Kajian Intervensi Minuman Emulsi Minyak Bekatul Padi terhadap Kadar hs-CRP dan Interleukin-6 Pria Sindroma Metabolik.
View/ Open
Date
2018Author
Alamsah, Deni
Damayanthi, Evy
Dwiriani, Cesilia Meti
Metadata
Show full item recordAbstract
Pola makan dan aktivitas manusia saat ini mengalami perubahan, yaitu berlebihnya asupan energi dan meningkatnya perilaku sedentari atau kurangnya aktivitas fisik (Popkin 2006). Hal ini akan mengakibatkan obesitas dan sindroma metabolik (SM). Pada orang dengan kondisi SM, kejadian inflamasi dapat ditunjukkan oleh kadar sitokin yang tinggi (misalnya tumor necrosis factor-TNF dan interleukin 6 (IL-6) dan juga oleh peningkatan dalam reaktan fase akut, misalnya C-reaktif protein (CRP). Penelitian Otsuka et al. (2014) pada pria dewasa (>35 tahun) menunjukkan bahwa kadar CRP berkaitan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik. Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa pada pria dengan SM terdapat kenaikan kadar IL-6 (Nishida et al. 2007).
Penghambatan proses oksidatif melalui terapi diet diduga dapat mencegah akibat metabolisme abnormal yang terdapat didalam penyakit sindrom metabolik, yaitu komplikasi terkait obesitas, resistensi insulin, dan dislipidemia (Riccardi et al. 2004). Salah satu komoditas pangan yang dapat dimanfaatkan adalah bekatul. Komponen bioaktif utama didalam bekatul, yaitu γ-oryzanol dan asam ferulat bersifat sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Sakunpak et al. 2014). Penelitian Damayanthi et al. (2013) menunjukkan bahwa pemberian minuman emulsi minyak bekatul secara nyata menurunkan kadar total kolesterol dan kolesterol LDL pada subjek dewasa obes. Penelitian mengenai pengaruh -oryzanol terhadap status inflamasi pada subjek manusia dengan sindrom metabolik masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah pengaruh pemberian minuman emulsi minyak bekatul padi terhadap indikator status inflamasi C-Reactive Protein (CRP) dan Interleukin-6 (IL-6).
Penelitian ini menggunakan desain single blind randomized controlled trial. Pembuatan minuman emulsi minyak dilaksanakan di Laboratorium Lembaga Farmasi TNI AL, Jakarta. Intervensi dilaksanakan di Rumah Sakit TNI AL Mintohardjo dan Markas Besar TNI AL Jakarta. Analisis indikator status inflamasi (kadar IL-6 dan HsCRP) dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Juni 2015 – Juni 2016. Bahan utama percobaan yang diberikan dalam penelitian ini adalah minyak bekatul komersial. Minuman minyak bekatul dibuat dalam bentuk emulsi. Analisis kadar HsCRP menggunakan kit HsCRP Human ELISA merk DRG® dan kadar IL-6 menggunakan kit Quantikine® ELISA Human IL-6 Immunoassay merk R&D™.
Dalam penelitian ini jumlah subjek adalah 17 orang untuk kontrol dan 18 orang untuk kelompok perlakuan. Populasi target adalah laki-laki dengan lingkar perut ≥90 cm yang bekerja di Rumah Sakit TNI AL Mintohardjo dan Markas Besar TNI AL Jakarta. Subjek dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu: 1) berumur 34-60 tahun, 2) lingkar perut ≥90 cm, 3) memiliki dua dari empat kriteria SM yaitu kadar trigliserida >150 mg/dL, kadar k-HDL <40 mg/dL, tekanan darah ≥130/85 mm/Hg dan atau kadar gula darah puasa ≥100 mg/dL dan <126 mg/dL. Subjek dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan (intervensi minuman emulsi minyak bekatul). Penelitian ini telah mendapatkan lolos kaji etik oleh Komisi Etik FKUI dengan No. 870/UN2.FI/ETIK/2014.
Subjek yang telah bersedia dan ditetapkan kemudian masuk pada masa run in yang dilakukan selama 1 minggu. Setelah masa run in subjek dikumpulkan untuk pengambilan darah, pengukuran berat badan dan pengambilan data lainnya. Selama 4 minggu berikutnya, subjek diberikan minuman emulsi minyak bekatul (kelompok perlakuan) dan minuman tanpa minyak bekatul (kelompok kontrol). Minuman emulsi minyak bekatul diberikan sebanyak dua botol (±200 ml) sehari yang setara dengan 57.6 mg γ-oryzanol.
Usia subjek pada penelitian ini berkisar antara 34-57 tahun. Berdasarkan uji independent t-test tidak ada perbedaan usia antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p>0.05). Sebagian besar subjek mempunyai tingkat pendidikan sekolah menengah umum. Status gizi subjek ditentukan dengan menggunakan indikator indeks massa tubuh (IMT). Rata-rata IMT subjek pada kelompok kontrol 29.8±4.3 kg/m2 dan kelompok perlakuan 31.7±3.5 kg/m2. Tidak terdapat perbedaan status gizi antara kedua kelompok (p>0.05).
Kadar HsCRP dapat digunakan sebagai kriteria klinis untuk sindrom metabolik dan bagian dari penilaian risiko penyakit kardiovaskular (Rifai 2005). Rata-rata kadar HsCRP pada kedua kelompok baik sebelum maupun setelah intervensi sebesar >3 mg/L, hal ini menunjukkan risiko yang tinggi terhadap penyakit kardiovaskular (Pearson 2003). Rata-rata kadar HsCRP sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Setelah intervensi kadar HsCRP baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan mengalami penurunan yang berbeda nyata (p<0.05). Namun, pada kelompok perlakuan (-2.03±3.75 mg/L) penurunan kadar HsCRP cenderung lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (-1.14±2.00 mg/L) walaupun tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antar kelompok.
Rata-rata kadar IL-6 sebelum intervensi pada kelompok kontrol dan perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Kadar IL-6 berkisar antara 0.971-9.952 ρg/mL. Setelah intervensi kadar IL-6 baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan mengalami penurunan. Pada kelompok perlakuan (-0.934±1.999 ρg/mL) penurunan kadar IL-6 cenderung lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (-0.670±1.174 ρg/mL), namun tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antar kelompok. Pemberian minuman emulsi minyak bekatul belum dapat menurunkan secara nyata biomarker inflamasi HsCRP dan IL-6 pada subjek, namun penurunan pada kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi.
Collections
- MT - Human Ecology [2247]