Produksi Ephipia Moina macrocopa dengan Manipulasi Pakan, Kepadatan, “Kairomon” Ikan dan Kelarutan Oksigen.
View/ Open
Date
2017Author
Mubarak, Ahmad Shofy
Jusadi, Dedi
Zairin, Muhammad
Suprayudi, Muhammad Agus
Metadata
Show full item recordAbstract
Moina macrocopa adalah zooplankton yang memiliki ukuran dan kadar protein
yang mirip dengan naupli Artemia. Pemanfaatan moina sebagai pakan alami larva
ikan dan udang belum maksimal karena budidaya Moina dilakukan seperti budidaya
ikan. Oleh karena itu perlu dicari terobosan baru agar Moina tidak lagi dibudidayakan,
tetapi menggunakan ephipia yang ditetaskan seperti praktisya penggunaan Artemia
sebagai pakan alami.
Ephipia adalah produk dari reproduksi seksual Moina yang berisi embrio
dalam kondisi dorman, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama dan dapat
ditetaskan setiap saat. Teknologi produksi ephipia pada spesies kladosera saat ini
banyak dikembangkan menggunakan faktor induksi seperti; kualitas dan kuantitas
pakan, kepadatan populasi, suhu, kualitas air dan kairomon ikan. Produksi ephipia
Moina berbeda dengan spesies kladosera lainnya. Induksi produksi ephipia pada betina
partenogenesis Moina tidak secara langsung menghasilkan ephipia tetapi menghasilkan
anak jantan dan betina seksual yang akan menghasilkan ephipia. Teknologi produksi
ephipia Moina masih memiliki permasalahan tentang; ketersediaan betina
partenogenesis, ketersediaan anak jantan dan betina seksual untuk dapat menghasilkan
ephipia, serta bagaimana meningkatkan kuantitas dan kualitas ephipia Moina. Dengan
demikian, faktor induksi yang telah dilakukan pada kladosera lain perlu dikaji
optimasinya pada produksi ephipia Moina.
Tujuan khusus penelitian adalah: 1) mengkaji kualitas dan kuantitas pakan
terhadap pertumbuhan populasi, efisiensi pakan dan status gizi serta produksi anak
jantan dan ephipia Moina, 2) mengkaji kepadatan induk budidaya Moina untuk
menghasilkan anak jantan dan betina yang menghasilkan ephipia, 3) mengkaji
peningkatan produksi anak jantan dan ephipia menggunakan kombinasi beberapa
faktor induksi, yaitu kuantitas pakan, kepadatan, “kairomon” feses ikan mas dan
oksigen terlarut, 4) mengkaji peningkatan kualitas dan kuantitas ephipia Moina dengan
penambahan sumber asam lemak n-3 di pakan.
Penelitian terdiri atas tiga tahap penelitian: 1. Evaluasi pemanfaatan suspensi
dedak dan ketela pohon pada populasi produksi anak jantan dan ephipia Moina
macrocopa. 2.a. Kepadatan induk Moina untuk menghasilkan anak jantan dan betina
yang menghasilkan ephipia. 2.b. Peningkatan produksi anak jantan dan ephipia Moina
melalui kombinasi kepadatan induk, konsentrasi pakan, feses ikan mas dan oksigen
terlarut. 3. Peningkatan nilai derajat penetasan ephipia Moina melalui penambahan
sumber asam lemak n-3 di pakan.
Budidaya Moina menggunakan pakan suspensi dedak dengan kandungan
protein 11,16 % dan lemak 10,62 % menghasilkan populasi, produksi anak per induk,
persentase dewasa dan biomasa yang lebih tinggi dibanding menggunakan pakan
supensi ketela pohon. Moina yang dibudidaya dengan pakan suspensi dedak, memiliki
konversi pakan yang lebih rendah, total RNA, total DNA dan nisbah RNA/DNA, serta
konsentrasi protein dan asam amino yang lebih tinggi dibandingkan moina dengan
pakan suspensi ketela pohon. Budidaya Moina menggunakan pakan suspensi dedak
dapat anak jantan dan ephipia, sedangkan budidaya Moina menggunakan pakan
suspensi ketela pohon tidak menghasilkan anak jantan dan ephipia. Dari penelitian ini
didapatkam konsentrasi pakan suspensi dedak untuk menghasilkan produksi anak
jantan (504 ind/L) dan konsentrasi pakan suspensi dedak untuk menghasilkan
ephipia. Kedua konsentrasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan
kepadatan induk optimal untuk produksi ephipia dan anak jantan yang lebih tinggi.
Budidaya Moina dengan kepadatan induk 660 ind/L menghasilkan produksi
anak jantan dan ephipia yang tinggi. Budidaya Moina dengan kepadatan induk 660
ind/L menggunakan pakan yang tinggi (induksi ephipia) menghasilkan total produksi
ephipia (3052 ±199 butir/L) yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan pakan yang
lebih rendah (induksi ephipia) (663±5 butir/L). Produksi anak jantan yang rendah
(48±6 ind/L) dan nisbah jantan betina yang rendah (<1,00%), menyebabkan produksi
ephipia berisi dua telur yang rendah, sebesar 14,22± 2,08%, sebaliknya budidaya
Moina dengan konsentrasi suspensi dedak yang rendah dengan total produksi anak
jantan yang tinggi (116±9 ind/L) dan nisbah jantan betina yang tinggi (±4,00%)
menghasilkan produksi ephipia berisi dua telur yang tinggi (78,29±2,41%). Faktor
induksi kepadatan induk dan konsentrasi pakan selanjutnya akan dikombinasikan
dengan faktor induksi lain yaitu “kairomon feses ikan mas dan kelarutan oksigen untuk
meningkatkan produksi anak jantan dan ephipia Moina.
Budidaya Moina dengan kepadatan induk 660 ind/L menggunakan aerasi dan
pakan suspensi dedak yang dikombinasikan dengan feses ikan mas (kairomon)
konsentrasi induksi ephipia, menghasilkan produksi total ephipia yang lebih tinggi
(6069±453 butir/L). Produksi anak jantan meningkat sebanyak 253±26 ind/L pada
budidaya Moina dengan kepadatan induk 660 ind/L menggunakan pakan suspensi
dedak konsentrasi induksi anak jantan dengan tanpa penambahan aerasi. Peningkatan
produksi anak jantan meningkatkan produksi ephipia berisi dua telur, tetapi tidak
mempengaruhi derajat penetasan ephipia (6,5-18%). Peningkatan kualitas dan
kuantitas ephipia Moina dapat dilakukan dengan peningkatan asam lemak n-3
suspensi dedak melalui substitusi dengan sumber pakan yang kaya asam lemak n-3
(tepung ikan).
Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30% dan 40%
dalam perkawinan Moina menghasilkan produksi ephipia dengan derajat penetasan
yang tinggi. Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30%,
meningkatkan konsentrasi asam lemak n-3 pada telur ephipia, diduga menjadi salah
satu sebab meningkatnya derajat penetasan ephipia hingga sebesarr 55,7-55,9%.
Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30% dan 45%
dalam perkawinan Moina menghasilkan produksi ephipia dengan derajat penetasan
yang tinggi. Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30%,
meningkatkan konsentrasi asam lemak n-3 pada telur ephipia, diduga menjadi salah
satu sebab meningkatnya derajat penetasan ephipia hingga sebesarr 55,7-55,9%.
Collections
- DT - Fisheries [725]