Show simple item record

dc.contributor.advisorYonvitner
dc.contributor.advisorImran, Zulhamsyah
dc.contributor.authorOktaviani, Shabrina
dc.date.accessioned2018-11-21T01:46:33Z
dc.date.available2018-11-21T01:46:33Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95198
dc.description.abstractPesisir Kecamatan Muara Gembong merupakan salah satu wilayah pesisir yang mengalami perubahan penggunaan lahan. Perubahan lahan pesisir di Kecamatan Muara Gembong sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Pada tahun 1943 pesisir Muara Gembong dipenuhi oleh hutan mangrove dan berfungsi sebagai pelindung daratan dari angin, arus dan gelombang laut. Namun pada Tahun 2002 penggunaan lahan di pesisirnya sebagian besar sudah berubah menjadi lahan tambak, permukiman, sawah, dan tegalan. Perubahan penggunaan lahan di Muara Gembong dapat mengindikasikan terjadinya penurunan daya dukung lingkungan. Prinsip-prinsip pemanfaatan ruang wilayah pesisir untuk berbagai kegiatan seharusnya dilakukan dengan pertimbangan antara kepentingan sosial ekonomi dan secara keruangan. Daya dukung (carrying capacity) berperan dalam menentukan keberlanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mengidentifikasi pola perubahan tata guna lahan saat ini di Kecamatan Muara Gembong, (b) Menjelaskan tapak ekologi (ecological footprint) pemanfaatan ruang bagi masyarakat pesisir berdasarkan pola penggunaan lahan yang dikembangkan di Kecamatan Muara Gembong, serta (c) Menentukan daya dukung pemanfaatan lahan wilayah pesisir Kecamatan Muara Gembong. Analisis spasial digunakan untuk mengidentifikasi pola penggunaan lahan yang terjadi di Tahun 2003, 2010 dan 2017, setelah itu dilakukan ground truth sebagai verifikasi antara keadaan pada citra dengan kenyataan di lapangan. Daya dukung dalam penelitian ini dikaji melalui pendekatan Analisis ecological footprint (EF). Pada analisis ini dilihat seberapa besar kebutuhan masyarakat terhadap luas lahan produktif yang digunakan untuk memproduksi sumber daya ikan yang dikonsumsi oleh mereka. Hasil-hasil yang telah diperoleh dijadikan sebagai bahan untuk menentukan isu utama yang terjadi di Muara Gembong yang kemudian dianalisis menggunakan causal analysis untuk mencari hubungan sebab-akibat, lalu diberi nilai dengan bobot 1 (kurang penting) dan 2 (penting) sesuai tingkat kepentingan isu tersebut. Semakin banyaknya isu tersebut menjadi penyebab maka semakin penting dan semakin sering isu tersebut menjadi akibat maka isu tersebut menjadi kurang penting. Penentuan strategi pengelolaan pesisir dan laut Muara Gembong dilakukan dengan berpikir secara logis strategi yang tepat untuk mengatasi isu yang terjadi. Setelah isu strategi pengelolaan dituangkan ke dalam matriks Logical Framework Analysis. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Muara Gembong sangat bervariasi determinasinya. Lahan tambak merupakan kategori lahan yang sangat dominan dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dinamika dan kondisi daya dukung wilayah pesisir yang terletak di Teluk Jakarta tersebut. Sementara penggunaan lahan yang paling sedikit adalah lahan mangrove dan keberadaannya cenderung menurun secara signifikan dalam kurun waktu 1943-2002. Pada tahun 2017 luas lahan mangrove, permukiman, sawah dan tegalan mengalami pertambahan sedangkan lahan tambak mengalami pengurangan. Hal ini berarti kegiatan konversi lahan mangrove menjadi penggunaan lahan lain seperti yang terjadi di tahun 1980-an sudah tidak terjadi lagi dan pengurangan luas lahan tambak terjadi akibat abrasi dan banjir rob yang menghancurkan tanggul tambak. Perhitungan EF menunjukkan perairan pesisir sebagai kategori lahan dengan nilai EF tertinggi (2.95 ha/kapita), sedangkan nilai EF terendah ditemukan pada kategori lahan mangrove (0.001009 ha/kapita). Tingginya nilai EF di wilayah laut 4 mil ini dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ikan dari perikanan tangkap yang tidak berubah sedangkan produktivitas perikanan tangkap mengalami penurunan. Produktivitas yang menurun diduga disebabkan oleh kerusakan mangrove sehingga berpengaruh terhadap stok ikan di pesisir Muara Gembong. Selain itu, faktor cuaca saat musim hujan dan juga gelombang yang tinggi membuat nelayan ragu untuk melaut sehingga dapat berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan nelayan. Sebaliknya, rendahnya nilai EF lahan mangrove diakibatkan oleh konsumsi kepiting dan kerang-kerangan dari lahan mangrove yang sangat sedikit sementara produktivitas mangrove tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai EF sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat. Hubungan nilai EF dengan daya dukung berbanding terbalik, apabila nilai EF mengalami kenaikan maka daya dukung akan menurun. Secara parsial, daya dukung lahan mangrove adalah yang tertinggi (375 687 orang), sebaliknya daya dukung lahan pesisir (1 944 orang) adalah yang terendah. Daya dukung Muara Gembong menunjukan adanya penurunan. Semakin tinggi nilai EF maka semakin sedikit orang yang bisa memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Apabila jumlah kapita yang dapat didukung oleh seluruh lahan produktif dibandingkan dengan jumlah penduduk, secara umum jumlah penduduk Muara Gembong telah melebihi daya dukung. Hal ini berarti bahwa untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, masyarakat bergantung dengan sumber daya alam dari luar Muara Gembong. Perubahan pola konsumsi yang tidak melebihi produktivitas diperlukan agar sumber daya alamnya mampu menopang kebutuhan hidup masyarakatnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan lahan tambak berkurang akibat adanya abrasi dan banjir rob, sementara lahan mangrove dan permukiman semakin bertambah disebabkan oleh adanya kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, dan bertambahnya luasan lahan permukiman dipicu oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Total nilai EF Muara Gembong menunjukkan kenaikan yang menandakan bahwa konsumsi sumber daya ikan di Muara Gembong cukup tinggi. Total daya dukung dari pemanfaatan sumberdaya alam Muara Gembong 5 657 orang. Apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Muara Gembong Tahun 2017 (38 155 orang) dengan asumsi bahwa seluruh masyarakat mengonsumsi sumber daya alam yang termasuk dalam hitungan EF, maka jumlah penduduk sudah mengalami kondisi defisit ekologi/overshoot.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcCoastal Resourcesid
dc.subject.ddcEcological Footprintid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBekasi, Jawa Baratid
dc.titleDaya Dukung Kawasan Pesisir Berbasis Pola Tata Guna Lahan di Muara Gembong Kabupaten Bekasiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddaya dukungid
dc.subject.keywordecological footprintid
dc.subject.keywordpenggunaan lahanid
dc.subject.keywordperubahan penggunaan lahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record