2016). Nelayan yang merupakan bagian dari masyarakat pesisir di Kota Ambon dan memiliki problem kemiskinan yang ditandai dengan persoalan ketimpangan sering kali mendapatkan masalah tersebut. Haughton dan Khandker (2013), menjelaskan ketimpangan merupakan masalah yang kurang mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah, padahal kesenjangan sosial-ekonomi akan memengaruhi ketimpangan antar penduduk di Indonesia. Isu ketimpangan merupakan aspek penting dalam penanggulangan kemiskinan, kemiskinan umumnya ditandai ketimpangan-ketimpangan antara lain, kepemilikan sumberdaya, kesempatan dalam berusaha, skill, dan faktor lainnya yang menyebabkan perolehan pendapatan yang tidak seimbang dan mengakibatkan struktur sosial yang timpang (Dahuri dan Nugroho 2012). Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penting untuk meneliti ketimpangan struktural nelayan di Kota Ambon karena struktur sosial nelayan memainkan peran utama dalam kegiatan sosial ekonomi nelayan. Oleh karena itu ada dua pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana proses terbentuknya kelas nelayan di Kota Ambon; 2) Bagaimana tingkat ketimpangan struktural nelayan di Kota Ambon. Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini ialah, 1) Menganalisis proses terbentuknya kelas nelayan di Kota Ambon; 2) Menganalisis tingkat ketimpangan struktural nelayan di Kota Ambon. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2017. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Maluku. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan tersebut melibatkan pencampuran (mixing) kedua pendekatan dalam satu penelitian (Creswell 2013). Studi kasus digunakan sebagai metode kualitatif dan survey digunakan untuk metode kuantitatif. Penelitian mengambil dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Penggunaan responden dipilih dengan metode stratified-accidental sampling yaitu mengambil siapa saja nelayan yang bisa ditemui untuk diwawancara dari setiap kelas sosial (Kinseng, 2013). Jumlah populasi nelayan berdasarkan kelas sosial diperoleh melalui data sekunder dari pemerintah Negeri Latuhalat sebanyak 120 responden yang tersebar pada Negeri Latuhalat. Distribusi responden terdiri dari Buruh Nelayan terdiri dari 30 responden yang terdiri dari 20 buruh masnait dan 10 buruh tanase. 30 responden dengan status sebagai nelayan kecil sesuai klasifikasi alat tangkap yaitu nelayan jaring puri 10 responden, nelayan jaring 15 responden dan nelayan pancing tangan 5 responden. Nelayan menengah sebanyak 30 responden dengan alat tangkap pancing tonda. Nelayan besar (pemilik kapal) purse seine sebanyak 30 responden. Adapun untuk analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mereduksi data-data yang telah didapatkan terlebih dahulu untuk memilah data mana yang sesuai. Sementara untuk analisis data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel agar mempermudah dalam pengolahan data. Selanjutnya data dianalisis dengan melakukan interpretatif secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan kondisi sosial nelayan di Negeri Latuhalat. Hasil studi menunjukkan struktur kelas nelayan di Ambon terdiri dari kelas buruh nelayan terbagi dua yaitu buruh masnait dan buruh tanase, kelas nelayan kecil, kelas nelayan menengah, dan kelas nelayan besar. Proses pembentukan kelas melalui penguasaan alat produksi, proses penguasaan alat produksi ada dua yaitu modernisasi alat tangkap dan akumulasi kapal perikanan tangkap. Ketimpangan yang terjadi antar nelayan di Ambon tergolong tinggi, dilihat dari indeks gini dan ukuran Bank Dunia, indeks gini menunjukkan nilai sebesar 0,74 sedangkan pada ukuran Bank Dunia, lebih dari 40% nelayan menunjukkan presentase pendapatan yang diterima oleh kelas nelayan kecil maupun buruh masnait lebih kecil dari 12%. Kondisi ini menggambarkan bahwa telah terjadi ketimpangan antar kelas nelayan, dimana sebanyak 75% hanya mampu menerima 8,27% dari total pendapatan sedangkan sebanyak 25% nelayan pemilik (kapitalis) menikmati dan menguasai 91,73% dari total pendapatan. Potret kondisi nelayan kecil yang melakukan aktifitas perikanan tangkap di Kota Ambon menunjukkan ketertinggalan dari segi alat produksi, sehingga berapapun usaha yang dikerjakan oleh mereka tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh oleh kelas nelayan kecil.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcRural Sociologyid
dc.subject.ddcStructural Inequalityid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcAmbon, Malukuid
dc.titleKelas Dan Ketimpangan Struktural Nelayan Di Kota Ambonid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordGini Rasioid
dc.subject.keywordNelayanid
dc.subject.keywordKemiskinanid
dc.subject.keywordKetimpanganid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record