dc.description.abstract | Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan
akuakultur. Terdapat dua macam metode pembuatan pakan yang dapat digunakan,
yaitu metode ekstrusi yang menghasilkan pakan terapung dan metode compression
yang menghasilkan pakan tenggelam. Pada umumnya, pakan terapung dinilai lebih
baik dibandingkan dengan pakan tenggelam. Namun, proses ekstrusi yang terjadi
mengakibatkan tingginya biaya produksi pakan sehingga harga pakan lebih mahal
dibandingkan dengan pakan tenggelam. Maka diperlukan metode pembuatan pakan
yang sederhana dan menghasilkan pakan yang berkualitas.
Pengukusan merupakan proses pemasakan bahan baku yang memanfaatkan
uap air yang dihasilkan dari air yang mendidih dan dapat dilakukan sebelum proses
pencetakan pakan. Panas yang terkandung dalam uap digunakan untuk gelatinasi
pati sehingga pakan menjadi lebih kompak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui lama waktu pengukusan bahan baku pakan ikan nila yang paling
optimum sehingga dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ikan.
Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila dengan bobot rata-rata 10.37±0.07
g dan ditebar dengan kepadatan 10 ekor per akuarium. Ikan dipelihara selama 60
hari dalam akuarium berukuran 100 x 45 x 40 cm3 dengan sistem resirkulasi.
Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah A (pengukusan bahan baku selama 0 menit), B (pengukusan
bahan baku selama 5 menit), C (pengukusan bahan baku selama 10 menit), D
(pengukusan bahan baku selama 20 menit), E (pengukusan bahan baku selama 40
menit), F (pakan pembanding (terapung komersil dengan kadar protein dan ukuran
yang sama)). Ikan diberi pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pukul 08.00, 12.00 dan
16.00 WIB. Uji kecernaan dilakukan pada hari ke-46 sampai ke-60 masa
pemeliharaan dengan cara ikan diberi pakan yang mengandung Cr2O3.
Parameter uji yang diamati yaitu adalah biomassa ikan, laju pertumbuhan
harian (LPH), jumlah konsumsi pakan (JKP), tingkat kelangsungan hidup (TKH),
efesiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RL),
kecernaan protein (KP), kecernaan total (KT), aktivitas enzim (amilase, lipase,
protease), kandungan eritrosit dan leukosit, kadar glukosa darah, kandungan
amilosa, kandungan amilopektin, kandungan pati, pellet durability index.
Hasil menunjukan bahwa pengukusan dapat meningkatkan nilai pellet
durability index dan meningkatkan kadar amilosa dalam pakan. Nilai kecernaan
protein tertinggi terdapat pada perlakuan E (40 menit) yaitu 60.26±2.85% dan lebih
rendah apabila dibandingkan dengan pakan pembanding yaitu 67.5±1.59%. Nilai
kecernaan protein terbaik terdapat pada pakan yang dikukus selama 40 menit dan
menunjukan nilai yang tidak bebeda nyata (P>0.05) dengan pakan pembanding
yang dibuat dengan metode ekstrusi, yaitu 90.62±1.11% dan 90.53±1.18%.
Perlakuan pengukusan bahan baku pakan juga memberikan pengaruh yang berbeda
nyata (P<0.05) terhadap parameter biomassa akhir (Wt), laju pertumbuhan harian
(LPH), feed conversion ratio (FCR), efesiensi pakan (EP), jumlah konsumsi pakan
(JKP), retensi energi (RE), retensi lemak (RL), retensi protein (RP). Lama waktu
pengukusan bahan baku pakan selama 40 menit juga menunjukan hasil yang lebih
baik dibandingkan pakan komersil pada parameter kecernaan total, laju
pertumbuhan harian, dan nilai efesiensi pakan. | id |