Efisiensi Teknis dan Tingkat Kompetisi Perbankan Indonesia dalam Pasar Pembiayaan Usaha Mikro
Abstract
Permintaan pembiayaan usaha mikro terus mengalami peningkatan. BPR
sebagai lembaga berwenang saling berkompetisi untuk memenuhi permintaan
pembiayaan usaha mikro namun keterbatasan BPR membuat permintaan yang ada
belum terpenuhi. Masalah BPR diantaranya adalah suku bunga pembiayaan mikro
cenderung tinggi dan kurangnya dana dari masyarakat sebagai Dana Pihak Ketiga
(DPK) dalam bentuk simpanan. Suku bunga yang tinggi mengindikasikan
rendahnya efisiensi teknis BPR. Masalah ini mendorong bank umum ikut serta
dalam pembiayaan usaha mikro. Masuknya bank umum sebagai kompetitor baru
mengubah pengaruh antara kompetisi, struktur pasar dan efisiensi teknis. Oleh
karena itu penting untuk menganalisis pengaruh tingkat kompetisi dan efisiensi
teknis sebelum dan sesudah masuknya bank umum dalam pembiayaan usaha
mikro.
Pola pengaruh yang berubah setelah masuknya bank umum dianalisis
dengan uji kausalitas Granger. Uji ini dipilih karena mampu menentukan suatu
pengaruh jika variabel bebas dan terikatnya belum diketahui. Pengukuran tingkat
kompetisi menggunakan model Panzar-Rosse (PR) sedangkan efisiensi teknis
diukur dengan Data envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan adalah
data sekunder yang merupakan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dengan
rentang tahun 2010-2014. Rentang waktu tersebut dipilih untuk melihat dampak
dari kompetisi setelah dan sebelum melibatkan bank umum. Alat analisis model
PR menggunakan regresi data panel sedangkan DEA menggunakan pemrograman
linear. Model PR menghasilkan E-statistik dan H-statistik. E-statistik menunjukan
kondisi keseimbangan jangka panjang dan H-statistik menunjukan struktur pasar.
Hasil pengukuran efisiensi teknis dengan DEA berupa skor efisiensi antara 0-1.
Hasil penelitian menunjukan kompetisi sesama BPR yang terjadi dalam
struktur pasar persaingan sempurna (PPS). Pada PPS kompetisi memengaruhi
efisiensi teknis. Kompetisi yang semakin baik antar BPR dalam PPS justru
menurunkan efisiensi teknis. Kompetisi BPR dengan bank umum terjadi pada
struktur pasar persaingan monopolistik. Pada pasar persaingan monopolistik
efisiensi teknis yang semakin baik akan menurunkan kompetisi. Artinya dengan
masuknya bank umum dalam kompetisi berhasil menurunkan suku bunga
pembiayaan mikro. Pada PPS peningkatan harga kredit disebabkan oleh
peningkatan harga input faktor produksi. Pada pasar persaingan monopolistik
peningkatan harga kredit tidak setinggi kenaikan harga input faktor produksi.
Hasil lain menunjukan biaya dana pihak ketiga (DPK) adalah harga input faktor
produksi yang paling siginifikan dalam pembentukan harga pembiayaan. Biaya
DPK yang meningkat disebabkan oleh peningkatan beban bunga simpanan
sehingga menurunkan efisiensi teknis.
Collections
- MT - Economic and Management [2878]