Penyesuaian Keluarga, Pengasuhan, Kekerasan dalam Pengasuhan, Iklim Sekolah dan Agresivitas pada Anak Usia Sekolah Dasar
View/ Open
Date
2018Author
Pratiwi, Ismayanti
Hastuti, Dwi
Muflikhati, Istiqlaliyah
Metadata
Show full item recordAbstract
Salah satu karakteristik anak usia sekolah adalah memiliki perkembangan
motorik yang sangat pesat, tetapi memiliki emosi yang belum stabil. Orang tua
memiliki peran untuk membantu meregulasi perasaan anak melalui pengasuhan.
Pengasuhan yang tidak tepat akan memicu permasalahan emosi yang mengarah
pada perilaku yang tidak diinginkan, salah satunya adalah agresivitas. Agresivitas
merupakan perilaku yang ditujukan untuk mengganggu atau mencederai diri sendiri
maupun orang lain. Agresivitas pada periode usia sekolah berpengaruh terhadap
agresivitas pada usia dewasa. Agresivitas akan dibentuk oleh rendahnya kualitas
pengasuhan dan tingginya kekerasan dalam pengasuhan. Keberhasilan keluarga
dalam melakukan penyesuaian dapat meningkatkan kualitas pengasuhan, dan
secara tidak langsung dapat menurunkan perilaku agresivitas. Selain pengasuhan,
iklim sekolah yang kondusif akan menurunkan gresivitas anak.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
penyesuaian keluarga, pengasuhan, kekerasan dalm pengasuhan, dan iklim sekolah
terhadap agresivitas. Sementara itu, tujuan khusus penelitian ini adalah 1)
Menganalisis perbedaan penyesuaian keluarga, pengasuhan, kekerasan dalam
pengasuhan, iklim sekolah dan agresivitas anak usia sekolah pada anak laki-laki
dan perempuan. 2) Menganalisis hubungan karakteristik anak dan keluarga,
penyesuaian keluarga, pengasuhan, kekerasan dalam pengasuhan, iklim sekolah,
dengan agresivitas pada anak usia sekolah. 3) Menganalisis pengaruh karakteristik
anak dan keluarga penyesuaian keluarga, pengasuhan, kekerasan dalam pengasuhan,
dan iklim sekolah terhadap agresivitas pada anak usia sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan metode
survei. Contoh penelitian adalah 99 keluarga yang memiliki anak kelas 4-5 Sekolah
Dasar dengan responden ibu dan anak. Penelitian dilaksanakan pada bulan
September 2017, di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan self administreted dan wawancara. Penarikan contoh
menggunakan cluster random pada sekolah negeri yang ada di kecamatan Bogor
Barat, untuk memilih dua sekolah. Analisis yang digunakan adalah 1) Statistika
Deskriptif. 2) Independent sample T-test digunakan untuk melihat apakah terdapat
perbedaan variabel menurut jenis kelamin anak. 3) Uji korelasi digunakan untuk
mengetahui hubungan antar variabel. 4) Path analisis (analisis jalur) ntuk
mengetahui pengaruh langsung atau tidak langsung.
Penyesuaian keluarga diukur menggunakan modifikasi kuesioner Parenting
and Family Adjustment Scales (PAFAS; Sanders et al. 2014. Pengasuhan diukur
menggunakan modifikasi kuesioner Parenting and Family Adjustment Scales
(PAFAS; Sanders et al. 2014). Kekerasan dalam pengasuhan diukur menggunakan
modifikasi kuesioner The parent-child conflict tactics scales (CTS-PC) (Straus et al
1998). Iklim sekolah diukur menggunakan The Student Comprehensive School
Climate Inventory V3.0 (Guo et al. 2011). Agresivitas diukur menggunakan
kuesioner The Aggression Questionnaire (Buss danPerry 1992).
Penelitian ini melibatkan 55 orang (55.9 %) anak perempuan dan 44 orang
(44.1 %) laki-laki. Rataan usia anak perempuan 9.51 tahun dan anak laki-laki 9.57
tahun. Usia ibu berada pada rentang 20-51 tahun dengan Rataan 35.75 tahun.
Rataan pendidikan Ibu adalah 8.65 tahun. Aktivitas ibu terdiri dari 63.6 persen tidak
bekerja dan 36.4 persen bekerja. Pendapatan keluarga berada pada rentang Rp 450
000-4 000 000/ bulan, dengan rata- rata Rp 1 280 000/bulan.
Rataan indeks penyesuaian keluarga terkategori sedang (72.29). Tidak
terdapat perbedaan penyesuaian keluarga pada anak laki-laki dan perempuan, tetapi
pada dimensi kerjasama pengasuhan, orang tua anak perempuan lebih baik dari
anak laki-laki. Rataan pengasuhan terkategori rendah (63.86). Tidak terdapat
perbedaan pengasuhan antara anak laki-laki dan perempuan. Kekerasan dalam
pengasuhan masih dilakukan (14.22). Tidak terdapat perbedaan kekerasan dalam
pengasuhan pada anak laki-laki dan perempuan, tetapi pada dimensi pengabaian,
anak laki-laki lebih diabaikan oleh orang tuanya dibandingkan dengan anak
perempuan. Rataan iklim sekolah termasuk dalam kategori sedang (71.92). Tidak
terdapat perbedaan presepsi terhadap iklim sekolah antara laki-laki dan perempuan,
tetapi pada imensi dukungan sosial, anak perempuan memiliki dukungan sosial
lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Agresivitas sudah mulai nampak
pada anak usia Sekolah Dasar (26.44). Tidak terdapat perbedaan agresivitas pada
anak laki-laki dan perempuan, tetapi pada dimensi agresi fisik, laki-laki memiliki
agresivitas fisik lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Hasil analisis menunjukkan, ibu yang memiliki pendidikan tinggi, memiliki
penyesuaian keluarga dan pengasuhan yang lebih baik, serta menurunkan
agresivitas pada anak. Penyesuaian keluarga yang baik, akan meningkatkan kualitas
pengasuhan dan menurunkan agresivitas pada anak. Pengasuhan yang baik dapat
menurunkan agresivitas pada anak. Sebaliknya, kekerasan dalam pengasuhan dapat
menurunkan presepsi baik anak terhadap lingkungan sekolahnya, sekaligus
menimbulkan agresivitas anak. Presepsi yang baik terhadap lingkungan sekolah,
dapat menurunkan agresivitas pada anak .
Agresivitas anak secara langsung dibentuk oleh kekerasan yang dilakukan
orang tua dalam pengasuhan, rendahnya kualitas pengasuhan. Laki-laki memiliki
peluang agresivitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu,
secara tidak langsung agresivitas dibentuk oleh rendahnya kualitas penyesuaian
keluarga dan pendidikan ibu. Selain dibentuk oleh lingkungan keluarga, agresivitas
anak juga dibentuk oleh lingkungan sekolah, hanya saja pengaruhnya lebih kecil
dibandingkan dengan pengasuhan.
Agresivitas pada anak dapat dikurangi dengan menghilangkan kekerasan
dalam stategi pengasuhan, meningkatkan konsistensi dalam pengasuhan,
memberikan dorongan positif untuk menumbuhkan perilaku baik pada anak dan
menjalin hubungan yang baik secara timbal balik antara orang tua dan anak. Selain
itu, agresivitas pada anak juga dapat dilakukan dengan membangun iklim sekolah
yang kondusif. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan rasa saling
menghormati, menghilangkan kekerasan antarsiswa, dan menerapkan peraturan
dan norma yang berkaitan dengan perilaku terhadap sesama.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]