Dampak Rules of Origin pada Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN+1 terhadap Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia.
View/ Open
Date
2018Author
Febriningtyas, Miranda
Oktaviani, Rina
Rifin, Amzul
Metadata
Show full item recordAbstract
Rules of Origin mulai berlaku semenjak pangsa produksi internasional dan
inovasi teknologi dalam bidang transportasi dan telekomunikasi meningkat.
Sangat sedikit produk saat ini yang bisa diproduksi di suatu negara saja. Hal ini
membuat RoO menjadi perhatian utama dalam negosiasi FTA tidak terkecuali
pada ASEAN+1 FTAs. RoO menentukan kriteria minimum agar suatu barang
dapat dianggap “berasal” pada anggota FTA dan memenuhi syarat untuk
preferensi perdagangan. Penentuan pada produk pertanian pada ASEAN+1 FTA
lebih sulit bila dibandingkan dengan produk manufaktur. Sebagian besar, produk
pertanian, memiliki aturan RoO wholly obtained. Sedangkan, tidak semua faktor
produksi bisa didapatkan di suatu negara, membuat potensi peningkatan biaya
produksi menjadi bertambah, sehingga penentuan RoO yang restriktif untuk
produk pertanian, lebih memungkinkan untuk meningkatkan biaya produksi
sebagai suatu proteksi dan mempengaruhi ekspor produk tersebut ke pasar
ASEAN+1 FTAs. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat hambatan
RoO produk pertanian ASEAN+1 FTAs melalui restrictiveness index dan
pengaruhnya terhadap perdagangan komoditas tersebut di Indonesia.
Berdasarkan analisis restrictiveness index, ASEAN-China Free Trade
Agreement memiliki tingkat hambatan RoO yang paling besar bila dibandingkan
dengan ASEAN-KOREA Free Trade Agreement dan ASEAN-JEPANG
Comprehensive Economic Partenership Agreement. Hasil ini sesuai dengan
hipotesis, bahwa kesepakatan yang telah lebih dulu ada memiliki tingkat
hambatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan kesepakatan lain yang baru
muncul. Namun tingkat hambatan ini cenderung lebih besar pada negara anggota
ASEAN sendiri, disebabkan oleh adanya perbedaan tarif. Negara ASEAN
memiliki tarif rata-rata yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara mitra
dagang ASEAN (Jepang, Korea Selatan dan Cina) dalam hal produk pertanian.
Estimasi pengaruh tingkat hambatan RoO direpresentasikan oleh
restrictiveness index dengan menggunakan gravity model. Hasil analisis data
panel dapat diketahui, perdagangan produk pertanian di Indonesia sensitif
terhadap perubahan RoO di ASEAN+1 FTAs. Dampak RoO pada perdagangan ini
memiliki efek negatif berapa pun tingkat hambatan RoO yang ada pada produk
pertanian. Semakin tinggi tingkat hambatan pada RoO, maka akan semakin
mengurangi ekspor produk pertanian Indonesia. Indonesia sebagai negara yang
memiliki komoditas unggulan ekspor yakni pertanian mentah, akan lebih baik
untuk mengekspor produk pertanian yang telah diolah. Produk pertanian mentah
cenderung memiliki aturan wholly obtained bila dibandingkan dengan produk
olahan. Sehingga resiko untuk peningkatan biaya produksi dan dampak terhadap
ekspor juga akan berkurang.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]