Analisis Genetik dan Seleksi Galur F5 Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Hasil Penggaluran Menggunakan Single Seed Descent pada Kondisi P Rendah di Tanah Masam
View/ Open
Date
2018Author
Sulistyowati, Yuli
Trikoesoemaningtyas
Sopandie, Didy
Ardie, Sintho Wahyuning
Nugroho, Satya
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia memiliki lahan kering masam seluas 56 juta ha, lahan tersebut
penggunaannya masih relatif rendah. Di sisi lain, sorgum merupakan salah satu
tanaman yang mampu beradaptasi pada lahan kering, sehingga sangat berpotensi
untuk dikembangkan di Indonesia. Permasalahan di lahan masam adalah
ketersediaan unsur hara yang rendah terutama fosfor (P). Sampai saat ini belum
tersedia varietas sorgum yang adaptif terhadap kondisi P rendah sehingga perlu
pengembangan varietas yang mampu beradaptasi pada kondisi P rendah dan
berdaya hasil tinggi untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, penelitian
untuk mengembangkan sorgum yang adaptif terhadap kondisi P rendah menjadi
kebutuhan di Indonesia.
Tujuan umum penelitian ini adalah mendapatkan galur harapan berdaya
hasil tinggi dan adaptif terhadap kondisi P rendah. Oleh karena itu dilakukan tiga
seri penelitian dengan tujuan untuk 1) Memperoleh informasi tentang aksi gen dan
pewarisan sifat toleransi karakter agronomi sorgum terhadap kondisi P rendah di
tanah masam dan di kultur hara. 2) Memperoleh informasi tentang parameter
genetik karakter agronomi pada generasi F3 dan F4 hasil single seed descent dan
memperoleh marka RAPD terpaut sifat toleran terhadap P rendah melalui metode
bulk segregant analysis.3) Memperoleh informasi tentang keragaan karakter
agronomi dan daya hasil galur F5 serta seleksi galur F5 yang adaptif terhadap
kondisi P rendah.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pewarisan sifat adaptasi sorgum
terhadap P rendah di kultur hara memperlihatkan bahwa karakter panjang tunas,
panjang akar, bobot kering akar mempunyai nilai heritabilitas sedang. Karakter
bobot kering tajuk dan bobot kering total mempunyai nilai heritabilitas tinggi.
Analisis kendali genetik menunjukkan karakter panjang tunas, panjang akar, bobot
kering akar, bobot kering total dan rasio bobot kering tajuk/akar dikendalikan
banyak gen secara aditif. Karakter bobot kering tajuk dikendalikan banyak gen
dengan aksi gen aditif dan terdapat pengaruh epistasis komplementer. Kegiatan di
lapang menunjukkan bahwa pewarisan sifat adaptasi sorgum terhadap P rendah
dikendalikan oleh banyak gen dengan aksi gen aditif serta memiliki nilai
heritabilitas tergolong sedang hingga tinggi. Karakter yang dikendalikan oleh
banyak gen (poligenik) perlu diseleksi pada generasi lanjut agar terjadi fiksasi
gen, karena pada populasi bersegregasi F2 masih banyak segregan-segregan
heterozigot. Salah satu metode seleksi yang digunakan untuk generasi lanjut
adalah Single Seed Descent (SSD).
Pembentukan galur menggunakan metode single seed descent telah
berhasil mempertahankan nilai koefisien keragaman genetik sama untuk semua
karakter yang diamati pada populasi bersegregasi F3 ke F4. Heritabilitas arti luas
pada populasi F4 juga meningkat dibanding populasi F3, yang mengindikasikan
adanya fiksasi gen aditif pada populasi F4 ditandai dengan meningkatnya
homosigositas. Diantara karakter yang ada, seleksi pada generasi F4 dilakukan
berdasarkan bobot biji per tanaman karena mempunyai nilai heritabilitas tinggi
dan koefisien keragaman genetik luas. Berdasarkan karakter tersebut dipilih 50
galur yang mempunyai bobot biji/tanaman tinggi yang menghasilkan differensial
seleksi terhadap bobot biji/tanaman sebesar 71.47%. Hasil seleksi atas karakter
bobot biji per tanaman tertinggi, juga menyebabkan perbaikan nilai tengah
karakter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, bobot malai dan bobot
100 butir. Berdasarkan uji korelasi karakter bobot biji per tanaman berkorelasi
nyata dan positif dengan karakter-karakter agronomi lain yang diamati. Karakter
bobot biji merupakan karakter penting pada toleransi sorgum pada kondisi P
rendah.
Dalam rangka mengembangkan marker assisted breeding, dilakukan uji
populasi F2 menggunakan marka RAPD pada tanaman yang ditanam di kultur
hara. Namun demikian, uji menggunakan 60 primer menggunakan metode bulk
segregant analysis (BSA) belum berhasil menyeleksi marka yang polimorfik
antara bulk toleran dan peka terpaut sifat adaptasi sorgum terhadap P rendah,
tetapi ada sebelas marka yang polimorfik antara tetua Numbu dan B69. Marka
tersebut adalah marka potensial yang dapat menjadi pembeda diantara segregansegregan
hasil persilangan B69 x Numbu untuk karakter tertentu yang terkait
dengan karakter yang dimiliki pada Numbu.
Lima puluh genotipe terbaik berdasarkan bobot biji/tanaman dari populasi
F4 ditanam di lapang pada kondisi P rendah yang bertujuan untuk melihat
perbandingan keragaan pertumbuhan dan daya hasil galur-galur F5 terseleksi
berdasarkan daya hasil. Berdasarkan analisis diskriminan diperoleh 6 galur adaptif
terhadap P rendah yaitu SSD-260, SSD-401, SSD-395, SSD-313, SSD-380 dan
SSD-155. Galur moderat adaptif terhadap P rendah sebanyak 18 galur dan 26
galur peka terhadap P rendah.
Collections
- DT - Agriculture [750]