Profil Metabolit dan Bioaktivitas Beberapa Aksesi Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.).
View/ Open
Date
2018Author
Nurcholis, Waras
Khumaida, Nurul
Syukur, Muhamad
Bintang, Maria
Metadata
Show full item recordAbstract
Curcuma aeruginosa yang dikenal dengan nama temu ireng di Indonesia
merupakan tanaman herbal dan dianggap merupakan sumber potensial dalam
berbagai aktivitas farmakologi. Namun di Indonesia varietas masih terbatas
sehingga diperlukan aksesi yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan
mengembangkan varietas baru temu ireng.
Bagian pertama fokus pada penapisan fitokimia, aktivitas antioksidan
menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan analisis sitotoksisitas dengan
metode brine shrimp lethality test (BSLT) dari ekstrak air-etanol terhadap bagian
rimpang induk (RI), rimpang primer dan sekunder (RP+RS) dan akar air (AA).
Senyawa tanin dan triterpenoid terkandung pada semua ekstrak pada semua bagian
rimpang, sementara saponin hanya pada ekstrak etanol 70% dan air, sedangkan
senyawa alkaloid, flavonoid dan steroid tidak terdeteksi. Aktivitas antioksidan
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% pada RI memiliki kapasitas terkuat dalam
meredam radikal DPPH (IC50, 437.07 μg mL-1) dibandingkan dengan ekstrak lain
pada bagian rimpang yang berbeda. Pada BSLT, kami menemukan bahwa ekstrak
etanol 96 dan 70% dari RI menunjukkan sitotoksisitas yang tinggi dengan LC50
secara berurutan 90.40 and 265.17 μg mL-1.
Bagian kedua fokus terhadap warna rimpang, hasil ekstrak, kandungan
metabolit dan aktivitas farmakologi dalam ekstrak etanol dari 20 aksesi potensial
tanaman temu ireng hasil eksplorasi. Warna rimpang dan analisis fitokimia
dianalisis dengan metode kualitatif, sementara kandungan metabolit dan
bioaktivitas dianalisis dengan metode kuantitatif. Warna biru merupakan
karakterisasi yang khas pada rimpang temu ireng. Produktivitas ekstrak etanol 70%
dari 20 aksesi temu ireng berkisar 7.92-19.71%, dengan produktivitas ekstrak
terendah dari aksesi Kendal sedangkan tertinggi oleh aksesi Beringharjo. Semua
aksesi temu ireng diketahui mengandung saponin dan triterpenoid. Kandungan total
fenolik, total flavonoid, dan kurkuminoid secara berurutan berkisar 26.70-70.83 mg
EAG g-1, 7.65-21.71 mg EK g-1, dan 0.001-1.945%. Nilai IC50 dan LC50 secara
berurutan untuk aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas berkisar 89.81 (Sukoharjo)
sampai 505.65 μg mL-1 (Ngawi) dan 57.32 (Purworejo) sampai 693.43 μg mL-1
(Ponorogo).
Bagian ketiga fokus pada karakter kualitatif dan kuantitatif dari sepuluh
aksesi temu ireng yang dibandingkan dengan analisis multivariat meliputi analisis
klaster hirarki dan komponen utama untuk mendapatkan pola keragaman pada
karakter agromorfologi, kandungan metabolit dan bioaktivitas. Metode kualitatif
dan kuantitatif digunakan untuk mempelajari agromorfologi, kandungan metabolit
dan bioaktivitas. Fenotipe tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
anakan, berat basah rimpang dan berat kering rimpang merupakan karakter yang
memiliki keragaman yang signifikan antara aksesi yang dipelajari. Variabilitas hasil
ekstrak, fenolik total, flavonoid total dan kurkuminoid secara berurutan berkisar
3.68-7.36%, 29.08-46.92 mg EAG g-1, 21.31-33.81 mg EK g-1, dan 0.001-0.005%.
Pada semua aksesi yang dipelajari, terdapat 72 komponen metabolit yang
teridentifikasi dalam ekstrak etanol dengan senyawa utama adalah seskuiterpenoid
(19.86-43.72%) dan monoterpenoid (6.30-15.38%). Nilai IC50 untuk aktivitas
antioksidan dan penghambatan α-glukosidase secara berurutan adalah 217.98-
654.38 μg mL-1 dan 349.07-932.85 μg mL-1. Aktivitas sitotoksik pada larva udang,
sel Vero, dan sel MCF-7 secara berurutan berkisar dari 148.94-805.09 μg mL-1,
13.28-45.17%, dan 1.16-49.70%. Pada kajian ini, analisis multivariat terhadap
karakter agromorfologi, kandungan metabolit dan bioaktivitas masing-masing
menghasilkan pola yang beragam. Dengan demikian, aksesi-aksesi temu ireng yang
dipelajari potensial untuk dikembangkan melalui program pemuliaan tanaman.
Aksesi Madura, Purworejo dan Kulonprogo dapat dipilih sebagai klon berkualitas
untuk menghasilkan senyawa atsiri (eucalyptol, β-elemene, camphor, dan
isocurcumenol) dan produktivitas rimpang tinggi yang berkhasiat sebagai
antikanker. Sementara aksesi Gunung Kidul merupakan klon yang berkhasiat
sebagai antikanker dengan produktivitas senyawa fenolik, flavonoid dan
kurkuminoid tinggi namun produktivitas rimpang rendah.
Collections
- DT - Agriculture [728]