dc.description.abstract | Serangan cendawan Thielaviopsis paradoxa dapat menurunkan kualitas buah salak selama penyimpanan. Salah satu cara dalam penanganan pascapanen buah salak pondoh adalah penambahan bahan tambahan pangan (BTP) dan edible coating, seperti kalsium klorida (CaCl2) dan kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas CaCl2 dan kitosan terhadap pertumbuhan T. paradoxa in vitro dan in vivo. Isolat T. paradoxa BIO 421410 diperoleh dari SEAMEO BIOTROP. Buah salak pondoh diperoleh dari Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipilih dengan bentuk, tingkat kematangan dan ukuran yang relatif seragam. Perlakuan pada pengujian in vitro adalah 4, 5, dan 6% CaCl2; 0.5, 1, dan 1.5% kitosan; kontrol, sedangkan pada pengujian in vivo CaCl2 6%, kitosan 1.5%, CaCl2 6% + kitosan 1.5%, dan kontrol. Respon yang diamati meliputi pertumbuhan dan morfologi hifa, total mikrob, kadar air, susut bobot, kekerasan buah, Total Padatan Terlarut (TPT), uji sensori skala hedonik. Hasil penelitian menunjukan bahwa CaCl2 6% dan kitosan 1.5% paling efektif dalam menghambat pertumbuhan T. paradoxa in vitro pada suhu ruang (±28 °C), dengan sifat fungistatik dan menyebabkan perubahan morfologi pada hifa. Kitosan 1.5% lebih efektif dalam mempertahankan kualitas buah salak selama 12 hari penyimpanan, yaitu dengan menghambat penurunan kadar air, persentase susut bobot, nilai kekerasan buah, dan nilai organoleptik, serta menghambat peningkatan populasi mikrob, persentase kerusakan, dan TPT dibandingkan dengan kontrol pada suhu dan kelembapan relatif di dalam keranjang plastik masing-masing ±28 °C dan 65-75%. | id |