Show simple item record

dc.contributor.advisorWidajati, Eny
dc.contributor.advisorPalupi, Endah Retno
dc.contributor.advisorToruan-Mathius, Nurita
dc.contributor.authorUtami, Esty Puri
dc.date.accessioned2018-03-19T03:58:42Z
dc.date.available2018-03-19T03:58:42Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91196
dc.description.abstractKelapa sawit adalah komoditas unggulan sektor perkebunan di Indonesia. Tantangan industri benih kelapa sawit tidak lagi hanya menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum, tapi memiliki karakter sekunder lain seperti, ketahanan terhadap suatu penyakit, efisiensi nutrisi,dan toleran pada kondisi cekaman tertentu. Teknologi benih dapat digunakan sebagai salah satu upaya peningkatan mutu benih kelapa sawit, melalui pengayaan dan pelapisan benih. Penelitian ini bertujuan menetapkan kompatibilitas antara Enterobacter sacchari dengan Trichoderma asperellum secara in vitro, dan mendapatkan informasi mengenai pengaruh pengayaan kecambah dengan Mycorrhiza sp., T. asperellum, dan E. sacchari yang dilanjutkan dengan pelapisan CMC 1.5% terhadap vigor bibit kelapa sawit. Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan, yaitu 1: uji kompatibilitas T. asperellum dan E. sacchari secara in vitro, dan 2: peningkatan vigor bibit kelapa sawit melalui pengayaan dan pelapisan benih. Desain uji kompatibilitas adalah rancangan acak lengkap dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol (kultur tunggal) dan kultur ganda. Pengamatan dilakukan terhadap luas pertumbuhan T. asperellum pada kultur ganda dan kontrol serta ada atau tidak zona bening di antara T. asperellum dan E. sacchari pada kultur ganda. Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 dan 6 setelah inokulasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa luas pertumbuhan T. asperellum pada kontrol dan kultur ganda tidak berbeda, serta tidak terbentuk zona bening di antara T. asperellum dan E. sacchari pada kultur ganda, sehingga kedua mikroba tersebut dinyatakan kompatibel. Percobaan kedua adalah peningkatan vigor bibit kelapa sawit melalui pengayaan kecambah berumur 21 hari dengan masing-masing Mycorrhiza sp. (132 spora per 5 g propagul), T. asperellum (107 cfu mL-1), dan E. sacchari (109 cfu mL-1) dan ketiganya sebagai konsorsium yang dilanjutkan dengan pelapisan CMC 1.5%. Percobaan ini dilaksanakan sesuai rancangan acak kelompok dua faktor. Faktor pertama adalah pelapisan, yang terdiri atas tanpa pelapisan dan dengan pelapisan. Faktor kedua adalah jenis pengayaan, yaitu (1) tanpa pengayaan (kontrol), pengayaan dengan (2) E. sacchari, (3) Mycorrhiza sp., (4) T. asperellum, (5) E. sacchari + Mycorrhiza sp., (6) E. sacchari + T. asperellum, (7) Mycorrhiza sp. + T. asperellum, dan (8) Mycorrhiza sp. + T. asperellum + E. sacchari. Pengamatan dilakukan terhadap peubah pertumbuhan, keberadaan mikroba di tanah dan akar, serta kandungan hara pada tajuk bibit dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu bibit dapat ditingkatkan dengan pengayaan kecambah. Pada umur 1 BST (bulan setelah tanam) pengaruh pengayaan belum dapat meningkatkan tinggi bibit secara nyata, namun pelapisan dapat meningkatkan tinggi bibit secara nyata. Akan tetapi, pada 2 dan 3 BST pengaruh pelapisan terhadap peningkatan tinggi bibit sangat nyata. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun. Perlakuan pengayaan dengan konsorsium tiga mikroba menghasilkan daya tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Bobot kering tajuk hanya dipengaruhi oleh jenis pengayaan. Jumlah tanaman yang bertahan hidup sampai 3 BST terbanyak adalah bibit dengan perlakuan pengayaan konsorsium Mycorrhiza sp. + T. asperellum + dan E. sacchari + CMC 1.5%. Perlakuan pelapisan dapat menjadi cara untuk memasukkan mikroba ke dalam tanah dengan baik karena terjadi peningkatan populasi Mycorrhiza sp. dan T. asperellum pada tanah yang ditanami bibit dengan perlakuan Mycorrhiza dan T. asperellum. Secara fisiologis, penambahan mikroba pada perlakuan pengayaan juga berpengaruh terhadap peningkatan kandungan hara dalam bibit dan tanah. Pengayaan dengan Mycorrhiza sp. menghasilkan kadar nitrogen dalam tanah paling tinggi (0.18 %) dibandingkan perlakuan yang lain. Jumlah nitrogen yang banyak pada tanah ini menjadikan penyerapan nitrogen ke tajuk meningkat, sehingga pada perlakuan yang sama kadar nitrogen di tajuk pun meningkat. Perlakuan pengayaan dan pelapisan serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh terhadap kadar fosfat di tajuk, namun berpengaruh terhadap kadar fosfat total dan fosfat tersedia dalam tanah. Pengayaan dengan konsorsium Mycorrhiza sp. + T. asperellum + E. sacchari + CMC 1.5% dapat meningkatkan kandungan klorofil tajuk, fosfat tersedia, dan fosfat total dalam tanah dibandingkan dengan kontrol dan penggunaan mikroba tersebut secara tunggal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcSeed Technologyid
dc.subject.ddcSeed productionid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcSentul-JABARid
dc.titlePeningkatan Vigor Bibit Kelapa Sawit Melalui Pengayaan Benih dengan Mycorrhiza sp., Trichoderma asperellum, dan Enterobacter sacchari.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddiazotrofid
dc.subject.keywordkompatibilitasid
dc.subject.keywordpelapisan benihid
dc.subject.keywordpre nurseryid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record