dc.description.abstract | Produksi semen adalah proses produksi yang membutuhkan energi termal
yang besar dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Tingginya emisi
gas rumah kaca yang dihasilkan industri semen membuat pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 12 Tahun 2012 yang mewajibkan industri
semen untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya sebesar 3% dari tahun 2016
hingga tahun 2020. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
energi dan menurunkan emisi gas rumah kaca di industri semen adalah dengan coprocessing
atau penggunaan bahan bakar dan material alternatif pada industri
semen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis input, output dan dampak
pemanasan global yang disebabkan gas-gas rumah kaca pada produksi semen yang
menggunakan energi batubara 100% dan yang menggunakan batubara dengan
subtitusi bahan bakar alternatif serta menganalisis penurunan emisi gas rumah kaca
akibat aktivitas co-processing.
Metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi karena
penggunaan bahan bakar alternatif pada aktivitas co-processing adalah life cycle
assessment (LCA) serta pendekatan sistem untuk menghitung penurunan emisi gas
rumah kaca. Pada penelitian ini diamati 4 kasus penggunaan bahan bakar dengan 2
kasus menggunakan batubara 100% sebagai kontrol dan 2 kasus menggunakan
batubara yang telah disubtitusi bahan bakar alternatif. Hasil dari analisis LCA akan
digunakan sebagai bahan untuk perhitungan penurunan emisi gas rumah kaca pada
pendekatan sistem yang dilakukan di Plant 8.
Berdasarkan hasil LCA, pada rataan kelompok kasus yang menggunakan
batubara 100% membutuhkan energi sebesar 124.86 kWh/ton-semen, 3.34 GJ/tonsemen,
2.13 L-solar/ton-semen dengan dampak pemanasan global sebesar 0.73 ton-
CO2-eq/ton-semen sedangkan pada kasus yang telah disubtitusi bahan bakar
alternatifmembutuhkan energi sebesar 113.44 kWh/ton-semen, 3.11 GJ/ton-semen,
1.68 L-solar/ton-semen dengan dampak pemanasan global sebesar 0.78 ton-CO2-
eq/ton-semen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dampak pemanasan global
dari kelompok kasus yang disubstitusi bahan bakar alternatif lebih tinggi daripada
kelompok kasus yang menggunakan 100% batubara. Hal ini dikarenakan sejumlah
bahan bakar aternatif memiliki faktor emisi CO2 yang lebih tinggi dibanding
batubara. Selain faktor emisi CO2 yang berbeda, pada penggunaan bahan bakar
alternatif membutuhkan jumlah bahan bakar alternatif yang lebih banyak
dibandingkan batubara untuk menghasilkan energi panas yang sama pada proses
pembakaran sehingga emisi CO2 yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
Penurunan emisi gas rumah kaca karena penggunaan bahan bakar alternatif
pada aktivitas co-processing dapat diakibatkan karena asumsi climate neutral dan
proses penyediaan bahan bakar alternatif. Asumsi climate neutral dapat terjadi
karena pembakaran biomasa dianggap tidak menghasilkan emisi CO2. Climate
neutral dianggap tidak menghasilkan emisi CO2 karena emisi CO2 yang berasal dari
biomassa dapat dikompensasikan dengan pertumbuhan tanaman. Asumsi climate
neutral terdapat pada petunjuk teknis perhitungan dan pelaporan emisi CO2 yang
dikeluarkan oleh Kementrian Perindustrian. Selain asumsi climate neutral,
penurunan emisi gas rumah kaca juga terjadi karena perbedaan emisi gas rumah
kaca yang dihasilkan pada pengadaan batubara dan bahan bakar alternatif.
Penyediaan bahan bakar alternatif mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang lebih
rendah dibandingkan penyediaan batubara. Hal ini dikarenakan pada penyediaan
bahan bakar alternatif memiliki proses yang lebih sedikit dan sederhana
dibandingkan dengan penyediaan batubara. Berdasarkan kedua asumsi tersebut
penurunan emisi gas rumah kaca di Plant 8 sebesar 74 529.73 ton-CO2-eq per
tahunnya pada tahun 2013-2020. Berdasarkan baseline emisi spesifik tahun 2009,
penurunan emisi spesifik di Plant 8 yang terjadi setiap tahunnya dari kedua asumsi
tersebut di Plant 8 sebesar 4.02% dari tahun 2016-2020. Jika ditambahkan dengan
upaya yang telah dilakukan perusahaan penurunan emisi spesifik yang terjadi di
Plant 8 dapat menjadi 12.56% per tahun dari tahun 2013-2020. Hasil yang
diperoleh pada penelitian ini dapat menjadi tambahan input dalam upaya
perhitungan emisi spesifik perusahaan secara keseluruhan untuk memenuhi aturan
pemerintah. | id |