Show simple item record

dc.contributor.advisorHardinsyah
dc.contributor.advisorTanziha, Ikeu
dc.contributor.advisorFahmida, Umi
dc.contributor.authorHumayrah, Wardina
dc.date.accessioned2018-07-19T10:18:43Z
dc.date.available2018-07-19T10:18:43Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/92499
dc.description.abstractWanita usia subur (WUS) merupakan salah satu kelompok sasaran penting dalam program perbaikan gizi. Zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan WUS dapat menjadi zat gizi bermasalah (ZGB) sehingga WUS perlu memperbaiki pola konsumsi pangannya. Anjuran konsumsi pangan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) telah lama diperkenalkan sebagai pedoman Pola Konsumsi Pangan (PKP) ideal untuk memperbaiki ketidakcukupan asupan gizi penduduk. Namun anjuran ini bersifat umum sehingga sulit diterapkan menyesuaikan PKP yang beragam antar wilayah, budaya, dan etnis di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan ditujukan untuk menyusun anjuran konsumsi pangan spesifik pada WUS menurut zat gizi bermasalah di berbagai tipe PKP di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Diet Total (SDT) 2014 dari Kementerian Kesehatan RI yang menggunakan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun dengan kondisi sehat tidak hamil, hamil ataupun menyusui, dengan jumlah 40 954 WUS setelah proses ekslusi dan cleaning. Data utama penelitian ini adalah karakteristik dan konsumsi pangan individu melalui wawancara recall 1 x 24 jam. Dan data harga berasal dari harga konsumen rata-rata tahun 2014 dari Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, dan Badan Pusat Statistik Indonesia. Proses cleaning data pada penelitian ini mensyaratkan subjek mengonsumsi lebih dari dua jenis pangan dan tingkat konsumsi energi tidak lebih dari 400 persen kecukupan hariannya. Perangkat yang digunakan pada penelitian ini adalah Microsoft Excel 2007, IBM SPSS versi 22, dan WHO Optifood versi 4.04. Analisis penelitian ini terdiri dari analisis klaster dan analisis optimasi pangan. Hasil analisis klaster menunjukkan bahwa PKP WUS di Indonesia terbagi menjadi 3 tipe klaster. Klaster 1 terdiri dari provinsi-provinsi di wilayah barat-dan utara Indonesia dengan ciri tinggi konsumsi pangan hewani dan serealia; Klaster 2 terdiri dari provinsi-provinsi di wilayah tengah-selatan Indonesia dengan ciri tinggi konsumsi kacang, minyak dan lemak, buah atau biji berminyak, gula, dan lainnya; dan Klaster 3 terdiri dari provinsi-provinsi di wilayah timur Indonesia, dengan ciri tinggi konsumsi umbi, sayur, dan buah. Zat gizi bermasalah (ZGB) yang terjadi pada WUS di ketiga wilayah klaster adalah kalsium dan folat. WUS wilayah Klaster 1 memiliki proporsi provinsi dengan ZGB tertinggi pada vitamin C, vitamin B1, dan vitamin B2 dibandingkan kedua klaster lainnya. WUS wilayah Klaster 2 memiliki proporsi provinsi dengan ZGB tertinggi pada vitamin B3, vitamin B6, dan vitamin B12 dibandingkan kedua klaster lainnya. WUS wilayah Klaster 3 memiliki proporsi provinsi dengan ZGB tertinggi pada protein, lemak, zat besi, seng, dan vitamin A dibandingkan kedua klaster lainnya. ZGB WUS terbanyak pada usia 15-18 tahun pada wilayah Klaster 1 terdapat di Provinsi Gorontalo (11 zat gizi); wilayah Klaster 2 terdapat di Provinsi Bangka Belitung (8 zat gizi); dan wilayah Klaster 3 terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (11 zat gizi). ZGB WUS terbanyak pada usia 19-29 tahun pada wilayah Klaster 1 terdapat di Provinsi Sulawesi Barat (11 zat gizi); wilayah klaster 2 terdapat di Provinsi Banten (9 zat gizi); dan wilayah Klaster 3 terdapat di Provinsi Papua Barat (9 zat gizi). ZGB WUS terbanyak pada usia 30-49 tahun pada wilayah Klaster 1 terdapat di Provinsi Aceh (10 zat gizi); wilayah Klaster 2 terdapat di Provinsi DI Yogyakarta (7 zat gizi); dan wilayah Klaster 3 terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (10 zat gizi). Sumber pangan lokal yang dianjurkan untuk WUS usia 15-18 tahun pada provinsi perwakilan wilayah Klaster 1 antara lain: ikan kecil dengan tulang; hati; sayur berdaun hijau, dan buah sumber vitamin A; WUS wilayah Klaster 2 antara lain: ikan kecil dengan tulang, hati; tempe/tahu, dan sayur berdaun hijau (daun katuk), buah, serta batasi minyak; WUS wilayah Klaster 3 antara lain: ikan kecil dengan tulang, hati, kacang, sayur berdaun hijau (daun singkong), dan buah sumber vitamin A. Sumber pangan lokal yang dianjurkan untuk WUS usia 19-29 tahun pada provinsi perwakilan wilayah Klaster 1 antara lain: pangan hewani (ikan kecil dengan tulang, hati, makanan laut, telur), tempe/tahu, sayur (pare), dan buah; WUS wilayah Klaster 2 antara lain: pangan hewani (ikan kecil dengan tulang, hati, telur, olahan daging); tempe/tahu, sayur berdaun hijau (daun katuk), kacang, buah, serta batasi minyak; WUS wilayah Klaster 3 antara lain: pangan hewani (ikan kecil dengan tulang, hati, telur) dan sayur berdaun hijau. Sumber pangan lokal yang dianjurkan pada WUS usia 30-49 tahun provinsi perwakilan wilayah Klaster 1 antara lain: ubi kuning, ikan kecil dengan tulang; telur; sayur, dan buah; WUS wilayah Klaster 2 antara lain: pangan hewani (daging unggas dan telur); kedelai olahan (tempe/tahu), sayur, batasi minyak dan gula; WUS wilayah Klaster 3 antara lain: ikan kecil dengan tulang, hati, sayur berdaun hijau (daun kelor), dan buah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcNutrition Sciencesid
dc.subject.ddcNutritionid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleZat Gizi Bermasalah dan Anjuran Konsumsi Pangan Wanita Usia Subur pada Berbagai Tipe Pola Konsumsi Pangan Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordanalisis klasterid
dc.subject.keywordanjuran konsumsi panganid
dc.subject.keywordoptimasi panganid
dc.subject.keywordwanita usia suburid
dc.subject.keywordpola konsumsi panganid
dc.subject.keywordzat gizi bermasalahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record