Show simple item record

dc.contributor.advisorPuspitawati, Herien
dc.contributor.advisorKrisnatuti, Diah
dc.contributor.authorDewi, Egretta Melistantri
dc.date.accessioned2018-07-30T02:40:22Z
dc.date.available2018-07-30T02:40:22Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92567
dc.description.abstractKeluarga merupakan institusi yang penting di dalam masyarakat dan tempat bagi anggotanya untuk menyegarkan kembali tubuh dan pikiran mereka dari kelelahan dan masalah sehari-hari, tetapi, jika sebuah keluarga penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran, maka akan mengakibatkan kerusakan pada lingkup sosial yang lebih luas lagi. Dalam mengatasi permasalahan pernikahan, selain memperhatikan aspek interpersonal, dibutuhkan strategi yang memanfaatkan berbagai bentuk dukungan dari struktur sosial. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lama menikah menjadi salah satu variabel paling signifikan yang berkaitan dengan kualitas pernikahan. Lama menikah juga sering diistilahkan sebagai usia pernikahan dan dalam beberapa literatur menunjukkan bahwa kualitas pernikahan lebih tinggi pada pasangan yang sudah lama menikah. Lama menikah dibagi menjadi dua kategori, yaitu lama menikah dengan kisaran 0-5 tahun atau disebut usia pernikahan awal dan lama menikah dengan kisaran 6- 15 tahun atau disebut usia pernikahan menegah. Selain itu, keterikatan unit keluarga yang dibangun melalui pernikahan dengan jaringan sosial yang lebih luas, seperti keluarga besar, teman, tetangga, dan lain sebagainya menyediakan pedoman yang dapat digunakan untuk memperbaiki hubungan pernikahan jika bermasalah. Interaksi suami istri bertujuan untuk membantu pasangan suami-istri agar saling memahami dan saling menghargai perbedaan, dapat menyelesaikan permasalahan yang ada secara sehat, dan dapat meningkatkan hubungan dan komunikasi yang positif bagi suami-istri. Istilah kualitas pernikahan umumnya digunakan untuk menggambarkan persepsi subjektif individu terhadap kepuasan dan kebahagiaan pernikahannya, termasuk di dalamnya indikator kualitas pernikahan seperti komitmen, kelekatan, dan kepercayaan. Pentingnya kualitas pernikahan membuat para ahli kemudian mengkaji determinan yang menentukan kualitas pernikahan. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh modal sosial dan interaksi suami istri terhadap kualitas pernikahan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk (1) membedakan modal sosial keluarga, interaksi suami istri dan kualitas pernikahan pada usia pernikahan awal dengan usia pernikahan menengah, (2) menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan, modal sosial, interaksi suami istri dan kualitas pernikahan, (3) menganalisis pengaruh modal sosial dan interaksi suami istri terhadap kualitas pernikahan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Kecamatan Tanah Sareal memiliki angka perceraian tertinggi di Kota Bogor. Selanjutnya, dipilih kelurahan secara purposive dengan kritera jumlah kasus perceraian terbanyak dan dipilih kelurahan Kedung Badak dan Kebon Pedes. Pemilihan contoh dilakukan secara purposive, yaitu keluarga utuh yang terdiri dari suami dan istri dengan usia pernikahan awal dan menengah, dengan total keseluruhan responden adalah 120 orang. Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2016. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel, dan Statistical Package for Social Science (SPSS). Data primer dianalisis secara deskriptif mencakup karakteristik keluarga, nilai keluarga, modal sosial, interaksi suami istri dan kualitas pernikahan. Rata-rata usia suami pada kelompok pernikahan awal adalah 32.53 tahun sedangkan usia suami pada kelompok pernikahan menengah adalah 38.35 tahun. Rata-rata usia istri pada kelompok pernikahan awal adalah 29.51 tahun sedangkan usia istri pada kelompok pernikahan menengah adalah 35.22 tahun. Sebagian besar suami adalah lulusan SMA dan bekerja di bidang swasta. Sebagian besar istri adalah lulusan SMA dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Besar keluarga pada penelitian ini berada pada kelompok keluarga kecil dengan kisaran jumlah anggota keluarga 2 sampai 4 orang. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga adalah Rp 1 437 847.22. Tidak ada keluarga dengan pendapatan per kapita yang lebih rendah dari batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bogor, yaitu sebesar Rp 392 405 per kapita per bulan. Modal sosial pada keluarga dengan usia pernikahan awal berada pada kategori sedang, dan pada keluarga dengan usia pernikahan menengah berada pada kategori tinggi. Hasil uji beda menunjukkan hanya pada dimensi kemitraan gender keluarga dengan usia pernikahan menengah lebih tinggi daripada keluarga dengan usia pernikahan menengah. Pada variabel interaksi suami istri, setengah dari keluarga dengan usia pernikahan awal berada pada kategori sedang dan lebih dari setengah keluarga dengan usia pernikahan menengah berada pada kategori tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada semua dimensi interaksi suami istri. Pada variabel kualitas pernikahan, setengah dari keluarga dengan usia pernikahan awal berada pada kategori sedang, sedangkan lebih dari setengah keluarga dengan usia pernikahan menengah berada pada kategori tinggi. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada semua dimensi kualitas pernikahan. Hasil dari uji korelasi menunjukkan bahwa nilai keluarga berhubungan signifikan dengan modal sosial dan kualitas pernikahan. Selain itu, variabel modal sosial berhubungan signifikan dengan interaksi suami istri dan kualitas pernikahan. Variabel interaksi suami istri juga berpengaruh signifikan dengan kualitas pernikahan. Faktor yang berpengaruh signifikan secara positif terhadap kualitas pernikahan adalah modal sosial dan interaksi pernikahan, sedangkan pekerjaan istri berpengaruh signifikan secara negatif terhadap kualitas pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi modal sosial dan interaksi suami istri pada istri tidak bekerja, maka akan meningkatkan kualitas pernikahan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcFamily Scienceid
dc.subject.ddcMarriage qualityid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titlePengaruh Modal Sosial dan Interaksi Suami Istri Terhadap Kualitas Pernikahan Pada Keluarga dengan Usia Pernikahan Awal dan Menengah.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordKeluargaid
dc.subject.keywordmodal sosiaid
dc.subject.keywordinteraksi suami istriid
dc.subject.keywordkualitas pernikahanid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record