Arthropoda pada Hutan Sagu (Metroxylon spp.) di Maluku
View/ Open
Date
2018Author
Senewe, Rein Estefanus
Triwidodo, Hermanu
Pudjianto
Rauf, Aunu
Metadata
Show full item recordAbstract
Sagu merupakan salah satu komoditas perkebunan yang prospektif untuk
meningkatkan pendapatan petani dan pemerintah daerah. Namun demikian dalam
pengembangannya masih menghadapi masalah antara lain serangan herbivor pada
tajuk dan pati tanaman sagu. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi
keanekaragaman Arthropoda pada areal hutan sagu di Maluku, (2)
Mengidentifikasi serangga fitofag, gejala kerusakan dan tingkat serangan pada
tanaman sagu dan (3) Mengkaji serangga yang berasosiasi dengan tual sagu,
dengan perhatian utama pada R. ferrugieneus Olivier. Penelitian lapangan
dilakukan sejak September 2015 sampai Oktober 2016 di Desa Rutong dan Tawiri
Kotamadya Ambon, Desa Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah serta Desa Ariate,
Desa Eti, dan Desa Waisamu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku.
Identifikasi arthropoda dilakukan di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Maluku, Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Bidang
Zoologi Puslit Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Bidang Botani Puslit Biologi,
LIPI Cibinong. Penelitian tentang Arthropoda pada areal sagu, menggunakan
metode perangkap lubang, lampu, nampan kuning dan jaring serangga. Penelitian
tentang serangga yang berasosiasi pada tajuk tanaman sagu, menggunakan metode
pengamatan langsung dan insidensi kerusakan tajuk tanaman sagu. Penelitian
selanjutnya tentang perkembangan serangga R. ferrugieneus pada tual sagu,
menggunakan media batang sagu yang siap panen. Batang sagu ini dibagi dalam
beberapa potongan atau tual sagu dan selanjutnya diamati perkembangan
mingguan setiap stadia serangga R. ferrugieneus pada tual sagu tersebut.
Hasil penelitian keanekaragaman Arthropoda pada areal sagu di Maluku
didapatkan sebanyak 19 ordo, 130 famili, 7572 individu dan 283 morfospesies.
Dari 283 morfospesies, 116 morfospesies yang hanya ada dilokasi tertentu, yakni:
Ariate (59 morfospesies), Eti (19 morfospesies), Waisamu (4 morfospesies),
Rutong (8 morfospesies), Tawiri (8 morfospesies), dan Tulehu (18 morfospesies).
Arthropoda dari kelompok Insecta lebih dominan dari kelompok Arachnida dan
Crustacea, yang peranannya sebagai herbivor 123 morfospesies, predator 69
morfospesies, detritivor 37 morfospesies, parasitoid 35 morfospesies, polinator 15
morfospesies dan serangga lain 4 morfospesies. Indeks keanekaragaman H'
adalah 2.76 – 3.39, artinya keragaman morfospesies masih tinggi serta komunitas
berada pada kondisi stabil dengan indeks kemerataan morfospesies E adalah 0.93
< E ≤0.98). Kelimpahan ordo Arthropoda akan banyak ditemukan pada musim
kemarau daripada musim hujan dan dipengaruhi oleh jenis perangkapnya.
Terdapat korelasi perangkap lubang dengan jaring serangga atau korelasi
keduanya berpengaruh nyata artinya apabila individu pada perangkap lubang
meningkat maka pada jaring serangga juga akan meningkat. Arthropoda di areal
sagu akan memiliki keanekaragaman famili dan genus hampir sama.
Hasil penelitian menunjukkan kerusakan pada pelepah dan anak daun
tanaman sagu dengan gejalanya seperti bentuk segitiga atau daun tergunting,
lubang pada pelepah daun, gerekan daun, dan bercak coklat memanjang pada
kuncup daun. Berdasarkan penilaian kerusakan, insidensi dan intensitas serangan
tajuk tanaman sagu masing-masing 3.75% – 37.5%, dan 0.94% – 5.16%
(klasifikasi ringan). Insidensi dan intensitas serangan herbivor pada tajuk
tanaman sagu di kedua lokasi tidak berbeda nyata (P>0.05). Insidensi serangan
herbivor pada tajuk tanaman sagu berdasarkan fase pertumbuhan sagu dan bentuk
kerusakan terdapat perbedaan nyata (P<0.05). Intensitas serangan herbivor pada
tajuk tanaman sagu berdasarkan fase pertumbuhan sagu dan bentuk kerusakan
berbeda nyata (P<0.05). Terdapat perbedaan nyata (P<0.05) antara interaksi
bentuk serangan pada setiap fase pertumbuhan sagu terhadap intensitas serangan.
Terdapat delapan serangga fitofag yang berasosiasi dengan tajuk tanaman sagu.
Masing-masing fase imago serangga menimbulkan kerusakan daun dengan ciri
khas berbeda, sehingga dapat berpeluang menimbulkan kerusakan berat pada
tajuk tanaman sagu. Arthropoda dari kelompok serangga fitofag atau serangga
yang merusak tajuk tanaman sagu yaitu Rhynchophorus ferrugineus, Oryctes
rhinoceros, Sexava nubila, Catantops brachypterus, Oxya chinensis, Physus sp.,
Brontispa longissima, dan Plesispa reichei.
Faktor lain yang sangat penting juga yaitu gangguan serangga pada pasca
panen atau proses produksi pati sagu melalui tual sagu. Terdapat seranggaserangga
yang berasosiasi dengan tual sagu, yaitu: R. ferrugineus (herbivor),
Diocalandra sp. (detritivor), Cybocephalus sp. (detritivor), Hololepta sp.
(detritivor), Forficula sp. (predator), Lathrobium sp. (predator), and Dolichoderus
sp. (predator). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tual sagu merupakan media
utama serangga R. ferrugineus, artinya kerusakan tual sagu dapat mengurangi
produktivitas pati sagu per batang. Rata-rata jumlah larva R. ferrugineus pada
tual sagu (panjang 20 cm) ditemukan pada 14-119 HSTb (hari setelah tebang),
pupa 70-112 HSTb, dan imago 77-112 HSTb. Kelimpahan larva instar-1
mengalami puncak individu pada 56 dan 63 HSTb atau nilai rata-rata 127.2 dan
120.8 individu, larva instar-2 pada 14 dan 21 HSTb, larva intar-3 pada 35 dan 42
HSTb, larva instar-4 pada 42 dan 49 HSTb, dan larva instar-5 pada 70 HSTb.
Dalam periode 14-119 HSTb, ditemukan rata-rata 586 larva instar-1, 75.2 larva
instar-2, 51.6 larva instar-3, 26 larva instar-4, 58.6 larva instar-5, 7.1 pupa, dan
14.2 imago. Keberadaan semua stadia R. ferrugineus pada tual sagu dengan
periode inkubasi telur ± 7 hari; larva ± 56 hari; pupa ± 7 hari untuk membentuk
imago atau total perkembangan R. ferrugineus dari telur - imago adalah 77 hari.
Collections
- DT - Agriculture [750]