Show simple item record

dc.contributor.advisorHermanianto, Joko
dc.contributor.advisorSyarief, Rizal
dc.contributor.advisorNuraini, Henny
dc.contributor.authorAulawi, Tahrir
dc.date.accessioned2018-07-20T09:07:38Z
dc.date.available2018-07-20T09:07:38Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92510
dc.description.abstractStres merupakan mekanisme yang melibatkan neuroendokrin, maka hypothalamic-pituitary-adrenal cortical system aktif menghasilkan corticotrophin-releasing factor. Neurotransmiter menuju pituitari melalui hypophyseal portal vessel mensekresi adrenocortichotropic hormone ke sistem sirkulasi dan bersirkulasi melalui darah menuju ke korteks adrenal mengeluarkan hormon kortikosteron dan kortisol yang tergolong glucocorticoids (sebagai indikator stres). Saat pemotongan, hewan kehilangan banyak darah, sehingga penyediaan oksigen (O2) ke otak berkurang. Kondisi O2 tidak mencukupi, ion hidrogen (H) yang dilepas pada proses glikolisis dan siklus asam trikarboksilat tidak dapat diikat O2, sehingga ion H cenderung terakumulasi di dalam otot. Kelebihan ion H digunakan untuk mengkonversi asam piruvat menjadi asam laktat. Akumulasi asam laktat di dalam otot menyebabkan nilai pH daging postmortem turun dengan cepat. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi 20 marker darah, analisis pH dan histologi serta mutu fisik dilakukan dengan mengevaluasi 20 sampel daging bagian dada ayam broiler jantan jenis Abror acres umur 27 hari dengan kisaran bobot badan 900-1000 g yang dibagi dalam 4 perlakuan (P1 = kontrol, P2 = pembacaan rukyah secara lisan, P3 = pembacaan rukyah secara rekaman, dan P4 = pemingsanan listrik) sebelum pemotongan dan 5 ulangan dengan desain eksperimen Rancangan Acak Lengkap. Analisis data dilakukan terhadap profil darah (leokosit, limfosit, heterofil, rasio H/L, glukosa dan kortisol), pH dan histologi (degenerasi, nekrosa, diameter serabut otot, jarak antar serabut otot, luas penampang serabut otot, luas fasikulus dan jarak antar fasikulus) serta mutu fisik daging (WHC, drip loss, susut masak, keempukan dan warna). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan rukyah secara lisan sebelum pemotongan ayam broiler sebagai terapi psikologis merupakan perlakuan tidak berbeda antar perlakuan dan masih dalam batas normal terhadap leukosit 22.30 103/mm3, heterofil 25.43%, limfosit 58.46%, rasio H/L 0.44%, kortisol 12.22 ng ml-1 dan glukosa 20.31 mg/dl. Pola penurunan pH lambat dan mengalami fase stasioner pada menit 90 hingga menit 135 dengan pH 5.70. Gambaran histologi potongan melintang otot dada dengan pewarnaan hematoksilin-eosin menunjukkan tidak mengalami degenerasi dan nekrosis, diameter serabut otot 52.79 μm, jarak antar serabut otot 8.27 μm, luas fasikulus 142.5 μm2, jarak antar fasikulus 15.27 μm. Hasil penelitian mutu fisik daging menunjukkan WHC 86.75%, drip loss 3.62%, susut masak 25.73, keempukan 1.63 kg/cm2 dan warna yang ditunjukkan dengan derajat kecerahan (L*) 48.14, derajat kemerahan (a*) 3.20 dan derajat kekuningan (b*) 11.78.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcFood scienceid
dc.subject.ddcMeatid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-JABARid
dc.titleMetode Rukyah Sebelum Pemotongan pada Ayam Broiler Terhadap Profil Darah, Histologi dan Mutu Fisik Dagingid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordayam broilerid
dc.subject.keywordrukyahid
dc.subject.keywordprofil darahid
dc.subject.keywordhistologiid
dc.subject.keywordmutu fisikid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record