dc.description.abstract | Tagatosa merupakan rare sugar atau gula langka, suatu gula monosakarida
yang keberadaannya sangat sedikit di alam. Senyawa ini memiliki karakteristik
yang khas sebagai pemanis fungsional, dan merupakan isomer dari galaktosa.
Larutan tagatosa 10% dapat menghasilkan tingkat kemanisan 92% serupa dengan
sukrosa. Selain itu nilai kalori yang dihasilkan hanya sebesar 1.5 kkal/g. Tagatosa
tidak menyebabkan adanya peningkatan gula darah dan ditetapkan sebagai bahan
pemanis tambahan yang bersifat aman bagi penderita diabetes dan orang yang
memiliki status obesitas.
Dua metode yang dapat digunakan dalam proses memproduksi tagatosa, yaitu
metode kimiawi dan biologis. Produksi tagatosa dengan metode kimiawi dilakukan
dengan menghidrolisis laktosa dilanjutkan dengan proses isomerisasi dengan
bantuan katalis kalsium. Namun metode ini memiliki kompleksitas tinggi pada
proses purifikasi produk akhirnya, sehingga hal tersebut menyebabkan tingginya
biaya produksi. Saat ini produksi tagatosa diarahkan dengan menggunakan metode
lain yaitu secara biologis dengan mencari sumber gen araA yang menyandikan
enzim L-arabinose isomerase (EC 5.3.1.4). Gen araA yang bersumber dari bakteri
termofilik memerlukan ion Co2+ dan Mn2+ sebagai kofaktor kerja enzim untuk
mengoptimalkan aktivitas enzim L-arabinose isomerase. Keberadaan ion metal
pada produk akhir tagatosa dapat membahayakan kesehatan konsumen. Oleh
karenanya, diperlukan gen araA yang bersumber dari bakteri mesofilik seperti
Bifidobacterium longum yang dapat aktif pada suhu rendah yang aktif tanpa
memerlukan bantuan ion metal.
Proses kloning gen araA telah berhasil dilakukan dengan mengamplifikasi
gen araA sebesar 1518 pb (pasang basa) yang bersumber dari B. longum BB536
menggunakan primer yang telah didesain sebelumnya dan meligasikannya pada
vektor kloning pGEM-T Easy. Protein L-AI dengan ukuran 56 kDa telah berhasil
terekspresi dengan baik pada sel E. coli BL21(DE3) menggunakan bantuan vektor
ekspresi pET-21b. Akan tetapi, protein L-AI tersebut membentuk aggregat atau
inclusion body. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan
inclusion body tersebut yaitu melakukan solubilisasi dengan menggunakan urea,
menurunkan penggunaan konsentrasi IPTG, menurunkan suhu inkubasi, mengubah
metode pemecahan sel secara fisik dan mengganti sistem ekspresi sel inang pada E.
coli BL21(DE3)pLysS, namun berbagai upaya yang telah dilakukan belum
membuahkan hasil yang diinginkan. | id |