Integrasi Pasar Spasial Komoditas Bawang Merah di Indonesia.
View/ Open
Date
2018Author
Rahmawati, Astuti
Fariyanti, Anna
Rifin, Amzul
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang merah adalah komoditas hortikultura penting bagi masyarakat
Indonesia yang memiliki nilai ekonomis dan strategis tinggi. Namun, wilayah
produksi bawang merah hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Perbedaan waktu
panen dan karakteristiknya yang mudak rusak menambah ketidakpastian jumlah
pasokan yang dapat memenuhi permintaan bawang merah. Ketidakseimbangan
pasokan dan konsumsi ini menyebabkan wilayah Indonesia ada yang mengalami
kelebihan dan kekurangan bawang merah yang kemudian perdampak pada
perbedaan harga. Perbedaan harga mendorong terjadinya perdagangan antar
provinsi dan merupakan indikasi adanya integrasi pasar. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis integrasi pasar spasial bawang merah tingkat produsen di
Indonesia dan faktor-faktor penentu integrasi pasar spasial bawang merah tingkat
produsen di Indonesia.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi
pustaka di Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, dan Kementerian
Perdagangan. Pasar produsen yang dianalisis adalah 28 provinsi asal dan tujuan
distribusi bawang merah yang diperoleh dari Survei Pola Distribusi (POLDIS)
Perdagangan Komoditas Bawang merah Indonesia 2015 Badan Pusat Statistik. Data
harga tingkat produsen bulanan periode Januari 2008-Desember 2014 digunakan
untuk menganalisis integrasi pasar spasial bawang merah di Indonesia. Kemudian,
analisis faktor-faktor penentu integrasi pasar spasial bawang merah di Indonesia
menggunakan data sekunder cross-section. Metode analisis yang digunakan adalah
kointegrasi Johansen, Kausalitas Granger, Error Corection Model (ECM), dan
regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi integrasi pasar yang
menyeluruh antar pasar produsen bawang merah di Indonesia. Terdapat 40 pasang
pasar produsen (44.944%) terkointegrasi dan sisanya 49 pasang pasar produsen
(55.056%) tidak terkointegrasi. Hal ini berarti bahwa pasar produsen bawang merah
antar provinsi di Indonesia tidak efisien. Pasar produsen bawang merah yang tidak
terintegrasi ini menyebabkan harga bawang merah tingkat produsen di Indonesia
memiliki fluktuasi harga yang paling tinggi. Berdasarkan hasil uji kausalitas bahwa
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat merupakan pemimpin harga.
Terdapat 74 (83.146%) pasang pasar produsen bawang merah yang terintegrasi
pada jangka pendek. Faktor penentu integrasi pasar spasial bawang merah tingkat
produsen di Indonesia adalah jumlah produksi bawang merah provinsi tujuan.
Sedangkan, faktor-faktor penentu lainnya seperti jumlah pasar (pasar tradisional,
restaurant, dan hotel), populasi penduduk, panjang jalan beraspal, jarak antar
provinsi, dan pendapatan domestik regional bruto tidak signifikan memengaruhi
integrasi pasar spasial bawang merah tingkat produsen di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor yang dapat meningkatkan integrasi pasar bawang merah
hanya pada sisi penawaran yaitu peningkatan produksi bawang merah khususnya
untuk daerah-daerah yang rendah produksinya.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]