dc.description.abstract | Siganus fuscescens atau lebih dikenal dengan nama ikan baronang
merupakan salah satu jenis ikan terumbu yang banyak dijumpai di perairan
Indonesia. Jenis ikan baronang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena
daging ikan ini memiliki kandungan protein yang tinggi, oleh karena itu bagi
masyarakat pesisir khususnya masyarakat di Kepulauan Seribu ikan baronang ini
dijadikan sebagai salah satu sumber protein. Kelimpahan ikan terumbu di perairan
Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu mengalami fluktuasi akibat dari aktifitas
antropogenik dan pencemaran logam berat yang diduga berasal dari aktifitas
industri di pesisir Jakarta. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi populasi ikan
terumbu dan secara tidak langsung akan merubah kualitas ekosistem perairan.
Ketika suatu populasi berkurang ukurannya, maka akan terjadi pergeseran genetik
yang akan meningkatkan potensi terjadinya populasi bottlenecked. Informasi
mengenai keanekaragaman genetika pada biota laut di Indonesia masih sedikit
dilakukan karena dampaknya yang tak terlihat dan berlangsung dalam jangka
waktu yang lama dibandingkan dengan dampak penurunan kelimpahan populasi
terhadap ekosistem. Berdasarkan informasi tersebut, studi ini dilakukan dengan
tujuan untuk menganalisa informasi genetika yang terdapat di ikan S. fuscescens
dan mengkaji hubunganya terhadap pencemaran logam di Kepulauan Seribu.
Sampel ikan S. fuscescens ditangkap dengan menggunakan jaring tebar di
tujuh pulau yang berada di Kepulauan Seribu. Total sampel yang berhasil
diperoleh sebanyak 77 sampel dengan jumlah sampel pada masing-masing pulau
yaitu 8 sampel berasal dari Pulau Untung Jawa, 5 sampel berasal dari Pulau
Damar, 7 sampel berasal dari Pulau Bokor, 14 sampel berasal dari Pulau Pramuka,
16 sampel berasal dari Pulau Semak Daun, 13 sampel berasal dari Pulau Panggang
dan 14 sampel berasal dari Pulau Kelapa. Keanekaragaman genetik dan struktur
populasi ikan baronang diperoleh menggunakan metode (Polymerase Chain
Reaction) PCR dengan deoxyribonucleic acid (DNA) target yaitu cytochrome C
oxidase I. Konsentrasi logam berat yang terlarut dalam air dan konsentrasi logam
berat di dalam sedimen diukur dengan menggunakan metode Atomic Absorption
Spectroscopy (AAS).
Keragaman haplotype yang diperoleh dari masing-masing lokasi
menunjukkan kisaran yang bervariasi antara 0,1429 (Pulau Pramuka) - 0,7500
(Pulau Untung Jawa). Pemantauan logam berat yang diukur menggunakan metode
ini menunjukkan konsentrasi tertinggi unsur Pb terlarut yang ditemukan di Pulau
Untung Jawa (0,0178) sedangkan unsur Cd dan Cu berada di Pulau Bokor. Uji
regresi linear bertahap menunjukkan bahwa Cu memiliki pengaruh sedang (R2
adjusted = 0,665) pada keanekaragaman nukleotida pada ikan. | id |