Peningkatan Vigor Bibit Kelapa Sawit Melalui Pengayaan Benih dengan Mycorrhiza sp., Trichoderma asperellum, dan Enterobacter sacchari.
View/ Open
Date
2017Author
Utami, Esty Puri
Widajati, Eny
Palupi, Endah Retno
Toruan-Mathius, Nurita
Metadata
Show full item recordAbstract
Kelapa sawit adalah komoditas unggulan sektor perkebunan di Indonesia.
Tantangan industri benih kelapa sawit tidak lagi hanya menghasilkan tanaman
yang berproduksi maksimum, tapi memiliki karakter sekunder lain seperti,
ketahanan terhadap suatu penyakit, efisiensi nutrisi,dan toleran pada kondisi
cekaman tertentu. Teknologi benih dapat digunakan sebagai salah satu upaya
peningkatan mutu benih kelapa sawit, melalui pengayaan dan pelapisan benih.
Penelitian ini bertujuan menetapkan kompatibilitas antara Enterobacter
sacchari dengan Trichoderma asperellum secara in vitro, dan mendapatkan
informasi mengenai pengaruh pengayaan kecambah dengan Mycorrhiza sp., T.
asperellum, dan E. sacchari yang dilanjutkan dengan pelapisan CMC 1.5%
terhadap vigor bibit kelapa sawit.
Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan, yaitu 1: uji kompatibilitas T.
asperellum dan E. sacchari secara in vitro, dan 2: peningkatan vigor bibit kelapa
sawit melalui pengayaan dan pelapisan benih. Desain uji kompatibilitas adalah
rancangan acak lengkap dengan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas kontrol
(kultur tunggal) dan kultur ganda. Pengamatan dilakukan terhadap luas
pertumbuhan T. asperellum pada kultur ganda dan kontrol serta ada atau tidak
zona bening di antara T. asperellum dan E. sacchari pada kultur ganda.
Pengamatan dilakukan pada hari ke-3 dan 6 setelah inokulasi. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa luas pertumbuhan T. asperellum pada kontrol dan kultur
ganda tidak berbeda, serta tidak terbentuk zona bening di antara T. asperellum dan
E. sacchari pada kultur ganda, sehingga kedua mikroba tersebut dinyatakan
kompatibel.
Percobaan kedua adalah peningkatan vigor bibit kelapa sawit melalui
pengayaan kecambah berumur 21 hari dengan masing-masing Mycorrhiza sp.
(132 spora per 5 g propagul), T. asperellum (107 cfu mL-1), dan E. sacchari (109
cfu mL-1) dan ketiganya sebagai konsorsium yang dilanjutkan dengan pelapisan
CMC 1.5%. Percobaan ini dilaksanakan sesuai rancangan acak kelompok dua
faktor. Faktor pertama adalah pelapisan, yang terdiri atas tanpa pelapisan dan
dengan pelapisan. Faktor kedua adalah jenis pengayaan, yaitu (1) tanpa pengayaan
(kontrol), pengayaan dengan (2) E. sacchari, (3) Mycorrhiza sp., (4) T.
asperellum, (5) E. sacchari + Mycorrhiza sp., (6) E. sacchari + T. asperellum, (7)
Mycorrhiza sp. + T. asperellum, dan (8) Mycorrhiza sp. + T. asperellum + E.
sacchari. Pengamatan dilakukan terhadap peubah pertumbuhan, keberadaan
mikroba di tanah dan akar, serta kandungan hara pada tajuk bibit dan tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu bibit dapat ditingkatkan dengan
pengayaan kecambah. Pada umur 1 BST (bulan setelah tanam) pengaruh
pengayaan belum dapat meningkatkan tinggi bibit secara nyata, namun pelapisan
dapat meningkatkan tinggi bibit secara nyata. Akan tetapi, pada 2 dan 3 BST
pengaruh pelapisan terhadap peningkatan tinggi bibit sangat nyata.
Kecenderungan yang sama juga terlihat pada pengaruh perlakuan terhadap jumlah
daun. Perlakuan pengayaan dengan konsorsium tiga mikroba menghasilkan daya
tumbuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Bobot kering tajuk hanya
dipengaruhi oleh jenis pengayaan. Jumlah tanaman yang bertahan hidup sampai 3
BST terbanyak adalah bibit dengan perlakuan pengayaan konsorsium Mycorrhiza
sp. + T. asperellum + dan E. sacchari + CMC 1.5%.
Perlakuan pelapisan dapat menjadi cara untuk memasukkan mikroba ke
dalam tanah dengan baik karena terjadi peningkatan populasi Mycorrhiza sp. dan
T. asperellum pada tanah yang ditanami bibit dengan perlakuan Mycorrhiza dan
T. asperellum. Secara fisiologis, penambahan mikroba pada perlakuan pengayaan
juga berpengaruh terhadap peningkatan kandungan hara dalam bibit dan tanah.
Pengayaan dengan Mycorrhiza sp. menghasilkan kadar nitrogen dalam tanah
paling tinggi (0.18 %) dibandingkan perlakuan yang lain. Jumlah nitrogen yang
banyak pada tanah ini menjadikan penyerapan nitrogen ke tajuk meningkat,
sehingga pada perlakuan yang sama kadar nitrogen di tajuk pun meningkat.
Perlakuan pengayaan dan pelapisan serta interaksi antara keduanya tidak
berpengaruh terhadap kadar fosfat di tajuk, namun berpengaruh terhadap kadar
fosfat total dan fosfat tersedia dalam tanah. Pengayaan dengan konsorsium
Mycorrhiza sp. + T. asperellum + E. sacchari + CMC 1.5% dapat meningkatkan
kandungan klorofil tajuk, fosfat tersedia, dan fosfat total dalam tanah
dibandingkan dengan kontrol dan penggunaan mikroba tersebut secara tunggal.
Collections
- MT - Agriculture [3696]