Show simple item record

dc.contributor.advisorNuryati, Sri
dc.contributor.advisorSukenda
dc.contributor.authorNugrahawati, Anis
dc.date.accessioned2018-07-30T02:42:43Z
dc.date.available2018-07-30T02:42:43Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92578
dc.description.abstractBudidaya ikan kakap putih sejak tahun 2016 merupakan program prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Tahun 2017 KKP kembali mengeluarkan program budidaya laut lepas pantai atau lebih dikenal dengan keramba jaring apung (KJA) Offshore. Kakap putih dipilih sebagai komoditas utama karena memiliki pangsa pasar ekspor yang lebih luas dibandingkan dengan ikan kerapu. Beberapa tahun terakhir telah muncul suatu penyakit yang menyerang ikan kakap putih pada stadia benih dengan gejala klinis berupa perubahan warna tubuh menjadi hitam, tidak berenang aktif, tidak memiliki nafsu makan, pendarahan di bagian bawah perut yang disebabkan oleh serangan bakteri dan dikenal dengan black body syndrome (BBS). Upaya pengendalian yang dilakukan masih terbatas pada perendaman acriflavine dan perendaman air tawar, tetapi kurang efektif dalam mengendalikan serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk mengendalikan penyakit bakteri pada benih kakap putih. Vaksinasi merupakan suatu upaya untuk menghasilkan ketahanan tubuh yang bersifat spesifik, aman dan efektif. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengendalikan penyakit BBS dengan vaksin bivalen serta menguji imunogenitas dan proteksi benih ikan kakap putih yang divaksin. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan benih ikan yang diinjeksi vaksin bivalen Pseudomonas stutzeri dan Vibrio harveyi dan ikan yang diinjeksi phosphate buffer saline (PBS) sebagai kontrol. Ikan kemudian dipelihara selama 21 hari di dalam bak fiber bervolume 500 liter. Pada hari ke-22, ikan yang divaksin dan ikan kontrol diuji tantang dengan bakteri P. stutzeri, V. harveyi, serta campuran P. stutzeri dan V. harveyi, ikan kemudian dipelihara selama tujuh hari. relative percent survival (RPS) dan mortalitas dihitung pada akhir pemeliharaan. Pengambilan darah dan serum benih untuk pengamatan parameter gambaran darah, titer antibodi, dan aktivitas lisosim dilakukan pada prevaksinasi (H0), hari ke-7, 14, dan 21 pascavaksinasi, serta pada hari ke-7 pascatantang. Pengamatan histopatologi jaringan hati kakap putih dilakukan pada akhir pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vaksin dapat menghasilkan tingkat kelangsungan hidup relatif sebesar 80.00%, 62.50%, dan 57.69% ketika diuji tantang dengan bakteri P. stutzeri, V. harveyi, serta campuran P.stutzeri dan V. harveyi. Pengamatan gambaran darah ikan pascavaksinasi menunjukkan bahwa pemberian vaksin mampu mempertahankan status kesehatan ikan dengan hasil total eritrosit, total leukosit, hematokrit, dan aktivitas fagositik lebih tinggi dibandingkan ikan kontrol (P<0.05). Gambaran darah ikan pascatantang dengan bakteri P. stutzeri, V. harveyi, dan campuran P. stutzeri dengan V. harveyi memperlihatkan nilai total eritrosit, total leukosit, dan aktivitas fagositik ikan yang divaksin lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kontrol (P<0.05), sedangkan nilai hematokrit dan hemoglobin tidak terdapat perbedaan dengan ikan kontrol (P>0.05). Aktivitas lisosim benih ikan kakap putih pasca vaksinasi memiliki nilai terus meningkat dari awal hingga hari ke-21 pascavaksinasi yaitu sebesar 59.62 U mL-1 dan ikan kontrol sebesar 28.87 U mL-1, begitu juga dengan nilai aktivitas lisosim pascatantang ikan yang divaksin memiliki nilai aktivitas lisosim yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kontrol. Pemberian vaksin berpengaruh terhadap nilai titer antibodi benih ikan kakap putih selama pemeliharaan. Hal ini dapat terlihat terjadi kenaikan pada titer antibodi ikan prevaksinasi berada pada nilai 2, kemudian meningkat menjadi 4 pada hari ke-7, dan terus meningkat hingga hari ke-21 menjadi 7. Berbeda dengan ikan kontrol yang terus memiliki nilai 2 hingga hari ke-21. Begitu juga nilai titer antibodi benih pascatantang, titer antibodi benih yang divaksin lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kontrol di hari ke-7 pascatantang (P<0.05). Parameter pengamatan histopatologi organ hati menunjukkan bahwa ikan yang divaksin dan diuji tantang dengan bakteri campuran memperlihatkan kondisi hati yang normal dengan hepatosit (sel hati) yang sehat, berbeda dengan ikan kontrol yang diuji tantang dengan bakteri campuran memiliki kondisi hati dengan sebagian besar nekrosis. Pemberian vaksin bivalen P. stutzeri dan V. harveyi dapat mengendalikan penyakit BBS dengan nilai RPS ikan yang divaksin berada diatas 50%. Imunogenitas dan tingkat proteksi ikan yang divaksin lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kontrol setelah diuji tantang dengan bakteri penyebab BBS.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcBarramundiid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleEfikasi Vaksin Bivalen untuk Pencegahan Penyakit Black Body Syndrome (BBS) pada Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer B.).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBBSid
dc.subject.keywordLates calcariferid
dc.subject.keywordPseudomonas stutzeriid
dc.subject.keywordvaksin bivalenid
dc.subject.keywordVibrio harveyiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record