Dampak Intervensi Gizi Multikomponen pada Guru, Orang Tua dan Siswa Sekolah Dasar terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur
View/ Open
Date
2017Author
Haryana, Nila Reswari
Kustiyah, Lilik
Madanijah, Siti
Metadata
Show full item recordAbstract
National Health and Medical Research Council Australia (NHMRC 2013)
menyatakan anak mulai membuat pilihan makanan mereka sendiri saat mulai
masuk lingkungan sekolah, sehingga anak akan rentan mengalami kesalahan
perilaku makan, seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur. Konsumsi buah dan
sayur pada anak SD yang masing-masing mencapai ≥100 g/hari dan ≥120 g/hari
hanya sebesar 46.3% dan 9.3% (Sophia & Madanijah 2014).
Pola makan seseorang mulai terbentuk dari awal kehidupan dan cenderung
akan bertahan hingga dewasa, sehingga pola makan anak-anak harus menjadi
perhatian untuk membentuk pola makan yang sehat saat mereka dewasa (Chitra &
Reddy 2006). Pola makan pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga
perlu dilakukan intervensi multikomponen untuk membentuk pola makan yang
baik. Salah satu intervensi multikomponen yang dapat dilakukan adalah dengan
melibatkan guru, orang tua dan siswa itu sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis perubahan pengetahuan
gizi dan sikap tentang buah dan sayur pada subjek setelah diberikan intervensi; 2)
Menganalisis perubahan ketersediaan informasi tentang buah dan sayur,
perubahan kebiasaan konsumsi buah dan sayur keluarga dan ketersediaan buah
dan sayur di rumah setelah diberikan intervensi; 3) Menganalisis perubahan
konsumsi buah dan sayur pada siswa SD setelah diberikan intervensi; 4)
Menganalisis perubahan asupan dan tingkat kecukupan vitamin, mineral dan serat
pada siswa SD setelah diberikan intervensi.
Penelitian dilakukan menggunakan desain kuasi eksperimental dengan
metode pre-post intervention yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Balonggebang 1, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur selama bulan Februari
hingga Mei 2017. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 10 guru, 31
orang tua dan 31 siswa. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang
dikumpulkan melalui wawancara menggunakan instrumen kuesioner, sedangkan
data sekunder diperoleh dari arsip data sekolah.
Intervensi pendidikan gizi pada guru dan orang tua diberikan dua kali (satu
kali seminggu) dengan media pendidikan yaitu buku saku. Intervensi pendidikan
gizi pada siswa diberikan enam kali (dua kali seminggu) dengan menggunakan
media yaitu komik. Siswa juga mendapatkan buah segar dan sayur olahan yang
dikonsumsi setelah pemberian pendidikan gizi. Buah atau sayur diberikan secara
bergiliran dengan berat 100 g/sajian yang terdiri dari dua jenis buah atau sayur.
Analisis data secara deskriptif meliputi frekuensi, presentase, rata-rata, median,
minimum dan maksimum. Analisis data secara inferensia menggunakan analisis
komparatif berpasangan untuk mengetahui perbedaan data pada lebih dari 2 kali
pengukuran (uji repeated Anova+post hoc Bonferroni, uji Friedman+post hoc
Wilcoxon, uji Mann-Whitney, uji Cochran’s).
Guru berusia 28 sampai 57 tahun dengan lama mengajar 7 sampai 34 tahun.
Guru yang terlibat penelitian meliputi guru kelas (60%) dan guru mata pelajaran
(40%). Pendapatan guru per bulan sebagian besar (60%) lebih dari dua juta
rupiah. Pendidikan terakhir guru sebagian besar (60%) adalah S1. Orang tua yang
mengikuti penelitian ini adalah ibu (74%), bapak (19%), kakek (3%) dan nenek
(3%). Sebagian besar keluarga (58%) termasuk dalam keluarga kecil (≤ 4 orang).
Sebagian besar keluarga (29%) memiliki pendapatan per bulan yaitu kurang dari
lima ratus ribu rupiah. Pendidikan terakhir sebagian besar bapak (43%) adalah
tamat SMA/SMK/Sederajat, sedangkan pada ibu (37%) adalah tamat SD.
Sebagian besar bapak (60%) bekerja sebagai petani, sedangkan ibu sebagian besar
(77%) sebagai ibu rumah tangga.
Siswa berusia antara 11 sampai 14 tahun. Rata-rata uang saku dalam sehari
adalah Rp 6 741. Pada pengukuran I, II, III sebagian besar siswa (65%, 68% dan
65%) memiliki status gizi normal. Tidak terdapat perbedaan status gizi
berdasarkan jenis kelamin, usia dan uang saku (p>0.05). Perubahan status gizi
pada pengukuran III dibandingkan pengukuran I terjadi pada satu siswa laki-laki
yang kurus menjadi normal karena berat badan naik 2.1 kg dan satu siswa
perempuan normal menjadi gemuk karena berat badan naik 1.8 kg.
Pengetahuan dan sikap tentang buah dan sayur pada guru, orang tua dan
siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah pemberian intervensi
(p<0.05). Proporsi guru, orang tua dan siswa SD yang memiliki kategori baik
meningkat, sedangkan yang memiliki kategori kurang menurun. Jenis pertanyaan
dan pernyataan yang paling sedikit dijawab benar dan disetujui oleh guru, orang
tua dan siswa SD yaitu mengenai jumlah porsi buah dan sayur yang harus
dikonsumsi siswa, sumber kalium pada buah dan sayur serta buah dan sayur
adalah sumber vitamin dan mineral.
Seluruh guru telah memahami dan menyetujui mengenai pentingnya
konsumsi buah dan sayur pada anak dan peran guru untuk meningkatkan
konsumsi buah dan sayur pada anak baik sebelum maupun setelah intervensi.
Setelah intervensi seluruh guru menyatakan telah menyampaikan informasi
tentang buah dan sayur pada siswa. Setelah intervensi, ketersediaan buah
meningkat 800 g/minggu, sedangkan sayur meningkat 926.9 g/minggu (p<0.05).
Frekuensi penyediaan buah dan sayur di rumah juga meningkat signifikan
(p<0.05). Setelah intervensi, kebiasaan konsumsi buah dan sayur keluarga
meningkat signifikan (p<0.05) setelah intervensi. Setelah intervensi proporsi
keluarga yang memiliki kebiasaan buah dan sayur dengan kategori baik cenderung
meningkat namun tidak signifikan.
Jumlah konsumsi buah dan sayur pada siswa meningkat 79.9% (62.4 g/hr)
dan 82.3% (20 g/hr). Setelah intervensi, peningkatan jumlah konsumsi buah dan
sayur belum memenuhi porsi konsumsi anjuran Kemenkes dalam PGS yaitu 4
porsi/hari (200 g/hari) untuk buah dan 3 porsi/hari (300 g/hari) untuk sayur.
Asupan vitamin A, besi, dan kalium cenderung meningkat namun tidak signifikan,
sedangkan asupan serat meningkat signifikan. Setelah adanya intervensi, asupan
serat pada siswa meningkat 58.6% (1.7 g/hr), namun peningkatan ini belum
memenuhi tingkat kecukupan serat sebesar ≥10 g/hari. Peningkatan pengetahuan
dan sikap tentang buah dan sayur pada guru, orang tua dan siswa SD, tersedianya
informasi tentang buah dan sayur, perubahan kebiasaan konsumsi buah dan sayur
keluarga dan peningkatan ketersediaan buah dan sayur di rumah diduga mampu
mendorong siswa untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur, sehingga
mampu meningkatkan asupan dan tingkat kecukupan vitamin, mineral dan serat.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]