Show simple item record

dc.contributor.advisorMakalew, Afra Donatha Nimia
dc.contributor.advisorSulistyantara, Bambang
dc.contributor.authorLufilah, Siti Novianti
dc.date.accessioned2018-02-20T00:52:55Z
dc.date.available2018-02-20T00:52:55Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/90878
dc.description.abstractSeiring peningkatan laju pertumbuhan penduduk global, diperkirakan pada masa yang akan datang, dominasi penduduk akan terkonsentrasi di kawasan perkotaan. Salah satu dampak yang sulit dihindari adalah terjadinya konversi lahan pertanian, hutan, dan ruang terbuka lainnya menjadi lahan terbangun untuk mencukupi kebutuhan penduduk perkotaan. Penurunan ruang terbuka hijau (RTH), baik secara kuantitatif, maupun kualitatif menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perkotaan, seperti ruang resapan air berkurang, lingkungan menjadi gersang dan panas, serta menurunnya jumlah keanekaragaman hayati. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan lebih lanjut yang diakibatkan oleh pertumbuhan pembangunan fisik diperlukan adanya perlindungan lingkungan, dimana setiap pembangunan yang sedang berlangsung harus dapat mengedepankan keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki oleh lingkungan itu sendiri. Meskipun perekonomian DKI Jakarta lebih ditopang oleh sektor industri dan jasa, bukan berarti aktivitas bertani tidak memiliki peran bagi perekonomian di DKI Jakarta. Sektor pertanian di DKI Jakarta mulai berkembang menyusul krisis ekonomi yang menerpa Indonesia pada tahun 1997. Selain menjadi solusi masalah ekonomi dan ketahanan pangan, pertanian perkotaan juga memiliki peran untuk memperluas RTH kota sekaligus memperindah wajah ibu kota. Salah satu bentuk RTH yang dapat dikembangkan adalah dengan konsep pertanian perkotaan atau ―urban farming‖, yaitu kegiatan pertanian yang dilakukan di lingkungan kota sebagai salah satu bentuk RTH produktif yang bernilai ekonomis dan ekologis. Kegiatan bertani di perkotaan dapat menjadi lapangan kerja alternatif bagi masyarakat urban yang tengah kesulitan mencari pekerjaan. Memperhatikan kondisi RTH dan pertanian perkotaan di DKI Jakarta maka penelitian ini bertujuan, pertama, menganalisis kondisi RTH di DKI Jakarta saat ini. Kedua, menganalisi alokasi RTH potensial untuk pengembangan pertanian perkotaan di DKI Jakarta. Ketiga, menyusun rekomendasi model pengembangan RTH berbasis pertanian perkotaan yang sesuai dengan kondisi wilayah DKI Jakarta. Penelitian dilakukan di lima wilayah Kota Administratif DKI Jakarta yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan interpretasi citra satelit Landsat 8 path/row: 122/064 akusisi 13 September 2014. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui metode survei lapang dan wawancara kepada pakar di dinas-dinas terkait dengan teknik in-depth interview menggunakan kuesioner tidak terstruktur. Data sekunder diperoleh dengan cara menelusuri hasil penelitian, publikasi ilmiah, dan dokumen ilmiah dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi (DKPKP) Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi DKI Jakarta, dan beberapa Suku Dinas terkait. Dalam penelitian ini, model yang dihasilkan adalah model pengembangan RTH berbasis pertanian perkotaan dalam bentuk deksriptif kualitatif yang diilustrasikan dalam bentuk visual deskriptif. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu, (1) menganalisis kondisi RTH di DKI Jakarta untuk mengetahui kondisi hijauan, sebaran, dan penutupan lahan di DKI Jakarta melalui teknik analisis spasial menggunakan metode NDVI dan klasifikasi penutupan lahan (klasifikasi terbimbing/supervised classification), (2) menganalisis alokasi RTH potensial sebagai daerah pengembangan pertanian perkotaan dengan analisis terhadap peta sebaran RTH, pola aliran sungai, indeks kemiskinan, dan pola konsumsi penduduk DKI Jakarta, dan (3) menyusun rekomendasi model pengembangan RTH berbasis pertanian perkotaan di DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan luas potensi RTH eksisting untuk pertanian perkotaan sebesar 6.493,55 ha tersebar di lima wilayah Kota Administratif. Di Jakarta Barat, lokasi RTH potensial terluas berada di Kecamatan Kembangan seluas 502,21 ha. Di Jakarta Pusat, lokasi RTH potensial terluas berada di Kecamatan Tanah Abang seluas 168,17 ha. Di Jakarta Selatan, lokasi RTH potensial terluas berada di Kecamatan Cilandak seluas 224,75 ha. Di Jakarta Timur, lokasi RTH potensial terluas berada di Kecamatan Cakung seluas 433,84 ha. Di Jakarta Utara, lokasi RTH potensial terluas berada di Kecamatan Penjaringan seluas 660,97 ha. Konsep dasar pengembangan RTH berbasis pertanian perkotaan diarahkan untuk peningkatan ketahanan pangan masyarakat kota dengan berfokus pada area/RTH binaan untuk pengembangan pertanian perkotaan. Di samping itu, pengembangan juga diarahkan untuk meningkatkan kuantitas RTH DKI Jakarta dengan mengembalikan fungsi RTH, khususnya di wilayah sempadan sungai, sebagai area hijau perkotaan. Dalam pengembangannya, RTH pertanian perkotaan lebih ditujukan untuk: (1) kegiatan pertanian perkotaan dengan sistem subsisten (subsistence farming), dan (2) kegiatan pertanian perusahaan (commercial farming).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcLandscapeid
dc.subject.ddcOpen spacesid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcDKI Jakartaid
dc.titleModel Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Berbasis Pertanian Perkotaan di DKI Jakarta.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordDKI Jakartaid
dc.subject.keywordLandsat 8id
dc.subject.keywordketahanan panganid
dc.subject.keywordpertanian perkotaanid
dc.subject.keywordruang terbuka hijauid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record