Show simple item record

dc.contributor.advisorKhomsan, Ali
dc.contributor.advisorSyarief, Hidayat
dc.contributor.authorAdhyanti
dc.date.accessioned2018-11-12T02:51:50Z
dc.date.available2018-11-12T02:51:50Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/94946
dc.description.abstractKetahanan pangan dan kelaparan masih menjadi isu dan masalah global. Ketersediaan pangan pada tingkat global, nasional dan wilayah ternyata belum tentu menjamin akses pangan pada tingkat rumah tangga dan pencapaian status gizi yang baik bagi individu. Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga dan lingkungan terkait dengan kondisi ketahanan pangan. Komunitas masyarakat nelayan dan masyarakat adat diduga memiliki tantangan ketahanan pangan yang spesifik. Suku Bajo merupakan salah ikon etnis maritim yang paling terkenal di wilayah pulau-pulau kecil perairan Sulawesi yang memiliki kehidupan khas yaitu masih bertahan di laut sebagai sumber hidup dan penghidupan. Komunitas terbesar suku Bajo di Indonesia yang sudah mulai menetap dapat ditemukan di Wakatobi. Menurut Wianti (2011) komunitas Bajo di Wakatobi menghadapi tantangan ekologis akibat pembatasan terhadap ruang nafkah oleh taman nasional dan pelarangan untuk menangkap ikan di perairan Australia yang tentu saja dapat mengancam ketahanan pangan rumah tangga. Oleh karena itu kajian terhadap ketahanan pangan pada masyarakat adat seperti pada Suku Bajo di Wakatobi menjadi menarik dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakterstik sosial ekonomi rumah tangga suku Bajo di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara; (2) menganalisis ketahanan pangan rumah tangga suku Bajo di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara dilihat dari pilar aksesibilitas; (3) menganalisis status konsumsi energi dan protein rumah tangga suku Bajo di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara; (4) mengidentifikasi consumption coping strategy rumah tangga suku Bajo di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara; (5) menganalisis status gizi balita suku Bajo di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan obeservasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Kampung Bajo Mola Raya yang terdiri atas 5 desa (Mola Utara, Mola Selatan, Mola Bahari, Mola Samaturu, dan Mola Nelayan Bakti) pada bulan Desember 2017 – Januari 2018. Jumlah contoh yang dikumpulkan sebanyak 98 rumah tangga diambil secara acak sederhana. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar rumah tangga Suku Bajo di Kabupaten Wakatobi memiliki jumlah anggota rumah tangga lebih dari 4 orang yakni dengan persentase 63.2%. Usia kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga hampir seluruhnya tergolong usia produktif dengan proporsi terbesar pada kelompok dewasa madya (31-50 tahun) yakni kepala rumah tangga sebesar 78.8% dan ibu rumah tangga sebesar 66.7%. Tingkat pendidikan rumah tangga masih tergolong rendah yakni persentase kepala rumah tangga yang tidak sekolah dan hanya tamat SD adalah 71.5%, sedangkan pada ibu rumah tangga adalah 75.5%. Jenis pekerjaan utama digeluti sebagian besar kepala rumah tangga adalah nelayan dengan persentase 75.5%. Proporsi rumah tangga dengan pendapatan per kapita di bawah garis kemiskinan Kabupaten Wakatobi (Rp 239 819) adalah 26.5%. Sebanyak 49% rumah tangga memiliki pangsa pengeluaran pangan yang tergolong tinggi (>60% total pengeluaran). Proporsi rumah tangga Suku Bajo di Kepulauan Wakatobi yang masih tergolong rawan pangan adalah 68.4%. Analisis bivariat menunjukan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang berhubungan signifikan dengan status ketahanan pangan rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga, pendapatan per kapita, dan pangsa pengeluaran pangan (p<0.05). Sedangkan analisis regresi logistik menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap kerawanan pangan adalah jumlah anggota rumah tangga, pengeluaran pangan, dan pekerjaan kepala rumah tangga. Jumlah anggota rumah tangga >4 orang berisiko 2.97 kali mengalami rawan pangan dibandingkan rumah tangga dengan jumlah anggota ≤4 orang (OR=2.97; CI95%: 1.05–8.35). Pangsa pengeluaran pangan yang tinggi (>60% total pengeluaran) berisiko 5.86 kali mengalami rawan pangan dibandingkan rumah tangga dengan pangsa pengeluaran yang rendah (OR=5.86; CI95%:1.9–7.95). Rumah tangga dengan pekerjaan kepala rumah tangga sebagai nelayan berisiko 7.34 kali mengalami rawan pangan dibandingkan dengan pekerjaan bukan nelayan (OR=7.34; CI95%: 2.35–22.98). Coping strategy yang dilakukan untuk dapat tetap mengakses bahan pangan adalah dengan menggunakan uang tabungan, para isteri mencari pekerjaan sampingan untuk membantu keuangan keluarga, atau meminjam uang (berutang) pada koperasi. Cara bertahan yang lain adalah dengan makan di rumah tetangga/keluarga, mengurangi frekuensi dan jenis bahan makanan, serta memprioritaskan konsumsi anak-anak dibandingkan orang dewasa. Selain itu pandangan hidup filosofis sipalele sipaginagina dapat mendukung ketahanan pangan Suku Bajo. Proporsi rumah tangga dengan tingkat konsumsi energi <70%AKE dan protein <80% AKP adalah masing-masing 39.8% dan 21.4%. Proporsi rumah tangga dengan tingkat kecukupan protein lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi. Terdapat hubungan yang signifikan antara status ketahanan pangan dengan tingkat kecukupan energi dan protein (p<0.05). Proporsi status gizi balita yang mengalami stunting (kerdil), underweight (kekurangan gizi), dan wasting (kurus) adalah masing-masing 48.8%, 32.6%, dan 9.3%. Analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan status stunting pada balita (p<0.05). Tingkat kecukupan energi dan protein serta status ketahanan pangan tidak menunjukan hubungan signifikan dengan status masalah gizi balita karena status gizi diduga dipengaruhi oleh faktor lain seperti status kesehatan yang butuh penelitian lebih lanjut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddcFood Securityid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcWokatobi, Sulawesi Tenggaraid
dc.titleStudi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Suku Bajo di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggaraid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKetahanan panganid
dc.subject.keywordSuku Bajoid
dc.subject.keywordWakatobiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record