dc.description.abstract | Kelembagaan agroindustri merupakan salah satu aspek yang paling strategis
dalam pembangunan agroindustri. Kepentingan pembangunan agroindustri sangat
berkaitan dengan keperluan pengembangan kegiatan ekonomi berbasis pertanian.
Suatu alternatif model dan pola kelembagaan yang dipilih harus
mempertimbangkan inovasi yang akan digunakan, kelayakan, biaya paling rendah,
dan konsekuensi atau resiko sekecil mungkin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang strategi pengembangan
kelembagaan agroindustri kopi Gayo di Propinsi Aceh, sehingga dapat diketahui
kelemahan dan kekurangan berdasarkan penilaian kematangan kelembagaan yang
dilakukan serta bagaimana memformulasikan pola pengembangannya ke depan.
Adapun tahapan penelitian ini meliputi: 1) analisis situasional dan strategi
intervensi kelembagaan agroindustri kopi Gayo dengan metode soft systems
methodology (SSM) dan intervensi kelembagaan, 2) desain dan analisis sistem
penilaian kuantitatif kematangan kelembagaan agroindustri kopi Gayo
menggunakan Daur Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle
(SDLC)), use case diagram, Business Proces Model and Notation (BPMN) serta
survei pakar dan para pihak (stakeholder), 3) analisis strategi pengembangan
sumberdaya manusia sebagai aspek pendukung kelembagaan agroindustri kopi
Gayo dengan metode SSM, 4) analisis strategi prospektif pengembangan
kelembagaan agroindustri kopi Gayo dengan pendekatan parcipatory prospective
analysis (analisis prospektif) dan analitical hierarchy process (AHP), dan 5)
formulasi strategi pengembangan kelembagaan agroindustri kopi Gayo secara
komprehensif menggunakan pendekatan interpretive structural modeling (ISM).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelembagaan agroindustri
kopi Gayo saat ini telah berkembang dalam 4 bentuk kelembagaan, yaitu
kelembagaan sertifikasi, kelembagaan koperasi, kelembagaan kemitraan dagang
umum dan kelembagaan usaha mandiri. Adapun strategi intervensi kelembagaan
sertifikasi dan kelembagaan koperasi adalah melalui asistensi, sedangkan
kelembagaan kemitraan dagang umum adalah melalui fasilitasi, dan kelembagaan
usaha mandiri adalah melalui promosi. Untuk menilai tingkat kematangan
kelembagaan suatu agroindustri telah berhasil dikembangkan suatu sistem penilaian
kuantitatif kematangan kelembagaan agroindustri (Quantitative Assessment
Systems for Institutional Maturity of Agroindustry) yang disingkat dengan
QASIMA. Pada aplikasi penilaian kematangan kelembagaan terhadap agroindustri
kopi Gayo menujukkan pada level 3 yaitu tahap pertumbuhan (growing). Salah satu
aspek yang juga penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan
kelembagaan agroindustri adalah aspek sumberdaya manusia (SDM) agroindustri
itu sendiri. Pengembangan SDM agroindustri kopi Gayo merupakan tindakan
strategis untuk melahirkan kompetensi dan kualitas pelaku agroindustri dengan
daya saing yang tinggi terutama dalam menghadapi persaingan global melalui
berbagai program pengembangan kapasitas SDM. Untuk terus bertahan dan
menghadapi perubahan, suatu analisis prospektif pengembangan kelembagaan
v
agroindustri kopi Gayo telah berhasil dilakukan, sehingga menghasilkan 3 skenario
pengembangan kelembagaan agroindustri kopi Gayo ke depan, yaitu skenario
optimis, skenario moderat dan skenario pesimis. Terakhir, sebagai akumulasi
keseluruhan riset ini adalah formulasi strategi pengembangan kelembagaan
agroindustri kopi Gayo secara komprehensif meliputi elemen tujuan program,
elemen kendala, elemen aktivitas, elemen indikator keberhasilan program dan
elemen pelaku. Riset disertasi doktoral ini telah memberikan suatu jalan tentang
arah, pola, skenario dan strategi pengembangan kelembagaan agroindustri kopi
Gayo ke depan, sehingga harapannya dapat menjadi modal dan model
pengembangan agroindustri lainnya. | id |