Pertumbuhan Tanaman Kayu Putih di Lahan Pasca Tambang Batubara dan Produksi Minyak Atsirinya
View/ Open
Date
2018Author
Subagio, Agus Ari
Mansur, Irdika
Sari, Rita Kartika
Metadata
Show full item recordAbstract
Minyak kayu putih merupakan salah satu minyak atsiri produk kehutanan
non kayu Indonesia yang memiliki harga relatif stabil. Faktor yang mempengaruhi
produksi minyak antara lain kondisi bahan baku dan teknik penyulingan. Selain
itu, pengelolaan tegakan kayu putih merupakan kunci keberhasilan agar bahan
baku untuk pabrik penyulingan minyak kayu putih dapat berkesinambungan
sepanjang waktu. Pemupukan merupakan upaya meningkatkan unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan yang optimum. Pemanfaatan
limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai kompos belum banyak
dilakukan oleh banyak perusahaan di lahan pasca tambang. Kompos TKKS dapat
meningkatkan kesuburan dan memperbaiki tanah di lahan bekas tambang
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kayu putih.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi tempat tumbuh, teknik
silvikultur, pertumbuhan tanaman kayu putih, dan produksi minyak kayu putih di
PT. Bukit Asam (PT. BA) dan Perum Perhutani sebagai pembanding. Tujuan
penelitian lainnya adalah menganalisis pengaruh kompos tandan kosong kelapa
sawit terhadap pertumbuhan kayu putih di lahan pasca tambang. Percobaan
mengenai aplikasi kompos tandan kosong kelapa sawit terhadap pertumbuhan di
lahan pasca tambang menggunakan Racangan Acak Lengkap (RAL) dengan
faktor dosis kompos percobaan dilakukan pada 3 umur tanaman yang berbeda
yaitu umur 1, 2, dan 3 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tanah tempat tumbuh di lokasi
tanaman kayu putih milik PT. BA termasuk kategori masam dan miskin unsur
hara, sedangkan kondisi tanah di KPH Gundih termasuk subur. Teknik silvikultur
yang diterapkan PT. BA untuk memproduksi bibit bersumber dari benih dan jarak
tanam di lapangan yaitu 4 m x 4 m. Teknik silvikultur yang diterapkan KPH
Gundih menggunakan stek pucuk dan jarak tanam di lapangan 1.5 m x 1.5 m
dengan sistem tumpang sari. Pertumbuhan rata-rata tinggi, diameter batang, serta
lebar tajuk tanaman kayu putih yang tumbuh di areal PT. BA lebih tinggi
dibandingkan dengan kayu putih dari Perum Perhutani. Pada waktu pengamatan
bulan November-Desember 2016, PMKP PT. BA dan PMKP Gundih
memproduksi minyak kayu putih dengan rendemen yang hampir sama 51 %.
Berdasarkan SNI 06-3954-2014, minyak kayu putih dari PT. BA termasuk kelas
mutu super (kadar sineol 57.05%), sedangkan yang berasal dari KPH Gundih
termasuk kelas mutu utama (kadar sineol 57.87%). Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS hasil olahan PT. BSP secara
signifikan meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, serta lebar tajuk tanaman
kayu putih di areal bekas tambang PT. BA. Dosis optimum aplikasi kompos
TKKS untuk tanaman berumur 1 dan 2 tahun adalah dosis 5 kg tanaman-1,
sedangkan dosis optimum untuk perlakuan tanaman berumur 3 tahun adalah dosis
7.5 kg tanaman-1.
Collections
- MT - Forestry [1373]