Induksi Maturasi dan Ovulasi pada Ikan Red Fin Shark Epalzoerhynchos frenatus Di luar Musim Pemijahan
View/ Open
Date
2017Author
Islami, Muhammad Faiz
Sudrajat, Agus Oman
Carman, Odang
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan red fin shark (Epalzoerhynchos frenatus) merupakan ikan hias yang banyak diminati oleh penggemar ikan hias air tawar karena memiliki keunikan pada sirip yang berwarna merah dan dapat bergerak lincah dalam akuarium. Namun budidaya ikan ini memiliki kendala pada ketersediaan benih yang tidak dapat tersedia sepanjang tahun karena minimnya jumlah induk matang gonad di luar musim pemijahan yaitu pada musim kemarau di Indonesia. Selanjutnya pada proses pemijahan, ikan red fin shark memiliki ketergantungan terhadap hormon pemijahan (Ovaprim®), karena tidak dapat memijah secara alami dalam wadah budidaya. Manipulasi hormonal dan penambahan bahan nabati pada pakan dapat dijadikan solusi untuk mengatasi minimnya ketersediaan induk matang gonad pada musim kemarau serta pada penelitian ini dicoba penggunaan alternatif kombinasi hormon pemijahan selain Ovaprim®, untuk memberikan pilihan bagi pembudidaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pemberian hormon Oodev® dan tepung kunyit (Curcuma longa) terhadap pematangan gonad, serta meninjau efektivitas hormon Spawnprim untuk ovulasi dan pemijahan, guna menunjang produksi ikan red fin. Penelitian ini terdiri dari dua bagian penelitian dalam satu judul utama. Penelitian pertama yaitu induksi maturasi, menggunakan Rancangan Acak Lengkap terdiri dari 5 perlakuan yang ditambahkan pada pakan, menggunakan 10 ekor induk ikan untuk tiap perlakuan uji yaitu Oodev (0.25 dan 0.5 mL kg-1 ikan), tepung kunyit (250 dan 500 mg 100 g-1 pakan), dan pakan komersil (protein minimal 30%) sebagai kontrol. Ikan berasal dari Bogor, Indonesia. Bobot awal indukan rata - rata 20.61 ± 0.57 g dengan umur minimal 8 bulan dalam kondisi gonad fase previtellogenic. Penelitian dilakukan selama 56 hari dalam 5 buah wadah akuarium berukuran 60 cm x 50 cm x 50 cm dengan volume air 90 L pada masing-masing akuarium, ikan diberi pakan 2 kali sehari dengan FR 3% biomassa pada pagi dan sore hari.
Penelitian kedua yaitu induksi ovulasi dan pemijahan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap terdiri dari 4 perlakuan dengan 5 ulangan yaitu Spawnprim (0.5 dan 1.0 mL kg-1 ikan), 0.5 mL kg-1 ikan Ovaprim® dan larutan NaCl 0.9% sebagai kontrol positif dan negatif. Menggunakan indukan ikan siap pijah jantan : betina (3:1) berasal dari Bogor, Indonesia. Penyuntikan dilakukan 1 kali pada bagian intermuscular dengan metode pemijahan semi-alami. kemudian diletakkan pada akuarium pemijahan berukuran 60 cm x 50 cm x 50 cm dengan volume air 90 liter.
Hasil penelitian induksi maturasi menunjukkan bahwa penambahan hormon Oodev pada pakan mampu menghasilkan induk matang gonad siap pijah hingga 50% (Oodev 0.5 mL Kg-1), 40% (Oodev 0.25 mL Kg-1), dan 20% (kunyit 500 mg 100 g-1 pakan) dari populasi sedangkan pada perlakuan kunyit 250 mg 100 g-1 pakan dan kontrol tidak ditemukan induk matang gonad siap pijah. Meningkatkan konsentrasi estradiol, mencapai puncaknya pada hari ke-42 dengan konsentrasi estradiol tertinggi pada perlakuan Oodev 0.5 mL kg-1 yaitu 693.062 pg/ml.
Meningkatkan nilai indeks hepatosomatik, tertinggi pada Oodev 0.5 mL kg-1 dan kunyit 500 mg 100 g-1 pakan yaitu 0.46% ± 0.07 dan 0.46% ± 0.06 dari IHS awal 0.25 % ± 0.02. Selanjutnya nilai indeks gonadosomatik tertinggi pada Oodev 0.5 mL kg-1 yaitu 13.87% ± 3.14 dari IGS awal 1.24 ± 0.04. Histologi gonad hari ke-56 pada perlakuan Oodev 0.5 dan 0.25 mL kg-1 berada pada fase mature siap pijah, kunyit 500 mg 100 g-1 fase mature, sedangkan pada kontrol dan kunyit 250 mg 100 g-1 pada fase early-vitellogenic. Diameter telur tertinggi terdapat pada perlakuan Oodev 0.5 mL kg-1 yaitu 0.9081 ± 0.01 menunjukkan hasil yang sama pada perlakuan Oodev 0.25 mL kg-1 dan kunyit 500 mg 100 g-1 (P>0.05). Dengan hasil ini penambahan hormon Oodev terbukti dapat menyediakan induk matang gonad di luar musim pemijahan, kemudian penambahan tepung kunyit juga memiliki potensi untuk pematangan gonad ikan namun dengan jumlah induk matang yang lebih rendah dibandingkan penggunaan hormon.
Selanjutnya hasil penelitian induksi ovulasi menunjukkan tingkat keberhasilan pemijahan 100% pada Spawnprim dengan waktu hingga terjadi pemijahan pasca suntik 8 jam 30 menit - hingga 9 jam 50 menit. Terjadi penurunan konsentrasi estradiol sebelum dan setelah pemijahan terjadi pada Spawnprim 0.5 dan 1, sedangkan penurunan konsentrasi tidak ditemukan pada kontrol negatif. Jumlah telur yang dikeluarkan, tertinggi terdapat pada Ovaprim® yaitu 3928 ± 744 namun hasil ini tidak berbeda (P>0.05) dengan perlakuan Spawnprim. Hasil yang tidak berbeda juga terdapat pada parameter derajat pembuahan, penetasan, dan kelangsungan hidup (P>0.05). Penggunaan Spawnprim efektif mampu menghasilkan larva dengan kualitas gamet dan viabilitas larva yang sama baiknya dengan penggunaan Ovaprim® sehingga dapat dijadikan alternatif hormon pemijahan.
Collections
- MT - Fisheries [2940]