dc.description.abstract | Jabon (Neolamarckia cadamba [Roxb.] Bosser, sinonim Anthocephalus
cadamba [Roxb.] Miq., Anthocephalus chinensis [Lamk.], famili Rubiaceae)
merupakan salah satu jenis pohon pionir asli Indonesia yang memiliki sebaran
alam yang luas dari Aceh sampai Papua. Kayunya banyak digunakan sebagai
bahan kayu lapis, konstruksi, pulp, furnitur, papan serat, dan papan partikel,
sedangkan bagian tanaman lainnya dapat digunakan sebagai bahan parfum dan
obat-obatan. Tanaman jabon sudah dibudidayakan dalam skala luas di beberapa
daerah di Sumatera Selatan sejak tahun 2010 dalam bentuk hutan rakyat dan hutan
tanaman industri (HTI). Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya jabon
adalah adanya serangan hama defoliator Arthroschista hilaralis Walk.
(Lepidoptera: Pyralidae). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biologi dan
ekologi ulat daun A. hilaralis pada tanaman jabon di Sumatera Selatan. Secara
spesifik dapat diuraikan 4 tujuan sebagai berikut: (1) mengkaji insidensi dan
intensitas serangan A. hilaralis di persemaian dan tegakan jabon umur yang
berbeda di lapangan pada berbagai waktu pengamatan, (2) mengkaji dinamika
populasi A. hilaralis dan musuh alaminya, (3) mengkaji biologi A. hilaralis yang
meliputi ciri-ciri morfologi, perkembangan hidup, lama hidup, laju konsumsi,
serta perilaku oviposisi imago A. hilaralis, dan (4) mengkaji statistik demografi A.
hilaralis.
Pengamatan serangan A. hilaralis meliputi insidensi dan intensitas serangan
A. hilaralis yang dilakukan di persemaian dan lapangan. Pengamatan tingkat
serangan A. hilaralis di lapangan dilakukan pada tegakan jabon umur 2 dan 4
tahun pada 6 lokasi penelitian selama 16 bulan pengamatan. Pengkajian dinamika
populasi A. hilaralis dilakukan dengan mengamati populasinya pada tegakan
jabon pola monokultur dan agroforestri, identifikasi musuh alami (parasitoid dan
predator), serta pengamatan tingkat parasitisasinya. Pengamatan populasi A.
hilaralis dilakukan sebanyak 4 kali. Studi biologi dilakukan di laboratorium dan
lapangan. Penelitian statistik demografi dilakukan dengan mengamati dan
mencatat mortalitas individu A. hilaralis dan keperidian imago setiap harinya,
kemudian dimasukkan ke dalam tabel neraca kehidupan.
Ulat daun A. hilaralis menyerang tanaman jabon baik di persemaian
maupun di lapang. A. hilaralis mulai menyerang pada saat bibit jabon berumur 3
bulan. Insidensi serangan A. hilaralis memberikan pengaruh signifikan terhadap
pertambahan tinggi bibit jabon (r = -0.937, p = 0.019), intensitas serangan A.
hilaralis juga memberikan pengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit
(r = -0.960, p = 0.010). Pada skala lapangan, serangan A. hilaralis paling tinggi
terjadi pada tegakan jabon umur 2 tahun dan pada musim hujan, insidensi dan
intensitas serangannya masing-masing sebesar 74.45% dan 55.21%. Tingkat
serangan A. hilaralis paling rendah terjadi pada jabon umur 4 tahun pada musim
kemarau dengan insidensi dan intensitas serangan A. hilaralis masing-masing
sebesar 45.99% dan 24.45%.
Rata-rata populasi A. hilaralis pada tegakan jabon monokultur pada musim
hujan lebih tinggi dibandingkan pada jabon agroforestri pada musim pengamatan
lainnya. Ditemukan parasitoid dan predator pada tegakan jabon baik pada pola
monokultur maupun agroforestri. Terdapat satu jenis parasitoid yaitu Apanteles
sp. yang ditemukan pada tegakan jabon monokultur umur 2.5 tahun yang sedang
mengalami serangan berat A. hilaralis. Pada tegakan jabon pola agroforestri
ditemukan 3 jenis parasitoid yang menyerang A. hilaralis yaitu Apanteles sp.
(Hymenoptera: Braconidae), Brachymeria sp. (Hymenoptera: Chalcididae), dan
Phanerotoma sp. (Hymenoptera: Braconidae). Keanekaragaman dan kelimpahan
predator lebih tinggi dijumpai pada jabon agroforestri dibandingkan jabon
monokultur. Formicidae merupakan famili serangga predator yang mendominasi
baik pada tegakan jabon pola monokultur maupun agroforestri.
Telur A. hilaralis berbentuk bulat dan berwarna putih keruh pada awal
peletakan dan berwarna kemerahan pada saat telur siap menetas. Larvanya
memiliki tubuh berbentuk silindris dengan tiga pasang tungkai sejati pada bagian
toraks dan empat pasang tungkai semu pada ruas ketiga hingga keenam abdomen.
Pupa bertipe obtekta dan berwarna coklat muda hingga coklat tua. Tubuh imago
berwarna hijau kebiruan dengan warna kuning di sepanjang costa sayap dan
antena.
Siklus hidup A. hilaralis memerlukan waktu 26.08 hari dengan rata-rata
stadium telur 3.47 hari, larva 16.33 hari, pupa 3.68 hari, imago 6.9 hari, dan masa
praoviposisi 2.6 hari. Jumlah pakan yang dikonsumsi larva A. hilaralis berbanding
lurus dengan ukuran larva. Imagonya memiliki preferensi dalam peletakan telur,
dimana imago betina lebih memilih meletakkan telur pada daun jabon putih (N.
cadamba) dibandingkan jabon merah (Anthocephalus macrophyllus).
Kurva perkembangan A. hilaralis termasuk kurva sintasan tipe I. Nilai laju
reproduksi kotor (GRR) A. hilaralis sebesar 180.6 individu/generasi, laju
reproduksi bersih (Ro) sebesar 81.58 individu/imago/generasi, lama generasi (T)
selama 22.18 hari, laju pertambahan intrinsik (rm) sebesar 0.21
individu/imago/generasi, dan waktu berlipat ganda (DT) sebesar 3.38 hari. | id |