dc.description.abstract | Lobster pasir Panulirus homarus merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi yang selalu diminati pasar perikanan di seluruh dunia. Ketersediaan lobster di Indonesia diperoleh dari hasil penangkapan di alam yang terus mengalami penurunan, pada tahun 2013 (16.482 ton tahun-1) dan 2014 (10.086 ton tahun-1). Kegiatan penangkapan yang terus-menerus dilakukan dapat mengancam kelestarian populasi lobster di alam (over fishing). Melalui kegiatan budidaya, diharapkan ketersediaan lobster untuk pasar ekspor maupun domestik dapat terpenuhi, baik dalam jumlah, kualitas, maupun kontinuitas.
Lobster pasir P. homarus sudah mulai dapat dibudidayakan secara indoor maupun outdoor. Budidaya secara indoor dinilai dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan dalam budidaya lobster karena lebih terkontrol dan efisien. Pemeliharaan lobster secara indoor dilakukan untuk mencapai produktivitas maksimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi padat tebar terhadap tingkat kelangsungan hidup dan respon fisiologis terbaik pada pemeliharaan lobster pasir di dalam bak terkontrol.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, kepadatan 15 ekor m-2, 25 ekor m-2 dan 35 ekor m-2 dan dilakukan pengulangan berganda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan lobster berukuran bobot rata-rata 83.131.11 g yang dipelihara selama 30 hari. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi kualitas air (suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, CO2, alkalinitas, nitrit dan amonia), respon fisiologi (glukosa darah dan jumlah hemosit total) dan kinerja produksi (pertumbuhan panjang, bobot, laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, konversi pakan dan frekuensi molting).
Hasil penelitian menunjukkan kondisi kualitas air selama penelitian masih memenuhi standar untuk pertumbuhan lobster pasir. Padat penebaran lobster P. homarus dengan kepadatan 35 ekor m-2 menunjukkan kelangsungan hidup 95,71%, frekuensi molting mencapai 14,3% dan konversi pakan selama penelitian adalah 7,1. Padat penebaran tertinggi mampu meningkatkan efisiensi produksi konversi pakan, meskipun pada parameter tingkat kelangsungan hidup dan respon fisiologi tidak menunjukkan hasil berbeda nyata pada tiap perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, padat penebaran 35 ekor m-2 merupakan yang terbaik. Hal ini didukung dengan hasil parameter kelangsungan hidup, pertumbuhan dan respon fisiologi yang tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap setiap perlakuan padat penebaran, namun terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter rasio konversi pakan. | id |