Perilaku Pesnorkel dan Strategi Pengelolaan Risikonya Terhadap Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu.
View/ Open
Date
2018Author
Rosalina, Anastasia Dian
Imran, Zulhamsyah
Yonvitner
Metadata
Show full item recordAbstract
Wisata snorkeling di ekosistem terumbu karang merupakan aktivitas pilihan favorit yang dilakukan para wisatawan yang berkunjung di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS), namun pengetahuan tentang pola perilaku pesnorkel masih sangat terbatas. Status terumbu karang di daerah ini pada tahun 2011, 2013, 2015 berturut-turut masuk kategori sedang dan cenderung mendekati rusak dengan persentase luas tutupan karang karang hidup 31.94%, 34.29% dan 39.88% (BTNKpS 2011; 2013; 2017). Kenaikan prosentase 2.35% dan 5.59% terhitung kecil, dikarenakan resilience terumbu karang membutuhkan waktu yang lama sementara tekanan dari faktor anthropogenik terhadap ekosistem terumbu karang terus terjadi (BTNLKpS 2013). Bagaimana hal demikian dapat terjadi di dalam kawasan Taman Nasional Laut, menjadi pemikiran perlunya mengkaji pola perilaku wisatawan dalam melakukan snorkeling.
Ketergantungan wisata snorkeling pada ekosistem terumbu karang relatif tinggi sehingga diperlukan upaya pengelolaan terhadap keberlanjutan ekosistem terumbu karang. Pengelolaan wisata taman nasional dan laut bergantung pada kemampuan mengevaluasi kualitas pengalaman pesnorkel dan bagaimana melindungi lingkungan alam (Tonge and Moore 2007). Kualitas pengalaman pesnorkel dapat diketahui dari tingkat kepuasannya. Bagaimana melindungi lingkungan alam dapat dilakukan dengan mengelola perilaku pesnorkel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola perilaku pesnorkel saat melakukan snorkeling pada ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS), mengelompokkan perilaku pesnorkel menurut tingkat risikonya terhadap ekosistem terumbu karang, serta mengkaji startegi pengelolaan risiko perilaku pesnorkel terhadap ekosistem terumbu karang di TNLKpS Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2017.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mixed methods model concurrent embedded). Survey lapangan -yang meliputi observasi langsung, wawancara dan pengisian kuisioner- serta studi literatur, dokumen dan laporan-laporan yang sesuai dengan topik penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran perilaku pesnorkel, merumuskan karakteristik dan kepuasan pesnorkel, serta kuantifikasi jumlah dan jenis perilaku pesnorkel yang tidak ramah lingkungan. Pesnorkel responden ditentukan dengan purposive sampling. Kondisi ekosistem terumbu karang diketahui dari persentase tutupan karang (percent cover), keanekaragaman jenis dan kelimpahan ikan karang serta parameter oceanografi di lokasi penelitian.
Hasil analisis menunjukkan 94.44% pesnorkel melakukan tindakan tidak ramah lingkungan dengan pola perilaku saat snorkeling adalah berenang-rerang, berfoto dan berinteraksi dengan biota laut. Beberapa perilaku pesnorkel yang berpengaruh terhadap kemungkinan terganggunya ekosistem terumbu karang dan hampir dilakukan oleh seluruh pesnorkel adalah tindakan memberi makan ikan (86,1%) dan menginjak atau berdiri di atas karang (83.3%), sedangkan memegang karang dilakukan oleh sebagian pesnorkel (55.6%). Pesnorkel merasa
sangat puas dengan kondisi ekosistem terumbu karang -yang termasuk dalam kategori rusak sedang- dengan persentase karang hidup 42.14 % , 35 jenis ikan yang dapat ditemui selama snorkeling dan cuaca cerah dengan jarak pandang 100%. Nilai Indeks kepuasan pesnorkel menunjukkan bahwa wisata snorkeling 66.82% memuaskan pesnorkel.
Pengelompokan perilaku pesnorkel menunjukkan lebih dari sebagian pesnorkel responden memiliki karakteristik dan persepsi yang berisiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya tindakan tidak ramah lingkungan. Berdasarkan matrik grading risiko perilaku pesnorkel, kuantitas dari responden yang berpotensi memberikan risiko dari perilakunya terhadap ekosistem terumbu karang adalah 55.56 % pesnorkel masuk dalam kategori berisiko tinggi, 33.33% berisiko sedang dan 11.11% berisiko rendah.
Strategi pengelolaan perilaku pesnorkel agar meminimalisasi risiko di antaranya adalah dengan (1) memperkuat fasilitas wisata snorkeling dengan membuat jalur snorkeling, (2) peguatan informasi wisata snorkeling dengan memberikan “coaching clinic” pada pesnorkel, (3) konsistensi peraturan wisata snorkeling dengan bertindak tegas dalam melaksanakan panduan snorkeling dan menegakan peraturan yang telah dibuat, dan (4) penguatan kebijakan wisata snorkeling dengan mengatur mekanisme snorkeling berdasarkan karakteristik dan persepsi pesnorkel serta meningkatkan kapasitas pemandu.
Collections
- MT - Fisheries [2948]