dc.description.abstract | Masalah gizi kurang merupakan salah satu maslah gizi di Indonesia yang
hingga saat ini belum menemui titik penyelesaian. Data Riskesdas 2007, 2010, dan
2013 memperlihatkan kecenderungan prevalensi gizi kurang pada semua kelompok
umur. Pada balita gizi kurang dan gizi sangat kurang meningkat dari sebanyak
18.4% pada tahun 2007 menjadi 19.6% pada tahun 2013. Kecenderungan
prevalensi remaja kurus (16-18 tahun) relatif sama tahun 2007 dan 2013 yaitu
sebanyak 7.5%, sedangkan prevalensi remaja sangat kurus naik 0.4% menjadi
1.9% pada tahun 2013. Secara nasional, prevalensi gizi kurang kelompok usia
dewasa adalah sebesar 8.7% di tahun 2013 (Kemenkes 2013). Masalah gizi
kurang dapat diatasi dengan meningkatkan asupan energi dan protein. Salah satu
pangan tinggi protein yang dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan asupan
energi dan protein adalah susu.
Optimalisasi penanganan masalah gizi kurang melalui pemberian susu
tinggi protein merupakan salah satu cara untuk meningkatkan asupan energi dan
protein individu dalam upaya menurunkan prevalensi gizi kurang. Namun,
rendahnya pengetahuan, motivasi dan tingkat kepatuhan individu dalam
mengonsumsi susu sebagai produk intervensi tinggi protein menjadi salah satu
faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam keberhasilan individu
meningkatkan berat badan. Salah satu upaya untuk menangani hal tersebut adalah
dengan melakukan intervensi pendidikan gizi.
Desain penelitian ini adalah Randomized Controlled Trial (RCT) pre-post
study. Penentuan jumlah subjek berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah
subjek minimal, yaitu 90 orang, dengan pertimbangan drop out (DO) 20%
sehingga diperoleh subjek dalam penelitian ini adalah 114 orang. Subjek
penelitian adalah laki-laki dan perempuan anak-anak, remaja dan dewasa yang
merupakan siswa sekolah dasar, SMA/SMK dan mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor (IPB). Subjek harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta bersedia
mengikuti setiap tahapan penelitian hingga selesai dengan menandatangani inform
consent. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah kelompok umur anak-anak (8-
12 tahun), remaja (13-17 tahun) dan dewasa muda (18-30 tahun), dalam keadaan
sehat dengan IMT 16.0 –18.4 kg/m2 untuk kelompok umur dewasa, sedangkan
untuk kelompok anak-anak dan remaja menggunakan Z skor -3 SD s/d -2 SD.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah seseorang dengan intoleransi laktosa,
alergi susu, memiliki masalah ginjal, dan memiliki riwayat atau menderita
sindrom metabolik (Jantung koroner, hipertensi, dan arterosklorosis).
Proses intervensi yang dilakukan dibagi menjadi dua grup yaitu grup
perlakuan yang mendapatkan intervensi susu tinggi protein dan pendidikan gizi
dan grup kontrol yang hanya mendapatkan intervensi pendidikan gizi. Formulir
kepatuhan konsumsi susu diisi oleh subjek dengan didampinngi oleh guru
dan/atau orangtua. Intervensi pendidikan gizi diberikan 30 menit setiap 2 minggu
sekali oleh peneliti, dengan metode pendekatan konseling individu (face to face).
Teknik yang digunakan adalah diskusi. Media pendidikan gizi yang digunakan
adalah berupa flipchart dan cakram gizi
Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2013 dan IBM
SPSS versi 22. Data asupan diolah menggunakan software gizi yaitu nutrisurvey
2007 dan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Independent t-test untuk
menganalis perbedaan antar grup. Uji korelasi pearson dan spearman digunakan
untuk menganalisis hubungan antar variabel. Uji repeated ANOVA untuk
menganalisis perubahan dalam setiap grup berdasarkan waktu pemantauan.
Pengetahuan gizi subjek anak-anak dan remaja secara signifikan meningkat
pada akhir intervensi di kedua grup sedangkan pada kelompok umur dewasa,
peningkatan secara signifikan hanya pada grup kontrol. Tidak terdapat perbedaan
signifikan tingkat kepatuhan subjek anak-anak antara bulan ke-1 dibandingkan
dengan bulan ke-2 dan ke-3. Terdapat perbedaan signifikan tingkat kepatuhan
kelompok remaja dan dewasa antara bulan ke 1, dibandingkan dengan bulan ke-2
dan ke-3. Motivasi konsumsi susu pada anak-anak didominasi oleh atribut daya
tarik indera, pada subjek remaja didominasi oleh atribut kebiasaan dan pada
kelompok dewasa didominasi oleh motivasi berdasarkan atribut kontrol berat
badan.
Terdapat perbedaan signifikan asupan energi dan protein antara grup
perlakuan dibandingkan dengan grup kontrol di akhir intervensi, baik pada
kelompok umur anak-anak, kelompok umur remaja maupun pada kelompok umur
dewasa. Selisih tingkat kecukupan energi dan protein antara grup perlakuan
dibandingkan dengan grup kontrol pada kelompok umur remaja dan kelompok
umur dewasa berbeda signifikan di akhir intervensi. Sedangkan pada kelompok
umur anak-anak, selisih tingkat kecukupan energi subjek tidak berbeda signifikan
antara grup perlakuan dibandingkan dengan grup kontrol, namun berbeda sangat
signifikan pada selisih tingkat kecukupan protein. Terdapat perbedaan signifikan
selisih perubahan berat badan ditiap kelompok umur antara grup perlakuan
dibandingkan dengan grup kontrol. Terdapat perbedaan signifikan selisih
perubahan status gizi subjek anak-anak dan dewasa antara grup perlakuan
dibandingkan dengan grup kontrol. Sedangkan selisih perubahan status gizi pada
kelompok umur remaja, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
grup perlakuan dibandingkan dengan grup kontrol. Pada akhir intervensi, terdapat
perbaikan status gizi pada semua kelompok umur grup perlakuan yaitu dari status
gizi kurang menjadi status gizi baik/normal. Tidak terdapat hubungan signifikan
antara tingkat kepatuhan dengan berat badan dan status gizi di tiap kelompok
umur. | id |