Penapisan Mikrob sebagai Bioreseptor Biosensor Senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons Cemaran Minyak Ekosistem Hutan Mangrove.
View/ Open
Date
2018Author
Ghozali, Ali Aulia
Iswantini, Dyah
Kusmana, Cecep
Nurhidayat, Novik
Metadata
Show full item recordAbstract
Pencemaran minyak pada ekosistem hutan mangrove berpotensi mematikan
tanaman mangrove melalui mekanisme gangguan ekskresi garam-garam. Matinya
individu tanaman mangrove ini dapat mendegradasi kualitas dan kuantitas
ekosistem hutan mangrove dalam jangka panjang. Pada tingkat pencemaran berat,
keberadaan minyak dapat lebih mudah diketahui. Namun, pada tingkat pencemaran
subletal, cemaran minyak ini tidak mudah teramati. Proses identifikasi pencemaran
senyawaan hidrokarbon ini dapat dilakukan dengan metode konvensional. Namun,
proses analisis ini membutuhkan waktu yang lebih lama, penggunaan solven
organik yang signifikan, dan pengukuran secara ex situ.
Perkembangan teknik deteksi yang mengakomodasi konsep-konsep green
analytical chemistry (GAC) telah banyak dikembangkan. Dalam konsep ini,
pengukuran analit tersebut diupayakan agar hemat energi maupun minimalisasi
penggunaan solven. Salah satu teknik yang berpotensi dikembangkan adalah
biosensor. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dikembangkan model teknik
pengukuran biosensor yang mampu mendeteksi kontaminan hidrokarbon secara in
situ dengan sel-sel bakteri sebagai bioreseptor. Dalam penelitian ini, dikhususkan
untuk menapis bakteri yang mampu merespons senyawaan hidrokarbon BTX,
naftalena, dan antrasena khususnya; serta pendekatan pengukuran secara
elektrokimia.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, telah ditemukan spesies bakteri
yang berpotensi sebagai agen bioreseptor PAHs (Polycyclic aromatic
hydrocarbons) dan BTX (benzene-toluene-xylene). Spesies bakteri tersebut adalah
Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus sciuri, yang diisolasi dari cemaran
minyak. Kedua isolat tersebut secara positif mampu membentuk biofilm, dan
mendegradasi senyawa naftalena dan antrasena. Kedua isolat bakteri tersebut juga
memiliki respon elektrokimia yang kuat untuk sampel benzena, toluena, xilena, dan
premium berupa arus puncak (50-100 μA) pada tegangan 0.30-0.40 V. Sementara
itu, naftalena-benzena dan antrasena-benzena memberikan arus yang lebih rendah
(5-15 μA) pada tegangan (0.05-0.10 V).
Dari hasil profil elektrokimia tersebut maka, mikrob tersebut berpotensi
digunakan sebagai bioreseptor untuk pengukuran senyawaan hidrofobik secara
elektrokimia. Kajian penguatan sistem imobilisasi, bioreseptor multi-spesies, dan
validasi diperlukan untuk meningkatkan kinerja biosensor ini.