Penambahan Kalsium Oksida dengan Dosis yang Berbeda pada Sistem Resirkulasi untuk Meningkatkan Produksi Benih Abalon (Haliotis squamata).
View/ Open
Date
2018Author
Liubana, Debora Victoria
Supriyono, Eddy
Budiardi, Tatag
Effendi, Irzal
Metadata
Show full item recordAbstract
Permintaan pasar abalon mengalami peningkatan dari 134 000 ton pada 2015 menjadi 150 000 ton pada 2016 dengan harga jual mencapai Rp 1 000 000 kg-1. Hal ini menyebabkan eksploitasi abalon di alam semakin meningkat sehingga populasi abalon semakin berkurang. Oleh karena itu, diperlukan upaya budidaya untuk memenuhi permintaan pasar abalon. Kendala utama dalam budidaya abalon disebabkan oleh keterbatasan benih. Produksi benih abalon dapat dilakukan dengan menggunakan sistem flow through dan resirkulasi.
Sistem resirkulasi adalah rekayasa teknologi yang digunakan dalam budidaya abalon untuk menghemat penggunaan air. Ketersediaan mineral terutama kalsium, pada sistem tersebut akan berkurang karena terjadi penyerapan oleh abalon untuk pertumbuhan cangkang. Oleh karena itu diperlukan adanya penambahan kalsium. Tujuan dari penelitian adalah untuk menentukan dosis terbaik penambahan kalsium oksida (CaO) pada sistem resirkulasi filtrasi untuk meningkatkan produksi benih abalon.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2017 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, FPIK, IPB. Analisis Kandungan kalsium dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, FAPET, IPB. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya, FPIK, IPB. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan kalsium oksida (CaO) dengan dosis masing-masing 0, 15, 30 dan 45 mg L-1. Sumber kalsium berasal dari kalsium oksida (kapur tohor) dihaluskan terlebih dahulu kemudian ditimbang sesuai dengan perlakuan penambahan CaO (15, 30 dan 45 mg L-1) dan dilarutkan terlebih dahulu pada air sebanyak 240 ml, setelah itu dituangkan pada media sesuai dengan dosis perlakuan. Pengambilan sampling dilakukan setiap 15 hari sekali.
Hewan uji yang digunakan adalah abalon Haliotis squamata sebanyak 10 ekor setiap ulangan dengan bobot rata-rata 2.3 g ekor-1 yang berasal dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali dipelihara dalam akuarium (80 cm x 30 cm x 40 cm) yang dilengkapi dengan filter dan aerasi dan diisi air laut (salinitas 30 g L-1 ) sebanyak 15 L. Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu abalon diaklimatisasi selama 7 hari. Pakan yang digunakan adalah rumput laut (Gracilaria verrucosa) yang berasal dari Karawang sebanyak 20 g setiap ulangan dengan frekuensi 2 hari sekali.
Parameter yang diamati meliputi parameter kandungan Ca di air dan daging abalon pada awal dan akhir penelitian, kalsium pakan pada awal penelitian, parameter produksi yaitu tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang cangkang, efisiensi pakan dan komposisi tubuh (cangkang, daging) serta parameter kualitas air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai terbaik selama penelitian sebagai berikut penyerapan kalsium air 578.76 mg L-1, kalsium daging abalon 7.18 mg L-1, tingkat kelangsungan hidup 100%, Laju pertumbuhan harian 0.56 ± 0.06% hari-1, pertumbuhan panjang 151.89 ± 11.00 μm hari-1, efisiensi pakan 31.57 ± 2.82%. Hasil ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (P<0.05). Untuk nilai komposisi tubuh (cangkang, daging) pada akhir penelitian tidak berbeda nyata antar perlakuan. Pada penambahan Ca, parameter kualitas air yang paling terpengaruh adalah pH air. Nilai pH selama pemeliharaan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol mengalami penurunan dibandingkan perlakuan lainnya. Untuk perlakuan dengan penambahan Ca, Nilai pH tertinggi pada perlakuan CaO 45 mg L-1 yakni sebesar 8.0 sampai 9.0 unit berada diluar kisaran normal yang dapat ditoleransi oleh abalon sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan rendah. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan penambahan kalsium oksida pada sistem resirkulasi filtrasi untuk meningkatkan produksi benih abalon (Haliotis squamata) adalah dosis CaO 15 mg L-1.
Collections
- MT - Fisheries [3016]