Show simple item record

dc.contributor.advisorJunior, Zairin Muhammad
dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.advisorDiatin, Iis
dc.contributor.authorRahmadiah, Triayu
dc.date.accessioned2018-11-21T07:56:18Z
dc.date.available2018-11-21T07:56:18Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95245
dc.description.abstractTren budidaya perikanan semakin berkembang, salah satunya budidaya ikan lele. Untuk mengoptimalkan capaian produksi, hal yang harus diperhatikan adalah segmen pembenihan. Pada segmen ini benih ikan lele seringkali mengalami permasalahan kanibalisme yang berujung kematian dan menurunnya produksi sehingga menimbulkan kerugian dalam kegiatan pembenihan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kanibalisme pada larva ikan lele meliputi pengaruh hormon testosteron dan padat tebar terhadap perkembangan struktur mulut dan agresivitas, serta kanibalisme larva ikan lele. Ikan uji yang digunakan adalah larva ikan lele (C. gariepinus) berumur dua hari yang berasal dari induk betina yang diinjeksi hormon 17α-metiltestosteron (MT) dengan dosis berbeda. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap pola faktorial (RALF) yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama yaitu larva yang berasal dari induk yang diinjeksi propylene glycol (kontrol) (A), diinjeksi hormon MT (1 μg.g־¹ bobot tubuh) (B) dan diinjeksi hormon MT (2 μg.g־¹ bobot tubuh) (C), sedangkan faktor yang kedua yaitu padat tebar 3000 ekor.m־² (V1) dan 6000 ekor.m־² (V2). Parameter yang diamati pada penelitian meliputi kandungan hormon testosteron, kandungan glukosa darah, perkembangan struktur, tingkat agresivitas dan kanibalisme, kinerja produksi larva, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan testosteron dan glukosa darah pada larva ikan lele fluktuatif selama pemeliharaan. Namun, untuk kandungan glukosa darah mengalami penurunan pada hari ke-20 dan meningkat kembali pada hari ke-30. Penginjeksian hormon MT (BV1, BV2, CV1, dan CV2) memengaruhi perkembangan struktur mulut, yaitu mempercepat pertumbuhan gigi, terlihat pada pengamatan histologi gigi hari ke-0. Untuk pengukuran karakteristik morfometrik, terlihat bahwa semakin besar umur ikan maka semakin besar juga ukuran masing-masing karakteristik morfometrik. Hal ini ditunjukkan dari hasil koefisien korelasi dan determinasi yang kuat masing-masing berkisar antara 0.41-0.80 dan 15% - 93.4%. Larva ikan lele memiliki ciri morfologi mulut meliputi posisi mulut yang terminal, posisi rahang atas dan bawah sama panjang, bentuk mulut yang membulat dan tidak bisa disembulkan, sedangkan morfologi gigi ikan lele berbentuk viliform dan tersebar di bibir. Gigi-gigi ini terletak pada tulang dermal maksila dan pramaksila. Perkembangan struktur mulut ini erat kaitannya dengan perilaku makan-memakan dan penyerangan yang memicu kanibalisme. Tingkat agresivitas yang diamati sebelum dan saat pemberian pakan menunjukkan tingkah laku berenang paling tinggi pada semua perlakuan (AV1, AV2, BV1, BV2, CV1, dan CV2) jika dibandingkan dengan tingkah laku stereotipik, melarikan diri, istirahat dan agonistik. Hal ini menunjukkan bahwa larva ikan lele berenang aktif untuk mencari makan tanpa penyerangan. Kelangsungan hidup berbanding terbalik dengan mortalitas, tipe kanibalisme dan indeks kanibalisme. Pada perlakuan CV1, tingkat kelangsungan hidup rendah berkisar 45.7±4.32%, diikuti dengan mortalitas, tipe kanibalisme (tipe I), dan indeks kanibalisme yang tinggi masing-masing yaitu 13.2±2.94%, 31.8±6.47%, dan 41.2±6.90%. Selama 30 hari pemeliharaan, larva ikan lele menunjukkan dominansi kanibalisme tipe I yaitu menyerang dan memakan bagian tubuh mangsanya. Keragaman ukuran yang rendah ini mengakibatkan larva ikan lele tidak mampu menelan mangsanya (tipe II). Waktu kanibalisme tertinggi dalam sehari terjadi antara pukul 24.00-06.00 WIB. Selain tingkat agresivitas dan kanibalisme, penginjeksian hormon MT juga pertumbuhan larva ikan lele selama penelitian. Perlakuan CV1 menunjukkan laju pertumbuhan bobot harian tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya Untuk kualitas air selama pemeliharaan, kandungan TAN dan nitrit berada di atas kisaran baku mutu. Simpulan pada penelitian ini bahwa larva ikan lele dari induk yang diinjeksi hormon MT dan dipelihara pada padat tebar berbeda memengaruhi perkembangan struktur mulut, tingkat agresivitas, dan kanibalisme larva ikan lele. Perkembangan gigi atau morfogenesis pada perlakuan BV1, BV2, CV1, CV2 lebih cepat daripada perlakuan AV1 dan AV2. Untuk agresivitas dan kanibalisme, hasil yang didapat menunjukkan bahwa larva ikan lele dari induk yang diinjeksi hormon MT dosis tinggi (2 μg.g־¹ bobot tubuh) dan dipelihara pada padat tebar tinggi (6000 ekor.m־ ²) dapat meningkatkan agresivitas (berenang) dan menurunkan kanibalisme.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcCatfishid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleKanibalisme pada Larva Ikan Lele (Clarias gariepinus): Pengaruh Hormon Testosteron dan Padat Tebar terhadap Perkembangan Struktur Mulut dan Agresivitasid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordagresivitasid
dc.subject.keywordClarias gariepinusid
dc.subject.keywordhormon testosteronid
dc.subject.keywordhormon MTid
dc.subject.keywordkanibalismeid
dc.subject.keywordpadat tebarid
dc.subject.keywordstruktur mulutid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record